commit to user
86
e Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 70,83 dan pada siklus II 95,83 setelah dilakukan refleksi terdapat 1 siswa
yang tidak tuntas nilai ulangan dibawah 65, namun secara keseluruhan sudah meningkat nilai pemahaman konsepnya bila
dilihat dari persentase ketuntasan siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang
diperoleh pada masing masing pertemuan, maka pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan metode TGT
pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode TGT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri
Brujul 1 tahun pelajaran 20102011.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata rata nilai evaluasi IPS dan ketuntasan belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Brujul
1, Jaten, Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing masing terdiri dari 2
pertemuan. Dari tabel 7 dan tabel 10 tentang perkembangan nilai siswa dapat dibuat tabel 11 tentang peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II
sebagai berikut: Tabel 11. Nilai Rata Rata Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan Persentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
commit to user
Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM
Nilai Rata-Rata Pemahaman konsep proklamasi
kemerdekaan indonesia Persentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum
Tindakan Siklus
I Siklus
II Sebelum
Tindakan Siklus
I Siklus
II
65 57,625
69,9 84
45,83 70,83
95,83 Dari Tabel 11 diatas dapat digambarkan menjadi Grafik 7 sebagai berikut :
Grafik 7. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan Ketuntasan Belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setiap Siklus
Berdasarkan perhitungan
nilai pemahaman
konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia rata rata pada Tabel 11 dan Grafik 7 di atas, siswa yang KKM menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum
tindakan nilai rata rata hanya mencapai 57,625 dengan persentase ketuntasan klasikal 45,83 pada siklus I bisa meningkat menjadi 69,9 dengan persentase
ketuntasan klasikal 70,83 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84 dengan persentase ketuntasan klasikal 95,83. Hal ini merefleksikan bahwa penerapan
metode TGT dalam pembelajaran IPS kelas V dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS.
Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan
sebelum tindakan Siklus I
Siklus II
commit to user
88
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap aktifitas siswa, observasi RPP guru dan kinerja guru secara klasikal juga mengalami peningkatan. Dari
lampiran 15, lampiran 18 dan lampiran 21 tentang observasi kinerja guru dapat dibuat Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru, Aktivitas Siswa dan Observasi RPP Guru Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja Guru
Observasi Aktivitas Siswa
Observasi RPP Guru Siklus I
Siklus II Siklus I
Siklus II Siklus I
Siklus II
3,46 baik
3,678 baik
sekali 1,83
baik 1,88
baik 3,7
baik sekali
3,81 baik
sekali Keterangan observasi kinerja guru :
1. 3,5 = sangat baik 3. 2 2,9 = Kurang
2. 3,0 3,4 = Baik 4. 2 = Sangat Kurang
Keterangan observasi aktivitas siswa 1.
3. 1,5 = Kurang 2. 2,25= baik
4. 0,75 = Sangat Kurang Keterangan observasi RPP guru :
3,5 = sangat baik 3. 2 2,9 = Kurang
2. 3,0 3,4 = Baik 4. 2 = Sangat Kurang
Dari Tabel 12 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya mendapat nilai 3,46 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,678.
Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 1,83 meningkat menjadi 1,88. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran IPS berlangsung pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya observasi RPP guru yang semula pada silus I mendapat nilai 3,7 meningkat menjadi 3,81
commit to user
89
pada siklus II. Dari Tabel 12 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru, aktivitas siswa dan observasi RPP guru. Walaupun peningkatannya tidak terlalu
drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus menerus akan memperlihatkan hasil yang signifikan.
Mengingat bahwa dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.
Hambatan yang ditemui pada masing masing siklus berbeda beda. Hambatan hambatan itu antara lain :
1. Siswa masih kesulitan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru,
karena harus bekerja kelompok dan melaksanakan tournamen yang tiap permainannya berganti lawan.
2. Ketika berkumpul di kelompok, diskusi siswa belum terarah hal itu
membuat kondisi menjadi gaduh karena siswa ramai sendiri. 3.
Pembagian kelompok yang homogen membuat kelas menjadi tidak seimbang, ada kelompok yang selalu aktif tapi ada juga kelompok yang
sangat pasif. 4.
Selain itu saat penyampaian hasil diskusi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat kelompok lain sedang membacakan hasilnya.
5. Pada saat kegiatan tournament sering terjadi kegaduhan yang kadang
membuat siswa berselisih paham. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah
disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran Saat berada di kelompok guru
membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang dapat dikerjakan secara kelompok atau berbagi tugas sehingga diskusi di kelompok lebih terarah dan lebih
kondusif. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen sehingga tidak ada kelompok yang lebih mendominasi akan tetapi semua kelompok bisa terlibat
aktif dalam pembelajaran. Kelompok yang akan maju membacakan hasil diskusinya terlebih dahulu memberikan hasil lembar diskusinya pada guru
sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu kelompok itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu siswa yang lain akan
commit to user
90
memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila kelompok yang di depan tidak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain berhak
menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif. Pelaksanaan turnamen menjadi lebih tertib karena siswa sudah terbiasa dengan turnamen dan
siswa sudah mulai mengerti aturan main turnamen. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas lihat lampiran 1 pemahaman konsep siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe
TGT sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 45,83. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaan yang tepat dalam
pelajaran IPS sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti maupun menyerap materi pelajaran IPS. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan
model pembelajaran tipe TGT dalam pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, selain itu ketuntasan belajar IPS siswa
juga meningkat. Walaupun begitu, dalam pelaksanaanya dijumpai hambatan yang ditemui guru pada pembelajaran IPS menggunakan metode TGT ini diantaranya
yaitu: 1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang
kondusif untuk pembelajaran. 2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.
3. Ketepatan guru dalam menerapkan metode TGT juga masih kurang sehingga masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi bersama guru kelas V dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola
kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru menggunakan media gambar yang secara langsung dipegang siswa, sehingga
materi yang disampaikan lebih jelas dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa tentang langkah langkah menggunakan
metode TGT supaya siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu hambatan yang ada dalam pembelajaran dapat diperbaiki.
commit to user
91
Hambatan hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat
dikurangi. Hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran IPS dapat meningkat. Penerapan model kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi bermakna karena pembelajaran lebih
menyenangkan memudahkan siswa untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman teman, meningkatkan rasa kerja sama dan
tanggung jawab dalam satu kelompok untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama sama dan berkompetisi secara sehat guna mencapai
tujuan. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe TGT maka kendala kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang lain menjadi tidak berarti. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Brujul 1 yaitu dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT.
Penerapan model kooperatif tipe TGT dapat menjadikan pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi lebih menyenangkan sehingga
pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Brujul 1 tahun ajaran 2010 2011.
commit to user
92
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan