2.4 Model Teoritis
Model teoritis berguna untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian yang akan dilakukan. Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah
:
Gambar 2 Model Teoritis Sumber : Modifikasi Peneliti
2.5 Penelitian Terdahulu
Pembahasan tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan sekarang penting untuk dihimpun guna dijadikan
kerangka acuan untuk mendukung penelitian. Penelitian yang pernah diteliti dihimpun untuk dijadikan data dan referensi yang diperlukan untuk mempertegas
kajian pustaka yang telah ada sebelumnya. Bagian ini akan menjelaskan penelitian-penelitian masa lalu yang berkaitan dengan penelitian baik yang
dilakukan di Indonesia atau di negara lain.
Penelitian Shiratake Yoshiharu WJF Alfha Tumbuan 2005 dari Saga Universityyang berjudul “Significance of Traditional Market Function for Local
Farmer and Consumers : a case study on marketing of vegetables in Manado, North Sulawesi Indonesia” yang dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2004 yang
menemukan fungsi penting pasar tradisional bagi petani lokal dan konsumen di Kota Manado. Penelitian juga mendapati hampir semua produk pertanian dari
berbagai wilayah di Manado dijual melalui pasar tradisional. Negosiasi harga yang rasional dan ketersediaan produk serta penyediaan lapangan pekerjaan
Strategi Komunikasi
Tawaran Harga
Pedagang Pembeli
Komunikasi Verbal dan
Komunikasi Non Verbal
Penetapan Harga
Universitas Sumatera Utara
mendorong fungsi pasar tradisional sebagai tempat transaksi publik semakin signifikan.
Onishi 2011 dalam Disertasinya yang berjudul “Traditional Market in Japan and Market Outcomes” menemukan bahwa pasar Tradisional memiliki
dampak positif dalam pembelajaran sosial walaupun keberadaannya tergerus oleh pasar modern. Ia juga menemukan bahwa konsumen di negara-negara
berkembang cenderung menyukai pasar tradisional karena harga yang dapat ditawar serta pergantian barang yang dijual oleh pedagang relatif cepat.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Bangladesh Institute of Depelovement Studies 2011 yang berjudul Market Institution in Bangladesh
Rice Market yang menyimpulkan bahwa jaringan agen atau wholeseller beras di Pasar Bangladesh dikuasai oleh pihak tertentu serta sulit untuk diakses dan
dipantau karena penjualan beras di pasar tradisional Bangladesh dilakukan oleh tengkulak yang terorganisir dan penetapan harga ditentukan oleh jaringan agen
beras tersebut. Rosita 2009 dengan penelitian berjudul Penetapan Harga Jual Beli
Tiket Tarif Lebaran Bus Ramayana Jogjakarta-Palembang Tahun 2008 menarik kesimpulan bahwa penjualan dan penetapan harga jual tiket tidak sesuai dengan
mekanisme yang ada dan harga yang ditetapkan jauh diatas tarif atau batas harga yang ditetapkan pemerintah. Harga jual tiket yang biasa seharga Rp 310.000 dijual
Rp 450.000. Selain itu juga didapati ketidakjujuran dan ketidakadilan dari agen kepada konsumen dan didapati unsur penipuan dan merugikan pembeli.
Pradoko 2004 dengan penelitian berjudul “Strategi Penetapan Harga Tiket Pada Maskapai Penerbangan” yang menjelaskan tentang penetapan harga
tiket yang menggunakan sub kelas di setiap penerbangan. Strategi sub kelas ini yaitu membagi kursi seat dalam beberapa kelas seperti Economy Class atau
Business Class dengan memberikan harga murah bagi pesanan yang lebih awal agar dapat menarik konsumen.
