PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1 TAHUN AJARAN 2010 2011
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1
TAHUN AJARAN 2010/2011
OLEH : SETYA RISTANTO K7107050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
iiPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1
TAHUN AJARAN 2010/2011
OLEH : SETYA RISTANTO K7107050
Skripsi
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user
iii(4)
(5)
commit to user
vABSTRAK
SETYA RISTANTO. K7107050. PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD N
BRUJUL 1 TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul tahun ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Brujul, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Sejumlah 24 siswa yang terdiri dari 11siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaSiswa Kelas V SD N Brujul 1 Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata rata nilai pemahaman konsep siswa sebelum tindakan yaitu 57,625, pada siklus I nilai rata rata pemahaman konsep siswa menjadi 69,9, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai diatas 1 siswa (45.83%), pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa (70,83%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa (95,83%).
Kata Kunci : Teams Games Tournament, pemahaman konsep, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
(6)
commit to user
viABSTRACT
SETYA RISTANTO. K7107050. APPLYING COOPERATIVE
LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TYPE TO IMPROVE THE CONCEPT UNDERSTANDING OF INDONESIAN INDIPENDENT PROCLAMATION THE FIFTH STUDENTS OF SDN 01 BRUJUL AT 2010 / 2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, June 2011.
The purpose of the research is to improvement concept understanding of Indonesian Indipendent Proclamation by using Teams Games Tournament method approach in the fifth grade students of SD Negeri 01 Brujul 2010/2011 acadenic year.
This study belongs to a classroom action research consisting of two cycles, each of which consists of four stages: planning, acting, observing, and reflecting.. Subject of the research is the fifth grade students of SD Negeri 1 Brujul Jaten Karanganyar of 2010/2011 academic year consisting to 24 students that consist of 11 male students and 13 female students. Techniques of collecting data used were documentation, interview, observation, and test. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model technique consisting of three components: data reduction, data display and conclusion drawing or verification
Considering the result of research conducted, it can be concluded by applying model study of type cooperative of Teams Games Tournament can improve the concept understanding of Indonesian Indipendent Proclamation of fifth grade students SDN 1 Brujul Jaten Karanganyar of 2010/ 2011 academic year. The improvement of concept understanding can be seen from the increase in action. Average value of concept understanding before action that is 57,625. The average value of understanding increased to 69,9 in the first cycle and it increased to 84 in the second cycle. Before implementation of the research, students who acquired KKM students (45,83 %). In first cycle, the number of students with students (70,83 %) and the number of the students increased again in second cycle became 23 students (95,83%).
keyword : Teams Games Tournament, understanding of concept, Indonesian Indipendent Proclamation
(7)
commit to user
vii
MOTTO
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh-( Terjemah: Q.S Al Insyirah: 6-7 )
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
(Thomas Jefferson)
Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk. (Japanese Proverb)
Jangan sekali-kali melupakan sejarah ( jasmerah) (Soekarno, presiden RI pertama)
Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam
hal apapun. (Penulis)
(8)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Bapak (Tokol Sumarno) dan Ibu (Sri Rahayu) tercinta yang telah memberiku cinta, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang tak terbatas
demi kebahagianku.
Mbak Kunti dan Mas Arik yang telah memberi semangat.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku
yang cerah.
Sahabat-sahabatku S1 PGSD 2007, kelas B (S1B07), terimakasih untuk kebersamaan dan kenangan yang tak kan terlupakan.
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1 TAHUN AJARAN 2010/2011
memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari, terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Dra.Hj. Lies Lestari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti
6. S.H. Nurliswanti, A.Ma.Pd selaku Kepala SD Negeri 1 Brujul Jaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri 1 Brujul Jaten Karanganyar.
7. Bapak Rahadi Suyanto, S.Pd selaku guru kelas V SD N 1 Brujul.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya, serta pembaca pada umumnya.
