Deskripsi Hasil Penelitian Penyajian Data Penelitian

yang disesuaikan dengan permasalahan peneliti. Sedangkan data-data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan serta dokumen –dokumen dari hasil penelitian.

4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam memperoleh hasil penelitian tentang komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan telah dilakukan upaya menemukan atau menelusuri substansi dari permasalahan yang terkait dengan komunikasi pedagang dalam penetapan harga. Adapun hasil penelitian merupakan data yang diolah berdasarkan teknik analisis data. Sedangkan cara peneliti memperoleh data didasarkan pada instrument penelitian yakni melalui observasi dan wawancara dengan pedagang pakaian bekas, pembeli serta pegawai Perusahaan Daerah Pasar Cabang II Pasar Inpres Kwala Bekala Medan yang dianggap layak memberi informasi terkait dengan judul penelitian. Sesuai dengan hasil wawancara peneliti di lapangan, maka data yang diperoleh akan diinterpretasikan berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya yaitu untuk mengetahuikomunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga pada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan serta mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli dan untuk mengetahui proses tawar menawar yang terjadi antara pedagang pakaian bekas dan calon pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan. Tingkat kebutuhan pembahasan terhadap data yang peneliti peroleh dari hasil penelitin, maka peneliti akan memilih hasil wawancara informan kunci dengan maksud agar pembahasan tidak berulang-ulang karena jawaban atas pertanyaan yang termasuk dalam lembaran hasil wawancara pada umumnya memiliki kemiripan bahkan ada jawaban yang sama. Atas dasar itulah sehingga peneliti melakukan penilaian dan mencari jawaban yang paling signifikan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Universitas Sumatera Utara Berikut adalah identitas informan kunci berdasarkan hasil wawancara di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan No Nama Pedagang Jenis Kelamin Usia Lama Berdagang Pakaian Bekas 1 Rame Nainggolan Perempuan 34 tahun 1 tahun 2 Siska Silitonga Perempuan 45 tahun 15 tahun 3 Herma Perempuan 31 tahun 1 tahun 4 Ribu Perempuan 53 tahun 10 tahun 5 Lita Perempuan 36 Tahun 10 tahun Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan pedagang pakaian bekas sebagai informan, diketahui bahwa sebenarnya pakaian bekas impor atau monjaitu tidaklah seluruhnya merupakan baju bekas pakai orang lain. Pakaian-pakaian ini merupakan pakaian sisa penjualan yang berasal dari pabrik garmen dan departement storeyang berada di negara lain yang tidak terjual kemudian ditimbun di gudang selama bertahun-tahun lamanya.Dari tempat asalnya seperti Korea Selatan, Malaysia, Jepang, Singapura dan Hongkong, pakaian-pakaian ini lalu dikirim melalui pelabuhan-pelabuhan besar dan diturunkan dari kapal pengangkutannya seperti di Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Balai Asahan, dan Belawan. Penelitian di lapangan juga menemukan bahwa ternyata pakaian impor atau monja tersebut tidaklah keseluruhan merupakan bagian dari pakaian yang tidak inginkan lagi oleh pemiliknya lalu dibuang menjadi sampah. Pakaian impor tersebut sebagian tertimbun karena tidak laku terjual.Hal ini tidak jarang menyebabkan pedagang pakaian bekas masih menemukan label harga price tag pada pakaian-pakaian tersebut ketika proses pembukaan karung atau bal terjadi. Pakaian – pakaian ini kemudian ketinggalan trend atau mode karena perputaran atau mode dalam dunia fashion di luar negeri sangat cepat. Hal inilah yang dimanfaatkan sebagian pihak tertentu untuk diperjualbelikan kembali ketika pakaian tersebut keluar dari timbunannya. Baju-baju itu kemudian menjadi Universitas Sumatera Utara menarik pembeli karena tergiur oleh kualitas pakaian impor yang dianggap baik dan pakaian tersebut menjadi ekslusif karena umumnya tidak memiliki kembaran atau hanya satu tipe. Ini tentu berbeda dengan membeli pakaian di mall atau departement store karena walaupun pakaian yang dijual atau dipajang di etalase mall itu mahal harganya, pakaian tersebut tetaplah diproduksi secara massal dan dijual dalam kawasan yang terbatas, sehingga kita dapat menemukan pakaian mahal tersebut juga dipakai oleh orang lain sehingga menjadi tidak ekslusif. Adanya proses penimbunan dan pemasukan pakaian ke dalam karung menyebabkan adanya warna kuning atau kusam pada pakaian, aroma