Penelitian lain dengan judul “Prinsip Dasar Penetapan Harga Susu Sapi antara pihak kelompok dengan Para Petani Produsen Madura” yang dilakukan
oleh Khasanah 2008 yang menyimpulkan tentang penetapan harga dari pihak kelompok tertentu selaku pembeli tungga kepada pihak petani selaku penjual.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan harga terlebih dahulu dilakukan oleh kelompok sebulan sekali kepada petani susu sapi. Karena tidak ada tempat penjualan yang lebih strategis, maka
dari itulah pihak kelompok tertentu menjadi pembeli tunggal. Ini menyebabkan pihak petani selaku penjual tidak dapat menolak harga yang telah ditetapkan oleh
kelompok tersebut. Selanjutnya, peneltitian mengenai penetapan harga juga diteliti oleh
Arifiyanto 2003. Dalam penelitian yang berjudul “Penetapan Harga Makanan di Kantin Putra Pondok Pesantren Sunan Pandan Yogyakarta”telah ditemukan
beberapa penyimpangan dalam prinsip penetapan harga yang ada. Hal ini dapat dilihat dari harga makanan yang selalu berubah-ubah sesuai dengan kehendak dari
pemasok makanan ke kantin tersebut dan tidak menyesuaikan pada harga makanan yang berlaku umum di pasar. Penetapan harga makanan di kantin
didasarkan pada pengambilan keuntungan yang lebih banyak. Harganya pun berubah-ubah sesuai dengan spekulan sedangkan kualitas makanan yang dijual
juga rendah. Budiarto 2013 dengan penelitian berjudul “Perilaku Penjual dan Pembeli Dalam
Proses Penetapan Harga Studi di Pasar Splendid Kota Malang”. Hasil temuan peneliti didapati beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan harga
di Pasar Burung Splendid antara lain 1 masing-masing pedagang memiliki perhitungan secara individu dalam memberikan harga pada barang yang dijualnya.
2 Dilihat keaktifan menawar pembeli, maka pembeli dapat digolongkan menjadi dua tipe yakni pembeli yang aktif menawar maupun pembeli yang pasif menawar.
Tentunya apabila pembeli aktif menawar, maka terdapat kemungkinan pembeli mendapatkan harga yang lebih rendah dibandingkan pembeli yang pasif menawar.
Harga di Pasar Burung Splendid dapat dikatakan sebagai harga yang elastis. Menurut Kismono 2001:346 memilih strategi penentuan harga dengan
tepat amat penting dilakukan, karena bermula dari hargalah pendapatan perusahaan diperoleh. Apabila harga ditetapkan terlalu tinggi, bisa jadi produk
tidak terbeli. Disamping itu, harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel yang artinya dapat berubah dengan cepat. Perubahan harga turut
mempengaruhi pangsa pasar yang diinginkan pedagang, artinya pedagang pada
Universitas Sumatera Utara
pasar tradisional yang ingin mempertahankan pasar juga harus memperhatikan harga yang ditawarkan kepada pembeli.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan RI 2007 juga menemukan bahwa pangsa pasar dan
kinerja usaha pasar tradisional menurun sekitar 3,8. Penurunan ini juga diakibatkan oleh kurangnya daya saing pasar tradisional serta keberadaan pasar
modern yang memberikan pengaruh terhadap kontribusi dan kinerja pasar tradisional.
Rangkuti 2005 meneliti tentang “Analisis pengembangan Pasar Tradisional dan Dampaknya terhadap Pengembangan Wilayah Studi Kasus pada
Pasar Tradisional Kota Medan” yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengembangan pasar tradisional dengan pengembangan wilayah dalam bentuk
terjadinya peningkatan jumlah pengunjung dipasar tradisional kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi pedagang bahwa pengembangan
pasar tradisional dalam aspek kebersihan, keamanan dan penataan kios akan dapat meningkatkan jumlah pengunjungpembeli di pasar tradisional kota Medan.
Sutanto 2008 dengan penelitian yang berjudul Penetapan Harga Jual Rumah Pada Perumahaan Taman Banjar Wijaya Malang. Metode yang digunakan
adalah mark up pricing berdasarkan biaya plus dan going rate pricing berdasarkan harga pasar. Penelitian ini juga menganalisis data pendekatan
permintaan dengan menggunakan metode survey langsung penyebaran kuesioner. Di Sumatera Utara sendiri, penelitian mengenai penjualan pakaian bekas
telah pernah dilakukan yakni di kotamadya Tanjung Balai, yakni di Pajak TPO Tanjung Balai Asahan. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Aisyah pada tahun 2003
yang berjudul Pengaruh Penjualan Pakaian Bekas terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Pakaian Bekas di Kota Madya Tanjung Balai Asahan Studi pada Pajak
TPO Tanjung Balai Asahan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata tingkat kesejahteraan para pedagang pakaian bekas dianggap sejahtera. Ini terlihat dari
rata-rata pedapatan pakaian bekas diatas 2.700.000 sedangkan 50 responden memiliki pendapatan diatas Rp 4.975.000 hingga diatas Rp 7.500.000 per
bulannya.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian mengenai komunikasi dalam perdagangan juga telah pernah diteliti sebelumnya yakni :
Costa 2003 meneliti tentang Komunikasi Tawar-Menawar Antarpenutur di Pasar Ikan Ambon yang menghasilkan temuan bahwa komunikasi tawar-
menawar di Pasar Ikan Ambon terwujud dalam mekanisme pergantian antar dialog yang berlangsung lebih dari satu kali dan diungkapkan secara langsung.