(10)
commit to user
x
Surakarta, Juni 2011
(11)
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGAJUAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTER GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 7
2. Hakikat Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 24 B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36
C. Kerangka Berpikir ... 38
(12)
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
B. Subjek Penelitian ... 41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian D. Sumber Data ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Validitas Data ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 47
H. Indikator Kinerja ... 49
I. Prosedur Penelitian ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 92
B. Implikasi ... 92
C. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase Pembelajaran Kooperatif ... 10 Tabel 2. Tabel Data Nilai Pemahaman Konsep Tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Brujul 1 Pada Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 57 Tabel 3. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan ... 59
Tabel 4. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum
Tindakan ... 60 Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus I ... 69 Tabel 6. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus 1 ... 71
Tabel 7. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I ... 72 Tabel 8. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus II ... 82 Tabel 9. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus ... 84 Tabel 10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan
Siklus II ... 85 Tabel 11. Nilai Rata Rata Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 87 Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan penempatan pada meja turnamen ... 23
Gambar 2. Skema kerangka berpikir ... 39
Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data ... 48
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 51
Gambar 5. Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan ... 58
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar Pra siklus ... 59
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan ... 60
Gambar 8. Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siklus I ... 70
Gambar 9. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I ... 71
Gambar 10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan dan Siklus I ... 73
Gambar 11. Grafik hasil data nilai pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia siklus II ... 83
Gambar 12. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II ... 84
Gambar 13. Grafik perkembangan nilai Pemahaman konsep siklus I dan Siklus II... 86
Gambar 14. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan Ketuntasan Belajar IPS setiap Siklus... 87
Gambar 15. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru, Aktivitas Siswa dan Observasi RPP Guru Selama Pembelajaran Tiap Siklus ... 88
(15)
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal penelitian ... 100
Lampiran 2. Pedoman dan hasil wawancara guru sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT ... 101
Lampiran 3. Pedoman wawancara untuk guru setelah diterapkan pembelajaran koopratif tipe TGT ... 103
Lampiran 4. Silabi materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia ... 105
Lampiran 5. Rancana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I ... 108
Lampiran 6. Kisi-Kisi LKS Siklus I ... 118
Lampiran 7. Lembar diskusi siswa siklus I ... 119
Lampiran 8. Kumpulan soal-soal turnamen siklus I ... 120
Lampiran 9. Test individu siklus I ... 122
Lampiran 10.Rancana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I ... 123
Lampiran 11.Kisi-Kisi LKS Siklus II ... 134
Lampiran 12.Lembar diskusi siswa siklus II ... 136
Lampiran 13.Kumpulan soal-soal turnamen siklus II ... 137
Lampiran 14.Test individu siklus II ... 139
Lampiran 15.Pedoman observasi Siswa ... 140
Lampiran 16.Pedoman observasi Siswa Siklus I ... 144
Lampiran 17.Pedoman observasi Siswa Siklus II ... 148
Lampiran 18.Lembar observasi RPP Guru ... 152
Lampiran 19.Lembar observasi RPP Guru Siklus I ... 155
Lampiran 20.Lembar observasi RPP Guru Siklus II ... 158
Lampiran 21.Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran Guru ... 161
Lampiran 22.Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran GuruSiklus I ... 163
Lampiran 23.Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran Guru Siklus II 167 Lampiran 24.Daftar nilai sebelum siklus ... 171
Lampiran 25.Daftar nilai siklus I ... 172
(16)
commit to user
xvi
Lampiran 27.Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul pembelajaran TGT ... 174 Lampiran 28.Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus I ... 176 Lampiran 29.Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus II tahap 1 ... 178 Lampiran 30.Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus II tahap ... 180 Lampiran 31.Jadwal penelitian ... 182
(17)
commit to user
1BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional bidang pendidikan memiliki makna strategis guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Makna strategis tersebut menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan kebutuhan sumber daya masa depan. Upaya peningkatan Sumber Daya Manusia, hanya dapat dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan seperti yang diatur dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam mewujudkan tujuan nasional.
Masing-masing murid sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya: kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya, maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri. Sering kita menjumpai siswa yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca, menulis, berhitung dan menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya saat kegiatan pembelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya perubahan pada siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman konsep yang dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya. Tes digunakan untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa. Hasil tes dapat memberikan informasi tentang proses dan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(18)
commit to user
Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar ada berbagai macam. Salah satu pelajaran yang diajarkan adalah IPS. Pelajaran IPS diberikan sejak SD/MI. Silvester Petrus Taneo (2009:1.14) mengatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang meadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Maka IPS sendiri terdiri dari berbagai macam cabang ilmu. Adapun tujuan IPS menurut
Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati,dkk (2009:1.24) embina anak
didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan Pendapat di atas mempertegas bahwa IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang terdapat pada pelajaran IPS adalah pokok bahasan tentang Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Materi ini diajarkan pada kelas V. Dalam suatu proses pembelajaran sudah barang tentu tak luput dari masalah dan hambatan. Tak sedikit pembelajaran tentang Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mengalami masalah dan hambatan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis pada kelas V SD N 1 Brujul diketahui siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul mengalami kesulitan dalam pemahaman materi tentang konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS. Hal itu dapat dibuktikan dengan cukup banyaknya siswa yang tidak dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan pada materi pelajaran ini. KKM yang harus dicapai pada pelajaran IPS kelas lima SD Negeri 1 Brujul adalah 65. Selama ini dengan KKM yang ditentukan guru adalah sebesar 65, banyak siswa yang tidak mampu mencapai KKM yang telah ditentukan tersebut. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1) siswa tidak tertarik dengan pelajaran IPS, 2) materi IPS yang terlalu luas, 3) siswa kesulitan menghafalkan materi, 4) guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 5) media yang digunakan kurang menarik.
(19)
Pada saat dilakukauan pre test tentang materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul diperoleh hasil bahwa dari 24 siswa terdapat 11 siswa yang dapat mencapai KKM yang telah ditentukan dan 13 siswa belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Dengan kata lain hanya 45,83% yang dapat lulus materi ini. Dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 171
Materi yang terdapat pada Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diantaranya: 1) Pertemuan di Dalat, 2) Menanggapi berita kekalahan Jepang, 3) Peristiwa Rengasdengklok, 4) Perumusan teks proklamasi, 5) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sedangkan Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diantaranya: 1) Ir. Sukarno, 2) Drs. Mohammad Hatta, 3) Ahmad Subarjo, 4) Ibu Fatmawati, 5) Sutan Syahrir, 6) Laksamana Takasi Maeda.