apek dan berdebu. Dalam proses penjualannya dari negara asal seperti Singapura, Malaysia, Jepang dan Korea, pakaian-pakaian yang telah tertimbun ini kemudia di kemas dalam karung-karung besar bal. Kemudia dipasarkan oleh importir sehingga setiap pembeli partai besar tidak akan tahu pasti apa saja isi pakaian bekas di dalam karung tersebut karena ketika dikemas dilakukan secara acak atau random dan tidak dapat dilihat apabila tidak terjadi pembelian bal terlebih dahulu. Biasanya para pedagang akan membeli dalam karung bal pakaian bekas yang sudah disortir terlebih dahulu dan dipisahkan menurut tipe atau jenisnya. Jenis yang dimaksud disini adalah apakah pakaian dalam, kemeja, sepatu, tas, celana pendek, pakaian anak-anak dan lain-lain. Pihak yang memperdagangkan pakaian bekas tersebut juga berbeda-beda dan berdasarkan tipe-tipe yang mereka pilih untuk mereka jual ke kios mereka. Pengunjung kios pakaian bekas di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala juga berasal dari berbagai kalangan dan pangsa pasar terbesar ternyata berasal dari kalangan anak muda karena merefleksikan posisi keuangan anak-anak muda yang terbatas namun ingin tampil trendy.Ini dapat menjadi temuan bahwa pakaian bekas tersebut ternyata dijadikan alternatif baru dalam pemenuhan kebutuhan dalam sandang. Tidak hanya anak-anak muda, pakaian bekas juga diminati kalangan ekonomi menengah ke atas karena apabila kita telusuri, sesungguhnya merek-merek yang melekat di pakaian tersebut adalah merek-merek yang terkenal atau diakui keberadaannya. Pengunjung yang ditemui di lokasi penelitian juga beranggapan bahwa pakaian hasil impor ini lebih tahan kualitasnya, tidak pudar ketika namun diperoleh dengan harga yang murah dan bentuk yang menarik serta Universitas Sumatera Utara masih layak dipakai. Bentuk yang menarik dari pakaian bekas ini dikarenakan sebagian pedagang mencuci dahulu barang dagangannya atau menyetrikanya agar kelihatan bagus dipajang, tidak berbau apek dan tidak kusut. Peletakan barang atau pemajangan barang pun berpengaruh terhadap harga jual. Misalnya untuk barang dengan kualitas bagus super berada diatas harga jual pada umumnya. Barang dengan kualitas bagus ini biasanya digantung dengan hanger dan diletakkan ditempat yang mudah dilihat oleh pembeli. Harga barang dengan kualitas baik sekitar Rp 25.000 – Rp 100.000 dan tidak jarang ditemukan label harga yang masih melekat di pakaian tersebut. Untuk barang yang cacat atau sobek biasanya diletakkan di tumpukan keranjang atau diletakkan di lantai dan dijual secara murah dari harga Rp 1.000 – Rp 5.000 dan obralan itu merupakan salah satu strategi untuk menarik pelanggan dan menghabiskan barang. Salah satu cara lain untuk menghabiskan pakaian bekas tersebut adalah menjualnya kembali kepada pengumpul yang datang secara mingguan untuk menjualnya lagi ke daerah-daerah atau menjualnya ke pabrik. Adanya perdagangan pakaian bekas ini merupakan sebuah fenomena menarik di masyarakat dan tidak lepas dari tingginya permintaan konsumen yang setiap hari memenuhi tempat penjualan pakaian bekas tersebut. Beberapa pedagang mengakui bahkan sering mendapat permintaan yang cukup banyak dari konsumen sehingga menuntut mereka untuk terus memenuhi stok dagangannya dan membuka bal sesering mungkin.

A. Komunikasi Pedagang Dalam Menetapkan Harga di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala

Setiap aktivitas bisnis apapun memerlukan komunikasi untuk melancarkan usahanya. Seperti yang telah dibahas di bab 2 bahwa komunikasi adalah sebuah proses, peristiwa dan tindakan yang mempengaruhi melalui pesan yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan pikiran, perasaan dan tindakan sedangkan menetapkan harga adalah menentukan unit harga yang akan diberikan pada pembeli atau calon pembeli. Universitas Sumatera Utara Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi pedagang dalam menetapkan harga merupakan proses tindakan mempengaruhi pembeli untuk mendapatkan hal yang diinginkan yakni kesepakatan harga. Seorang pedagang tentu mempunyai pengalaman yang berbeda dengan pembeli, maka pedagang sebagai komunikator dituntut harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan pembelinya. Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan, diperoleh data tentang komunikasi pedagang pakaian bekas dalam menetapkan harga pada pembeli di Pasar Tradisional Inpres Kwala Bekala Medan adalah sebagai berikut : 4.3.2. Analisis Data Kualitatif 4.3.2.1 Informan I