Pembeli dan pedagang di pasar Ikan Ambon sering tidak mematuhi kesopanan yang ada dan mengakibatkan kesalahan interpretasi harga.
Agdina 2010 dengan penelitian berjudul Komunikasi Dalam Perdagangan Studi pada Pedagang Aksesoris atau Souvenir di Pasar Atas
Bukittinggi, Sumatera Barat. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa proses terjadinya komunikasi ditandai dengan adanya pengirim-ideation-
encoding-decoding-penerima-feedback dan proses dalam membangun komunikasi dengan pembeli dibagi dalam 2 tahap yaitu sebelum dan saat terjadinya tawar
menawar. Sebelum tawar nenawar, pedagang melakukan komunikasi berupa menyapa pembeli, bersikap ramah dan sopan, memberikan lelucon atau
menyisipkan humor. Saat berlangsungnya tawar-menawar berupa memberikan rayuan, berkata jujur dan mendengar. Sedangkan proses membangun komunikasi
dengan pedagang sebelum tawar menawar berupa PDKT, bertanya, bertukar pikiran dan pengalaman dan saat terjadinya tawar menawar dalam perdagangan
terjadi komunikasi berupa merayu, memberikan pujian dan keramahan. Bentuk komunikasi dalam perdagangan berupa komunikasi verbal dan aspek seperti
perbendaharaan kata termasuk strategi dan kemampuan yang dimiliki oleh pedagang maupun pembeli dalam proses tawar menawar, kecepatan bicara
pedagang maupun pembeli, intonasi suara, humor, cara penyampaian pesan yang singkat dan jelas, waktu yang digunakan dalam berkomunikasi serta komunikasi
nonverbal berupa penggunaan simbol-simbol nonverbal ekspresi wajah, kontak mata, gerak dan isyarat
Samsung Economic Research Institute 2013 juga meneliti komunikasi Pedagang di Pasar Tradisional Korea. Penelitian ini dilakukan pada bulan April
2013 dan menemukan bahwa pedagang makanan laut di pasar tradisional Korea sangat memperhatikan kepuasan pengunjung. Bahkan pembeli yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
pedalaman sekalipun dimana biaya pengiriman lebih tinggi, pedagang akan menetapi janjinya untuk mengirim pesanan dalam sehari. Komunikasi pedagang
dan pembeli terjalin dengan baik dan mampu memenuhi harapan pelanggan. Ketika penjualan stagnan, maka pedagang akan berinovasi untuk melakukan
inovasi seperti renovasi toko, peralatan toko dan display toko. Selain itu pedagang juga secara aktif bekerja sama dengan toko-toko yang berjualan di sekitar mereka
dan dengan pedagang yang menjual barang sejenis dan menjalin komunikasi yang baik dengan asosiasi pedagang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Perspektif Paradigma Kajian
Perspektif atau metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitiatif. Menurut Zuriah 2003:31 penelitian
dengan menggunakan metode studi kasus adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat
mengenai sifat populasi di daerah tertentu. Dalam penelitian kualitatif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.
Menurut Nasution 2003:5, penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan, berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan pendapat mereka
tentang dunia sekitar. Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang
diarahkan untuk memberikan atau mendeskripsikan gejala-gejala atau fakta secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Penelitian ini tidak menguji hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
yang diteliti. Dengan demikian, dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami fenomena yang ada.
Perspektif kualitatif memiliki tahapan berpikir kritis ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif yaitu menangkap berbagai fakta
atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisis nya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu
Bungin 2010:16. Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial
berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistik, kompleks dan rinci Hartono 2004:16. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling serta yang lebih ditekankan adalah kualitas data
bukan banyak atau kuantitas data. Menurut Kriyantono 2010:56-57 dalam riset
Universitas Sumatera Utara