Tujuan pembelajaran dari pelajaran IPS kelas V materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah siswa dapat mendeskripsikan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan baik. Apabila siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran di atas maka siswa tidak memahami peristiwa tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sehingga siswa tidak memiliki sikap menghargai atas jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Apabila masalah di atas tidak dilakukan tindakan lanjut, maka dapat berpengaruh lebih jauh, yaitu pemahaman siswa pada pelajaran IPS menjadi kurang maksimal. Hal ini bedampak pada materi selanjutnya.. Maka dalam rangka memenuhi ketercapaian tujuan diperlukan proses belajar mengajar alternatif dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2010:4), pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan mengedepankan kerja sama kelompok. Dengan
(20)
commit to user
kerja sama kelompok diharapkan siswa dapat saling membantu satu sama lain. Selain itu, dapat menciptakan interaksi antar anggotanya. Mereka dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam tipe, antara lain: 1) Jigsaw, 2) Student Team Achievement Division (STAD), 3) Group Investigation, 4) Metode TAI (Team assisted Individualization), 5) Metode Numbered Head Together, 6) Teams Games Tournament (TGT)
Salah satu model kooperatif yang dapat digunakan sebagai solusi adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model pembelajaran tipe ini mengedepankan pembelajaran dibuat seperti permainan. Isjoni (2010:83-84) mengatakan TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang heterogen. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok. Selanjutnya, diadakan permainan akademik atau disebut dengan turnamen. Siswa dihadapkan layaknya sebuah lomba. Dengan adanya persaingan antar kelompok dan antar anggota kelompok diharapkan siswa termotivasi dan tertarik terhadap pelajaran IPS sehingga pemahaman siswa juga ikut meningkat.
Dengan alasan tersebut peneliti melakukan penelitian pada kelas V SD N 1 Brujul. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD N Brujul 1 Tahun Ajaran
2010/2011
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan permasalahan yaitu : Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul tahun ajaran 2010/2011
(21)
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya yaitu : meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
b. Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan pembelajaran IPS, terutama tentang konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Siswa
a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran IPS tentang konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
c. Melatih siswa bekerja secara kelompok dan berkompetisi.
d. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, utamanya terkait materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
e. Meningkatkan pemahaman konsep siswa mengenai materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana mengembangan prestasi sekolah melalui berbagai kegiatan sehingga prestasi sekolah lebih terkesan
(22)
commit to user
tidak statis. Selain itu manfaat lainnya yaitu sebagai bahan untuk pengembangan kurikulum di tingkat sekolah terutama di dalam kelas
(23)
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu model dan pembelajaran. Kata model dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1034) adalah contoh, pola, acuan, ragam, macam dan sebagainya, barang tiruan yang kecil dan tepat sekali seperti yang ditiru. Menurut Sri Anitah (2009:45) model memiliki arti suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Agus Suprijono (2010:45) mengatakan bahwa model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Adapun pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) berpendapat pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Hamruni (2009:45),mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated). Agus Suprijono (2010:13) berpendapat pembelajaran adalalah proses, cara, perbuatan mempelajari.
Istilah model pembelajaran dikatakan oleh Hamruni (2009:5) yaitu mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
(24)
commit to user
sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Sedangkan Trianto (2007:1) berpendapat model pembelajaran merupkan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam tutorial. Senada dengan pendapat di atas, Agus Suprijono (2010:46) berpendapat model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan penglaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2010:73) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan belajar, berpikir dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
cooperative
yang artinya mengerjakan ssuat secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin (2010:4), pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Selanjutnya Anita Lie dalam Isjoni dan Ismail (2008:150), menyebutkan pembelajaran kooperatif yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugasan yang terstruktur. Melalui kerja sama akan dibuat keputusan oleh para siswa secara bersama-sama. Senada dengan hal di atas Davidson dan Warsham dalam Isjoni (2010:28) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar
(25)
mengajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Sedangkan George M Jacobs dalam http://www.georgejacobs.net diunduh tanggal 25 April 3011 menyatakan bahwa Cooperative learning (CL) can be defined as "concepts and techniques for helping students learn together
Artinya yaitu pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai konsep dan teknik untuk membantu siswa belajar bersama. Senada dengan di atas Kevin Olivier (2009:1) a number of strategies whereby students help one another acquire course content. Artinya kurang lebih salah satu strategi dimana siswa saling membantu satu sama lain guna mencapai tujuan yang diinginkan. Johnson dalam Isjoni (2010 : 22) mengemukakan Cooperative means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the intructional use of small group that allows students work together to maximize their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Agus Suprijono (2010:54) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Sugiyanto (2009:36) juga ikut mengemukakan pendapatnya, pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama memaksimalkan konisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selain beberapa pendapat di atas, Rusman (2010:202) pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang beresifat heterogen. Dari beberapa pendapat di atas dapat
(26)
commit to user
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Model pembelajaran kooperatif memiliki enam fase, yaitu
Fase-fase Perilaku guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisir peserta didik ke kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada pesrta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi yang efisien Fase 4:
Membimbing kelompok kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka
Fase 5: mengevaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau
(27)
Tabel 1. Fase pembelajaran kooperatif Ibrahim, dkk dalam Trianto (2009:67)
a. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Riyanto (2010:266), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah. 2) Siswa dalam kelompok sehidup semati.
3) Siswa melihat semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama.
5) Akan dievaluasi untuk semua.
6) Berbagi kepemimipinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. 7) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani. Hal yang hampir sama dikatakan Rusman (2010:207) bahwa ciri-ciri pembelajaran koooperatif diantaranya sebagai berikut:
1) Pembelajaran secara tim
2) Didasarakan pada manajemen kooperatif 3) Kemauan untuk bekerja sama
4) Keterampilan bekerja sama
Pendapat yang hampir sama dikatakan oleh Winastwaman (2010:60) yang mengatakan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:
1) Ketrampilan sosial
Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru
2) Interaksi tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. 3) Pelajar harus saling bergantung positif
4) Setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu.
