keterbatasan kesabaran untuk menjawab, jadi saya jawab sekedarnya saja.. wawancara 2 Juni 2013
Menurut pengamatan peneliti, Ibu Siska berbicara dengan pembeli dalam pola titinada yang wajar namun tegas. Beliau cenderung tidak menyukai proses
tawar menawar yang bertele-tele dan kurang berkenan dengan pembeli yang bertanya terlalu banyak. Prinsip yang beliau miliki adalah karena ada pesaing,
sebisa mungkin mengetahui selera pembeli. Selera pembeli tentu ada kelasnya. Menurut beliau kelas-kelas selera pembeli itu memiliki harga yang berbeda-beda
dan pedagang harus mengetahui selera yang diinginkan pasar terlebih dahulu sebelum menetapkan harga.
B. Analisis Faktor-Faktor yang Diperhatikan Pedagang dalam Proses Penetapan Harga dengan Pembeli
Pengamatan yang telah dilakukan di lapangan menemukan ternyata ada beberapa faktor yang memiliki peranan secara langsung maupun tidak langsung
dalam menetapkan harga pakaian bekas pada pembeli. Selain kualitas atau bentuk barang dagangan, dalam menetapkan harga pedagang tak luput memperhatikan
Customer, Competitor dan Cost. Pendapat informan sebagai berikut : “.. Kalau membedakan pembeli satu dengan yang lain secara fisik atau
penampilan saya tidak pernah. Karena penampilan bisa saja menipu. Bisa saja kelihatannya biasa, namun ternyata berasal dari kalangan atas. Namun kadang
pembeli ini bermacam tingkah lakunya. Ada pula yang membawa-bawa marga. Tanya dulu marga kita, kemudian kita pun jadi kasihan..”wawancara 2 Juni
2013 Di pasar tradisional Inpres Kwala Bekala, terdapat beberapa pedagang lain
yang juga menjual sprei, bed cover dan sarung bantal. Ini membuat informan memiliki strategi khusus agar mampu memenangkan pesaing.
“…kebetulan kios ini kan ada di jalan utama menuju ke dalam pajak, jadi bisa dibilang kita duluan yang dilihat pembeli. Walaupun demikian, pesaing pasti ada,
jadi harus mampu untuk bersaing..” wawancara 2 Juni 2013
Universitas Sumatera Utara
Informan menyatakan, ia tidak bisa menetapkan harga secara defensiveatau menetapkan harga kepada pembeli dibawah harga yang ditawarkan pesaing pada
umumnya. Hal ini karena penetapan harga yang dilakukan pedagang dipegnaruhi oleh adanya iuran harian, harga sewa kios dan terlebih dahulu mempertimbangkan
laba yang wajar. “.. Memang ada iuran harian, iuran bulanan dan uang kebersihan. Uang kios
juga ada, itu saya perhitungkan ke barang dagangan setelah mengambil untung yang saya mau..” wawancara 2 Juni 2013
Pembahasan
Setiap pedagang tentu menginginkan barang dagangan laku terjual. Untuk itu berbagai cara mereka lakukan agar tujuan mereka tercapai. Mereka harus
dapat menarik pengunjung untuk datang ke kios mereka dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli. Tujuan pedagang ini dapat tercapai salah satunya
dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai jenis barang yang dijual, model yang sedang digemari, merek, bahan dasar serta kemampuan pedagang
melihar atau membedakan kualitas barang yang bermutu atau kurang bermutu. Selain itu, pedagang juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang
memadai untuk mendukung proses perdagangan itu sendiri. Ibu Siska menyadari hal ini merupakan kedua proses yang tidak terelakkan. Semua pembeli pasti
menginginkan harga yang murah namun di sisi lain pedagang juga menginginkan keuntungan.
Keuntungan yang beliau ambil untuk setiap barang dagangan tidaklah besar. Untuk setiap barang dagangan, ia mengambil untung Rp 5.000 – Rp
15.000. Agar hal ini dapat terwujud, ia harus mampu berkomunikasi atau mencari cara agar pembeli mengerti dan keuntungan yang ia inginkan dapat terwujud.
Komunikasi yang ia lakukan yakni dengan cara membujuk dan merayu. Tidak hanya itu, beliau juga mengutamakan kepuasan pelanggan. Contohnya dalam
menjual bantal, ia tidak menjual secara asal-asalan. Ia tidak membuat bantal dibuat kelihatan gemuk padahal diisi oleh pakaian-pakaian perca, bukan kapas
atau darkon sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
Ibu Siska tidak memperhatikan kondisi pembeli dalam menetapkan harga barang dagangan. Harga yang ia tetapkan sama setelah memperhitungkan laba
yang ia inginkan. Hal ini dikarenakan penampilan luar pembeli bisa saja tidak menjadi ukuran kondisi ekonominya. Faktor lain dari dalam diri pembeli adalah
adanya faktro primordial. Rasa primordial ini ada karena dalam diri beliau ada suatu keterikatan akan identitas yang sama seperti marga atau daerah asal.
Setiap aktivitas perdagangan pasti memicu biaya. Ini pula yang terjadi dalam perdagangan pakaian bekas yang selama 15 tahun ia tekuni. Harga kios,
iuran harian, iuran bulanan dan cukai kebersihan termasuk biaya-biaya yang ia hitung dan ia kenakan kepada barang dagangannya. Perhitungan laba secara wajar
tentu telah dilakukan sebelumnya guna keberhasilan usaha perdagangan pakaian bekas yang ia jalani.
4.3.2.3 Informan III