Informan V Analisis Data Kualitatif 1 Informan I

Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam perdagangan termasuk perdagangan pakaian bekas. Komunikasi yang terjadi dalam proses jual-beli sebaiknya tidak terjadi dalam keadaan atau kesan yang tidak menyenangkan. Transaksi yang terjadi tanpa ada paksaan tentu menimbulkan daya tarik bagi pengunjung untuk datang di hari kemudian. Kelancaran komunikasi antara pedagang dan pembeli ini juga didukung oleh kemampuan pembeli dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan pedagang.

4.3.2.5 Informan V

Nama : Lita Simanjuntak Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 36 tahun Pakaian bekas diperdagangkan : Pakaian Dalam Wanita Lama Berdagang : 11 tahun Tingkat Pendidikan : SMA Laba Besih : Rp 200.000 – Rp 300.000 per hari

A. Interpretasi Data

Apabila pedagang di pasar tradisional pada umumnya bersifat agresif dalam menarik pembeli, informan ini tidak bersikap demikian. Ia lebih memilih menyapa sekedarnya dan membiarkan pembeli memutuskan untuk singgah sendiri ke kiosnya. Kios tersebut terletak di pinggir jalan utama kawasan pasar sehingga kiosnya sangat ramai dikunjungi. Selain itu,pedagang pakaian dalam di pajak inpres pada umumnya berbentuk stand, sementara beliau berjualan di kios permanen dan berlantai keramik. Kiosnya tertata rapi dan barang-barang pilihan ia gantung atau ia pajang untuk memikat pembeli. Informan lebih suka membeli bal pakaian dalam dari Jepang. Ini dikarenakan pakaian dalam yang berasal dari jepang lebih tahan, lebih murah dan karetnya kualitas baik sehingga tidak mudah melar. Satu bal pakaian dalam bekas impor dari Jepang seharga Rp 12.000.000 yang berisikan 1000 potong pakaian dalam. Universitas Sumatera Utara Menurut beliau, ketika membuka bal ibarat membeli kucing dalam karung. Pedagang harus terima apa yang ada di dalam bal tersebut dan tidak bisa dipilih. Keberuntungan pedagang kadang diuji saat membuka bal karena isi dalam bal dapat berupa barang-barang yang sudah sangat tidak layak. Walaupun demikian, pedagang tidak perlu takut akan hal itu, karena sampah-sampah dari pakaian dalam bekas ini tetap dapat diolah lagi dan dicari oleh pengumpul pakaian bekas untuk dijadikan alas kaki dan lain-lain.

B. Analisis Komunikasi Pedagang Dalam Menetapkan Harga 1. Komunikasi Verbal

- Persuasif Seperti yang telah penulis uraikan sebelumnya, Ibu Lita tidak terlalu agresif dalam mencari atau mengajak pembeli. Komunikasi verbal yang dilakukan ibu Lita berupa mengajak, membujuk pengunjung yang lewat untuk singgah ke kiosnya. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan peneliti yang digambarkan sebagai berikut : Ibu Lita : Apa cari kak? Dipilih kak dua lima belas aja kak. Pengunjung : Ada Korset kak ? Ibu Lita : Ada kak, singgah aja masuk ke dalam kak. Pilih- pilih yang mana Observasi tanggal 05 Juni 2013 Apabila pedagang lain mau melakukan pemanggilan kembali ketika pembeli meninggalkan kios saat harga yang diinginkannya tidak tercapai, maka tidak demikian dengan informan ini. Informan telah memiliki target laba tiap barang dagangan sehingga apabila target laba tersebut tidak tercapai, ia memilih untuk tidak melepas barang dagangannya kepada pembeli. Ini juga didukung dengan pernyataan beliau sebagai berikut : “… Tidak ada sistem panggil-panggil lagi biar balik Dek.. Apabila tidak cocok harga ya sudah tidak usah. Nanti makin dibujuk malah makin tidak jadi…” Wawancara 05 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara Informan menyadari bahwa komunikasi secara persuasi memang penting dilakukan guna menarik pengunjung agar membeli atau paling tidak untuk mempertahankan relasi dengan pembeli dan untuk menetapkan harga yang disepakati dua belah pihak. Namun ia berpendapat ini sangat sulit untuk dilakukan sebab ada target penjualan yang ia inginkan karena ia menghindari pulang ke rumah tanpa membawa laba atau keuntungan. Ia memperkirakan modal awal sebuah pakaian dalam sekitar Rp 5.000, lalu ia menjualnya 2 potong seharga Rp 15.000. Ia menggunakan trik ini agar barang dagangannya cepat terjual karena pembeli pada umumnya akan membeli dua sekaligus. - Koersif Komunikasi koersif menurut pengamatan peneliti jarang dilakukan oleh informan. Informan tidak membuat proses komunikasi yang berlangsung menjadi tidak nyaman karena ini akan merugikan dia di kemudian hari. Kesulitan yang ia alami dalam berdagang adalah situasi pasar yang panas dan berdebu karena kiosnya tepat di jalan utama di dalam pasar. Ia menjadi cepat marah apabila ada pembeli yang menawar dengan sesuka hati. Ia menuturkan : “…Kalau monja yang digantung dek itu jarang harganya dibawah Rp 15.000. itu pasti kualitas nomor satu, makanya kami gantung. Tapi pembeli menawar jadi dua lima belas. Kadang sudah dijelaskan pun masih ditawar segitu juga, jadi mending disuruh cari yang lain saja atau bila perlu bikin pabrik sendiri..” Wawancara 05 Juni 2013 Komunikasi koersif yang terjadi tentu tidak dapat menyalahkan satu pihak saja. Menurut pengamatan peneliti di lapangan, memang ada pembeli yang tidak ada niat untuk membeli namun hanya datang sekedarnya dan bertanya-tanya. Ini juga menimbulkan kesulitan bagi informan apabila pembeli dengan tipe demikian datang saat pembukaan bal terjadi dan situasi kios sedang ramai sehingga menyulitkan informan untuk mampu melayani semua pengunjung yang datang dengan baik. Universitas Sumatera Utara

B. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga

Penetapan harga pakaian bekas di pasar tradisional tidak terjadi dengan sendirinya. Faktor-faktor lain turut mempengaruhi penetapan harga jual seperti faktor Consumer, Competitor dan Cost. Ini juga didukung oleh informan yang kesehariannya memperhatikan faktor-faktor ini dalam menetapkan harga. Seperti pernyataan informan : “… Saya lihat-lihat dulu. Apakah ini langganan atau tidak. Biasanya langganan kan sudah akrab dan sudah terbiasa datang. Harganya kita kurangi sedikit dan penawaran harga juga terjadi tidak terlalu jauh dari pembukaan harga..” Wawancara 05 Juni 2013 Terkait dengan primordialisme, informan mengatakan bahwa ini memang kerap terjadi : “… pembeli itu mau tetangga kita, atau satu kumpulan sama kita. Jadi tidak enak juga mau dikasih harga yang mahal karena sesama marga dan tawar menawar pun langsung berbahasa batak…” Wawancara 05 Juni 2013 Aspek kedaerahan memang sangat erat di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan. Pedagang kerap berbicara dengan bahasa daerah dan melontarkan humor dalam bahasa daerah. Selain itu, penetapan harga juga dipengaruhi oleh pesaing yang menawarkan barang yang sama serta biaya yang timbul dalam perdagangan. “… Saingan terberat itu yang berdagang pakai stand atau lapak sekedarnya atau yang menggelar terpal di lantai. Karena mereka tidak ada uang kios. Sewa kios saya saja sudah Rp 2.000.000 setahun itu pasti mempengaruhi harga barang dagangan saya. Tidak ada yang mau rugi. Padahal harga bal dan lain-lain sama. Tidak ada niat untuk membuat harga dibawah harga yang dibuat pedagang lain. Nanti malah jadi musuh sesama pedagang..” Wawancara 05 Juni 2013

C. Pembahasan

Ibu Lita memiliki kios yang paling baik diantara pedagang pakaian bekas yang lain. Sewa Kios beliau pertahun juga cukup mahal karena kios beliau permanen dan keramik. Barang-barang yang ia jual juga banyak karena ia tidak Universitas Sumatera Utara hanya melayani pembeli pemakai langsung namun melayani pedagang lain yang ingin membeli dan menjual kembali pakaian dalam bekas ini. Di kios ini, sangat mudah mendapatkan pakaian dalam dengan merek- merek terkenal dengan kisaran harga Rp 25.000 – Rp 70.000. Semua harga tergantung dari jenis pakaian dan bahannya serta tergantung kemampuan pedagang berkomunikasi untuk menetapkan harga yang ia inginkan kepada pembeli. Terkait dengan kemampuan berkomunikasi, ia lebih sering berkomunikasi secara verbal seperti membujuk, menyapa, dan melakukan pendekatan dengan pembeli dibandingkan berkomunikasi secara nonverbal. Namun ia sesekali menggaruk kepala gestures ketika ada pembeli yang mulai tidak menyenangkan saat menawar. Komunikasi yang baik sangat ia perlukan dalam berdagang karena dalam perdagangan pakaian bekas tidak ada banderol harga yang tetap. Semua penetapan harga terjadi menurut kondisi lapangan yang berlangsung saat itu. Informan menambahkan, misalnya ketika sedang marak penangkapan bal karena perdagangan pakaian bekas merupakan sesuatu yang illegal, maka akan sulit mendapatkan pasokan bal baru. Kesulitan pasokan ini tentu mempengaruhi harga yang akan mereka jual. Penetapan harga pakaian dalam bekas menurut informan bukan hal yang sulit, asalkan mampu menangkap keinginan pembeli dan menyampaikannya dengan cara yang tepat. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian dan temuan selama melakukan penelitian, serta saran yang diajukan penulis berdasarkan kesimpulan yang peneliti peroleh.

5.1 Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah sesuai dengan tujuan penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya tentang yakni untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli, proses tawar menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan calon pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan untuk menetapkan harga dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pedagang dalam proses penetapan harga pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan.Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli terjadi secara verbal maupun non verbal. Secara verbal, komunikasi terjadi secara persuasi dan koersif. Komunikasi persuasi dilakukan pedagang pakaian bekas dalam bentuk menyapa pembeli, bersikap ramah, sopan, member lelucon, menyisipkan humor, memberikan rayuan dan memuji. Komunikasi koersif juga dipakai pedagang dalam melayani pembeli yang mereka anggap kurang menyenangkan. Komunikasi koersif ini berupa menekan pembeli dan berbicara dengan keras atau kurang sopan. Sedangkan secara nonverbal, komunikasi terjadi melalui paralanguage yaitu pola titinada dan volume suara, kinesics yakni sikap tubuh, isyarat, dan ekspresi wajah yang ditunjukkan secara bersahabat. Universitas Sumatera Utara