(28)
commit to user
Melengkapi pendapat para ahli di atas, Sugiyanto (2009:40) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif diantaranya:
1)Saling ketergantungan positif 2)Interaksi tatap muka
3)Akuntabilitas individual
4)Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Selanjutnya Sri Anitah (2009:47) menyebutkan dalam pembelajaran kooperatif itu terdapat ketergantungan positif. Ketergantungan dibantu dengan cara memberi peran khusus anggota sebagai: pengamat, pengklarifikasi, perekam dan pendorong. Memecah tugas menjadi sub-sub tugas untuk mencapai keberhasilan tugas.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif, interaksi tatap muka, ketrampilan sosial, akuntabilitas individual, Pembelajaran secara tim, dan ketrampilan bekerja sama.
b. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000) dalam (Isjoni, 2009: 39) yaitu:
1) Hasil Belajar Akademik
Dalam pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki hasil belajar siswa atau tugas-tugas akademis penting lainya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model telah menunjukan, modal stuktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
(29)
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuanya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai latarbelakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui sruktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai
fasilitator. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuan siswa, karena itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tidak menghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif diantara siswa. Hubungan persahabatan antara beberapa orang siswa dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. (Isjoni, 2009: 41)
3) Pengembangan Ketrampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dialami bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi para peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global dan memenangkan persaingan tersebut. Sependapat dengan di atas Riyanto (2010:267), pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Selain
pendapat di atas, Ibrahim, dkk dalam Holil (2007: http://
anwarholil.blogspot.com) diunduh tanggal 18 Januari 2011 mengatakan tujuan pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang
(30)
commit to user
berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Keterampilan- keterampilan itu antara lain:
1) Keterampilan-keterampilan Sosial
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.
2) Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok mereka.
3) Keterampilan Berperan Serta
Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok.
4) Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.
5) Keterampilan-keterampilan Kelompok
Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik
(31)
dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.
Selain pendapat di atas, Isjoni (2010:21) mengemukakan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama-sama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapatnya secara kelompok.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif membangun ketrampilan siswa dari berbagai aspek.
Selain memiliki tujuan di atas, pembelajaran kooperatif juga memilki manfaat yang banyak. Manfaat pambelajaran kooperatif menurut Sri Anitah,dkk (2008:3.4), yaitu: meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, memecahkan masalah bersama, memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat, memupuk rasa tanggung jawab individu, dan setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa memiliki tanggung jawab. Hal senada juga diungkapkan agus Suprijono (2010:58) bahwa model pembelajaran kooperatif akan dapat bermanfaat menumbuhkan pembelajaran efektif. Sealin pendapat para ahli di atas, manfaat pembelajaran kooperatif juga disampaikan oleh Kagan dalam Winastawan Gora (2010:60), di antaranya sebagai berikut:
1) Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa
2) Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial
(32)
commit to user
4) Dapat meningkatkan percaya diri5) Dapat meningkatkan kemahiran teknologi
Selain pendapat para ahli di atas Isjoni (2010:23) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memilki beberpa manfaat yaitu memungkinkan siswa dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bias melatih siswa memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan social.
Jadi dapat dikatakan pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan social. Yang termasuk dalam kecakapan akademik adalah meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa dan meningkatkan kemahiran teknologi. Kemudian ketrampilan sosial meliputi hubungan sosial, ketrampilan kepemimpinan, percaya diri dan lain-lain.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
1)Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kekelebihan. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Stahl dalam Isjoni (2010:35-36) mengemukakan, melalui model pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Selanjutnya Hamruni (2009:170) mengatakan, kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain:
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru sebaliknya dapat menambah kemampuan berpikir sendiri dan menemukan informasi sendiri.
b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dengan kata-kata (verbal).
c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari segala keterbatasannya dan menerima perbedaan.
(33)
d) Membantu memperdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab.
e) Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial.
f) Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman
siswa sendiri.
g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi.
h) Meningkatkan motivasi belajar.
Selain pendapat dari beberapa ahli di atas, Sugiyanto (2009:43) menyebutkan kelebihan pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah
a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b) Memungkinkan siswa belajar tentang sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandanngan-pandangan
c) Memudahkan siswa beradaptasi
d) Memungkinkan terbentuknya nilai sosial dan komitmen e) Mereduksi sifat egois
f) Membangun persahabatan yang kekal
g) Berbagi ketrampilan sosial h) Meningkatkan percaya diri
i) Meningkatkankemampuan memandang masalah dari berbagai
perspektif
j) Meningkatkan rasa menghargai orang lain
k) Berteman tanpa memandang perbedaan
Pendapat dari Sugiyanto di atas lebih condong mengenai ketrampilan sosial. Aspek akademiknya sendiri tidak dikemukaan. Jadi dapat dikatakan bahwa kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan prestasi akademik, mengembangkan ketrampilan sosial, mengembangkan toleransi dan tanggung jawab, melatih percaya diri dan meningkatkan motivasi belajar.
2) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2010:36) mengungkapkan kelemahan pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu a) lebih memerlukan banyak tenaga, pemikaran dan waktu, b) dibutuhkan alat, fasilitas dan biaya yang lebih banyak, c) topik yang dibahas bisa meluas. Sedangkan Hamruni (2009:170) menyebutkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif antara lain:
(34)
commit to user
b) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan kesadaran berkelompok.
c) Tidak semua aspek dapat dilakukan dengan kerja
kelompok.
Maka dapat disimpulkan kelemahan pembelajaran kooperatif adalah a) lebih memerlukan banyak tenaga, pemikaran dan waktu, b) dibutuhkan alat, fasilitas dan biaya yang lebih banyak, c) topik yang dibahas bisa meluas, d) Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok, e) Tidak semua aspek dapat dilakukan dengan kerja kelompok.
d. Macam macam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran model kooperatif, yaitu di antaranya:
a) Jigsaw
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Seringkali jigsaw disebut dengan kelompok ahli.
b) Student Team Achievement Division ( STAD )
Merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok kelompok untuk belajar bersama.
c) Group Investigation
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi,
(35)
presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
d) Metode TAI ( Team assisted Individualization )
Merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.
e) Metode Numbered Head Together
Pembelajaran NHT diawali dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian guru memberi pertanyaan pada masing-masing kelompok. pada saat ini siswa berdiskusi (heads together). Selanjutnya guru memnggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok dan mereka menjawab pertanyaan tersebut.
f) Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) yang menjadi kajian dalam penelitian ini dan akan dibahas lebih jauh.
e. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Penulis memilih salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dari berbagai macam pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran kooperatif tipe TGT. Isjoni (2010:83-84) mengatakan TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang heterogen. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok. Selanjutnya, diadakan permainan akademik atau disebut dengan turnamen. Sependapat dengan di atas Rusman (2010:224) TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menmpatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang berbeda. Sedangkan menurut Slavin (2010:166), Teams Games Tournament dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Metode Teams Games Tourenament merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns
(36)
commit to user
Hopkins. Berikut deskripsi dari komponen komponen Teams Games Tournament:
1) Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan tiga orang siswa, yang masing-masing dari tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan seyang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut 2) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur berlangsungnya game. Turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok. pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa yang untuk berada pada meja turnamen tertntu. Tiga siswa berprestasi tinggi pada meja pertama. Tiga berikutnya pada meja 2, begitu seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen akhir. Pemenang dari tiap meja naik pangkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi. Skor tertinggi kedua tetap tinggal di meja yang sama sedangkan skor terendah diturunkan ke meja lebih rendah.
3) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwasemua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan tugas dengan baik.
Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Teams Games Tournament adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan
(37)
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang heterogen. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok (teams). Selanjutnya, diadakan permainan akademik (games) atau disebut dengan turnamen.
f. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Saco (2006) dalam Suhadi (2008:http://suhadinet. wordpress. com/) diunduh tanggal 24 Januari 2011, dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran.
Selanjutnya Slavin dalam Riyanto (2010:268-270) berpendapat bahwa di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan langkah-langkah persis sama dengan STAD. Hanya saja dilakukan modifikasi pada evaluasi dilakukan menggunakan turnamen. Sehingga langkah pembelajarannya menjadi sebagai berikut:
(38)
commit to user
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota-anggota kelompok lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi dalam bentuk turnamen. 6) Kesimpulan.
Isjoni (2010:85) menjelaskan permainan turnamen TGT langkah pertama yaitu setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal sesuai nomor pemain sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri. Setelah waktu untuk mengerjakan selesai maka pemain akan membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai kartu soal habis. Permainan dapat dilakukan berulang kali dengan syarat setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang dan pembaca soal.
Pembaca soal hanya bertugas membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing pemain kembali ke
(39)
kelompoknya dan melaporkan poin pada ketua kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok menjumlahkan seluruh poinnya.
TEAM A
TEAM B TEAM C
Bagan 1. Bagan penempatan pada meja turnamen ( Yatim Riyanto , 2010:270 )
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat
A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen
1
B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja
Turnamen
2
Meja Turnamen
3
Meja Turnamen
(40)
commit to user
berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi pembelajaran.
Slavin dalam Rusman (2010:225) mengatakan pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Sependapat dengan di atas, Sri Anitah (2009:48) menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah.
2) Pembahasan masalah dalam kelompok
3) Presentasi hasil bahasan kelompok 4) Kuis
5) Penguatan atau penghargaan.
2. Hakikat Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
a. Hakikat Pemahaman Konsep
Menurut KBBI, paham berarti mengerti benar, sedangkan pemahaman memiliki arti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan. Sedangkan Daryanto (2005:92) mengatakan Pemahaman yaitu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Selanjutnya Tim SBM PGSD (2007 : 35) mengungkapkan perilaku yang tergolong ke dalam kategori kemampuan pemahaman dapat dijabarkan ke dalam kata kerja operasional yang mencerminkan hasil belajar untuk tingkat kemampuan pemahaman diantarannya adalah membedakan, mengubah, mempersiapkan, menanyakan, mengatur, menjelaskan, mendemonstrasikan dan memberi contoh.
(41)
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Maka dari itu diperlukan adanya hubungan antara konsep dan makna yang ada dalam konsep tersebut. Nana Sudjana (2009:24) berpendapat ada tiga kategori pemahaman yang berlaku untuk umum, yaitu (1) pemahaman
terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalamnya, (2) pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, (3) pemahaman ekstrapolasi, yaitu kemampuan memahami dibalik yang tertulis dan meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan. Benyamin Bloom dalam Harsanto (2009:90), mengungkapkan bahwa dalam tingkat berpikir pemahaman, siswa harus mengubah informasi yang diterima menjadi suatu pengertian atau konsep. Selanjutnya menurut Moore dalam Tim IPS PGSD UNS (2003:2), definisi konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide atau gagasan. Sedangkan Sofa dalam
http://massofa.wordpress.com/2007/12//konsep-dasar-ilmu-sosial diunduh tanggal 28 April 2011 konsep adalah pengertian yang tergambar dalam pikiran yang menceritakan suatu benda atau suatu gagasan baik konkrit atau abstrak. Selanjutnya pendapat Winkel dalam Riyanto (2010:54), konsep adalah satuan arti yang mewakili ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Parker dalam S.P Taneo (2009:1.18) mendefinisikan konsep sebagai suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya. Dalam definisi menurut parker tersebut tersirat bahwa seseorang harus terlibat dalam proses berpikir, yaitu menyadari contoh-contoh konsep. Agus Suprijono (201:25) pemahaman konsep adalah tindakan memahami kategori atau konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya.
(42)
commit to user
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah proses mengubah informasi yang berupa data atau fakta yang diterimanya agar siswa lebih mengerti sesuatu yang tersimpan dalam pikirannya, sebagai alat untuk berpikir.
b. Pengertian IPS
Menurut Silvester Petrus Taneo (2009:1.14) mengatakan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sedangkan Sumantri dalam Hidayati,dkk (2008:1.3), menyatakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Hal senada di ungkapkan oleh Sofa dalam http://massofa.wordpress.com/2007/12/21/hakekat-ips-sebagai-program-studi/ di unduh tanggal 28 april 2011 IPS merupakan mata pelajaraan atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu Http://pustaka.ut.ac.id/ di unduh tanggal 28 April 2011. Sependapat dengan para ahli di atas Jarolimek dalam S.P Taneo (2009:1.14) the social studies as a part of elementary School curriculum draw subject matter conten from social science, history, sociology, polotical science, social psychology, philoshopy, anthropology, and ekonomic. Artinya kurang lebih adalah IPS merupakan bagian dari kurikukulum sekolah dasar yang
(43)
di dalamnya terdiri dari ilmu sosial, sejarah, sisiologi, ilmu politik, psikologi sosial, filosofi, antropologi, dan ekonomi. Dengan demikian IPS itu sebenarnya adalah perpaduan dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Ilmu sosial dipergunakan untuk melakukan pemecahan sosial yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS.
Pendidikan IPS diperlukan untuk mengenalkan siswa dengan masyarakat dan lingkungannya. Dengan pembelajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
Menurut Hidayati,dkk (2009:4.6), dengan mengkorelasikan bahan pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan materi yang ada pada kurikulum, diharapkan IPS menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa di lingkungannya.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai masalah sosial di masyarakat dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan dari bahan kajian IPS yang meliputi ekonomi, geografi,sosial, antropologi, tata negara, dan sejarah yang merupakan perwujudan dari suatu pendekatan inter-disipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dipergunakan untuk
melakukan pemecahan sosial yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS.
(44)
commit to user
Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang jelas, tegas terarah, barulah pendidik dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukannya dan bahan pelajaran apa yang sebaiknya diberikan pada anak didiknya. Oemar Hamalik dalam Hidayati,dkk
(2009:1.24), merumuskan bahwa tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (a) pengetahuan dan pemahaman, (b) sikap hidup belajar, (c) nilai-nilai sosial dan sikap, serta (d) keterampilan. Sedangkan hasil penelitian Aqib dalam Aqib (2009:133), IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan dan paedagogis yang berkaitan dengan masyarakat.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inquiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial. 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial
4) Meningkatkan kemampuan bekerjsama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. (Depdiknas, 2008:24)
Alasan mempelajari IPS untuk pendidikan dasar dan menengah di antaranya adalah sebagai berikut:
1). Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimilki menjadi lebih bermakna.
2). Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap
berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab
3). Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. S.P. Taneo (2009:1.13)
(45)
Jadi dapat disimpulkan tujuan IPS adalah 1). Agar siswa
dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimilki menjadi lebih bermakna. 2). Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab 3). Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
d. Materi IPS
Pelajaran IPS merupakan perpaduan dari berbagai ilmu-ilmu sosial yang di dalamnya terdiri dari ilmu-ilmu sosial, sejarah, sosiologi, ilmu politik, psikologi sosial, filosofi, antropologi, dan ekonomi. Materi IPS terdiri dari berbagai macam . Menurut Mulyono Tjokrodikaryo dalam Hidayati, dkk (2008: 1.26) dari segi materi, ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
(1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi; (3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; (4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. (5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pelajaran IPS merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kita mulai dari manusia dengan permasalahannya, kegiatan manusia, budaya, linkungan geografi, dan kehidupan masa lampau.
(46)
commit to user
Maka dari itu IPS merupakan pelajaran yang penting Salah satu yang perlu diperhatikan adalah pelajaran IPS pada tingkat Sekolah Dasar. Selanjutnya kelas 5 sekolah dasar juga diberikan pelajaran IPS yang berisi berbagai macam materi. Diantaranya dari semester 1 yaitu 1) Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha dan Islam, 2) Tokoh-tokoh Sejarah Hindu-Buddha dan Islam, 3) Keragaman Kenampakan dan Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia, 4) Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia, 5) Usaha dan Kegiatan Ekonomi di Indonesia. Sedangkan pada semester 2 yaiu 1) Perjuangan Melawan Penjajahan, 2) Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia, 3) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 4)Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Dari berbagai macam materi kelas lima, materi semester dua akan dikaji lebih jauh khususnya pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Yang dipelajari dalam materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Tokoh-tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
e. Materi Proklamasi Kemedekaan Indonesia
1) Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
a) Pertemuan di Dalat
Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Sukarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi adalah Panglima tentara Jepang di Asia Tenggara. Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
(47)
Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom kedua dijatuhkan di kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
b) Menanggapi berita kekalahan Jepang
Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan oleh Jepang. Semua radio disegel oleh pemerintah Jepang. Namun demikian, ada juga tokoh-tokoh pergerakan yang dengan sembunyi-sembunyi mendengar berita tentang kekalahan Jepang tersebut. Di antaranya adalah Sutan Syahrir. Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore, Sutan Syahrir sudah menunggu kedatangan Mohammad Hatta dari Dalat. Syahrir mendesak agar proklamasi jangan dilakukan oleh PPKI. Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir dengan cara demikian akan dicap oleh Sekutu sebagai negara buatan Jepang. Syahrir mengusulkan agar proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh Bung Karno saja sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat lewat siaran radio.
c) Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda mengadakan rapat lagi menjelang pukul 24.00. Mereka melakukan rapat di Asrama Baperpi, Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yang mengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih. Dalam rapat itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta
(48)
commit to user
Jepang. Untuk menghindari kecurigaan dan tindakan yang dapat diambil oleh tentara Jepang, rencana itu diserahkan kepada Sodancho Singgih. Rencana itu berhasil dengan baik berkat dukungan Cudanco Latief Hendraningrat, berupa perlengkapan tentara Peta. Pagi-pagi buta sekitar pukul 04.00, tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Sehari penuh kedua pemimpin di Rengasdengklok. Selain untuk menjauhkan Sukarno-Hatta dari pengaruh Jepang, para pemuda bermaksud memaksa mereka agar segera memproklamasi kemerdekaan lepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan Jepang. Ternyata kedua tokoh ini cukup berwibawa. Para pemuda pun segan untuk mendesak mereka. Namun, Sodancho Singgih memberikan keterangan bahwa dalam pembicaraan berdua dengan Bung Karno, Bung Karno menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Berdasarkan hal itu, siang itu juga Singgih kembali ke Jakarta. Ia menyampaikan rencana Proklamasi kepada para pemimpin pemuda di Jakarta. Sementara itu, di Jakarta, golongan tua dan golongan muda sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta. Golongan tua diwakili Mr. Ahmad Subarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. Laksamana Maeda, bersedia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Maeda adalah seorang Perwira penghubung Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang.
Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari
pihak Pemuda mengantar Ahmad Subarjo ke
Rengasdengklok pada hari itu juga. Mereka akan menjemput Sukarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau melepas Sukarno-Hatta. Ahmad Subarjo memberi jaminan
(49)
bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus keesokan harinya, selambat-lambatnya pukul 12.00. Bila hal tersebut tidak terjadi, Ahmad Subarjo rela mempertaruhkan nyawanya. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta setempat, Cudanco Subeno, bersedia melepaskan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta.
d) Perumusan teks proklamasi
Sesampai di Jakarta Sukarno-Hatta bersama Laksamana Maeda menemui Mayjen Nishimura untuk berunding. Nishimura tidak mengizinkan proklamasi
kemerdekaan. Kemudian, mereka menuju rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di tempat inilah naskah proklamasi dirumuskan. Para pemuka Indonesia yang hadir berkumpul dalam dua ruangan, ruang makan dan serambi depan. Perumusan teks proklamasi dilakukan di dalam ruang makan oleh Sukarno, Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo. Sukarno menulis rumusan proklamasi tersebut.
e) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi banyak orang berkumpul di kediaman Sukarno. Sekitar pukul 10.00, Ir.
Sukarno didampingi Drs. Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini teks proklamasi kemerdekaan:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai
(50)
commit to user
pemindahan kekusaan d.l.l., diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkatsingkatnya.
Atas nama Bangsa Indonesia
Sukarno/Hatta
2) Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Ada banyak tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan tua dan golongan muda. Kedua golongan ini sama-sama berjuang agar Indonesia segera merdeka.
Setelah kita mengetahui riwayat hidup para tokoh tersebut, kita bisa meneladani hal-hal positif yang telah mereka lakukan. Selanjutnya, mari kita bahas beberapa tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan.
a) Ir. Sukarno (1901-1970)
Sukarno adalah tokoh sangat penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebagai pemimpin Indonesia yang menonjol waktu itu, Bung Karno dipilih menjadi ketua PPKI. Sebagai Ketua PPKI, beliau menemui penguasa Jepang di Indonesia, yaitu Mayjen Nishimura. Mereka membicarakan kemerdekaan Indonesia. Beliau dan para pemimpin yang lain tetap melanjutkan tekad memproklamasikan kemerdekaan meskipun tanpa persetujuan penguasa Jepang. Bung Karno bersama dengan
(51)
Bung Hatta dan Ahmad Subarjo merumuskan naskah Proklamasi. Bahkan rumusan awal naskah proklamasi adalah tulisan tangan Bung Karno. Peran Bung Karno yang sangat menonjol adalah bersama Bung Hatta bertindak sebagai Proklamator. Bung Karno lah yang akhirnya
dengan penuh keberanian dan kekhidmatan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
b) Drs. Mohammad Hatta
Peran Drs. Mohammad Hatta dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan sangat penting. Waktu itu, Bung Hatta dianggap sebagai pemimpin utama Bangsa Indonesia selain Bung Karno. Karena peran beliau, pendapat golongan tua dan golongan muda bisa dipertemukan. Beliau
berdialog dengan golongan muda tentang cara
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
c) Ahmad Subarjo,
Ahmad Subarjo adalah Penasihat PPKI. Peran penting Subarjo adalah turut merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan. Bersama Bung Karno dan Bung Hatta, Beliau merumuskan naskah Proklamasi.
d) Ibu Fatmawati
Sebagai istri pemimpin Bangsa Indonesia, Fatmawati turut mendampingi Bung Karno. Beliau menjahit Bendera Pusaka, Merah Putih. Beliau menjahit Bendera Pusaka ini pada bulan Oktober 1944. Bendera
ini dikibarkan setelah Bung Karno membaca
Proklamasi.
e) Sutan Syahrir
Sutan Syahrir adalah tokoh politik, pejuang kemerdekaan, dan perdana menteri pertama RI. Syahrir
(1)
commit to user
memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila kelompok yang di depan tidak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain berhak menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif. Pelaksanaan turnamen menjadi lebih tertib karena siswa sudah terbiasa dengan turnamen dan siswa sudah mulai mengerti aturan main turnamen. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat lampiran 1) pemahaman konsep siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe TGT sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 45,83%. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaan yang tepat dalam pelajaran IPS sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti maupun menyerap materi pelajaran IPS. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan model pembelajaran tipe TGT dalam pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, selain itu ketuntasan belajar IPS siswa juga meningkat. Walaupun begitu, dalam pelaksanaanya dijumpai hambatan yang ditemui guru pada pembelajaran IPS menggunakan metode TGT ini diantaranya yaitu:
1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang kondusif untuk pembelajaran.
2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.
3. Ketepatan guru dalam menerapkan metode TGT juga masih kurang sehingga masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi bersama guru kelas V dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru menggunakan media gambar yang secara langsung dipegang siswa, sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dan menarik perhatian siswa. Guru juga memberikan pengarahan pada siswa tentang langkah langkah menggunakan metode TGT supaya siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan begitu hambatan yang ada dalam pembelajaran dapat diperbaiki.
(2)
commit to user
Hambatan hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat dikurangi. Hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran IPS dapat meningkat. Penerapan model kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi bermakna karena pembelajaran lebih menyenangkan memudahkan siswa untuk memahami materi yang ada dengan bertukar informasi bersama teman teman, meningkatkan rasa kerja sama dan tanggung jawab dalam satu kelompok untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa memahami materi bersama sama dan berkompetisi secara sehat guna mencapai tujuan. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe TGT maka kendala kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang lain menjadi tidak berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Brujul 1 yaitu dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT. Penerapan model kooperatif tipe TGT dapat menjadikan pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi lebih menyenangkan sehingga pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Brujul 1 tahun ajaran 2010/ 2011.
(3)
commit to user
92BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tourament dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN 01 Brujul, Jaten, Karanganyar ajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata hasil belajar IPS pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 57,625 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 45,83%, siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPS pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 69,9 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 70,83% dan siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPS pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 84 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 95,83%. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tourament dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
B.Implikasi
Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 17 Maret 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 April s.d. 7 April 2011. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya.
(4)
commit to user
Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa masih terdapat kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi pembelajaran untuk mengelola kelas. Dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai rata rata pemahaman konsep siswa dari siklus I hingga siklus II.
Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran, serta kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Faktor dari siswa meliputi perhatian, keaktifan, ketekunan, tanggung jawab, dan kerjasama dalam diskusi kelompok siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Kesimpulan yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament efektif pada pembelajaran IPS terhadap Pemahaman konsep Proklamsi Kemerdekaan Indonesia siswa, terbukti bahwa Teams Games Tournament dapat meningkatkan kerja sama dan kebersamaan yang tinggi dalam memecahkan permasalahan bahan ajar dan diskusi di kelas. Selain itu Teams Games Tournament dapat meningkatkan motivasi siswa
(5)
commit to user
karena adanya kompetisi dalam metode Teams Games Tournament. Model kooperatif Teams Games Tournament membiasakan siswa untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu dan berkompetisi dengan sehat. Hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan dalam pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan model kooperatif tipe Teams Games Tournamentdalam penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SDN 01 Brujul, Jaten, Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Penerapan model kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan metode ini, siswa mengerjakan tugas bersama-sama selanjutnya mereka berkompetisi mewakili masing-masing kelompok. semua aspek baik dari guru maupun siswa harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan pemahaman konsep Proklamsi Kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS, maka dapat disampaikan saran saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide pada proses pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
(6)
commit to user
Tournament, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa hendaknya mampu bekerjasama lebih baik dan berkompetisi secara lebih sehat pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament.
c. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar pelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam kehidupan sehari hari. 2. Bagi guru
a. Hendaknya guru menerapkan model kooperatif tipe Teams Games
Tournament dalam pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
b. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum hendaknya guru lebih berinovasi dalam menerapkan model ataupun metode yang dikuasai sesederhana apapun itu untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. c. Dalam pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan Indonesia guru
hendaknya kerja sama dan saling membantu dengan guru lain dalam kelompok kerja guru sesama guru kelas V dalam menerapkan metode kooperatif tipe Teams Games Tournament.
3. Bagi sekolah
Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat berinovasi menerapkan model pembelajaran yang tepat pada pembelajaran, terutama model pembelajaran yang menyenangkan misalnya model kooperatif tipe Teams Games Tournament ataupun yang lainnya. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi dalam penggunaan model pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.