PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SD N 07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

PADA SISWA KELAS V SD N 07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011

OLEH :

NURUL HIDAYAH DEWI X7107055

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

PADA SISWA KELAS V SD N 07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011

OLEH :

NURUL HIDAYAH DEWI X7107055

Skripsi

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul:

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Pada Siswa Kelas V SD N 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”

disusun oleh:

Nama : Nurul Hidayah Dewi

NIM : X7107055

telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari : Senin

Tanggal : 6 Juni 2011


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Games Tournament Pada Siswa Kelas V SD N 07 Ngringo, Jaten,

Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011” Disusun oleh:

Nama : Nurul Hidayah Dewi

NIM : X7107055

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Hari : Kamis

Tanggal : Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd Anggota I : Ngadino Y, M. Pd Anggota II : Dra. Siti Wahyuningsih, M. Pd

Disahkan oleh


(5)

commit to user

v ABSTRAK

NURUL HIDAYAH DEWI. X7107055. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SD N 07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament

(TGT) pada siswa kelas V SD N 07 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten

Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan

(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi

(reflecting). Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 07

Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk mendapatkan informasi tentang keaktifan siswa didalam mengikuti proses belajar mengajar. Tes tertulis digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh adalah hasil belajar. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran IPS. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa arsip dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, sajian data, dan penerikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan rata-rata nilai hasil belajar IPS yang diperoleh siswa dari sebelumnya. Pada tes awal 63, 53; kemudian pada tes siklus pertama 72, 82; dan pada siklus kedua menjadi 76, 65. Kemudian adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang pada tes awalnya 38, 24%; dan pada tes siklus pertama 94, 12%; kemudian pada siklus kedua menjadi 100%. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada


(6)

commit to user

vi ABSTRAC

NURUL HIDAYAH DEWI. X7107055. THE IMPROVEMENT OF THE SOCIAL SCIENCES LEARNING RESULT THROUGH COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAM GAMES

TOURNAMENT ON THE FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

07 NGRINGO, JATEN, KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.Thesis on Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, May 2011.

The aim of this research is to improve the learning outcomes of Social Sciences by applying the cooperative learning model type team games tournament (TGT) on the fifth grade of elementary school 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar in Academic Year of 2010/2011.

This research is designed as Classroom Action Research which is conducted by 2 cycles. Each cycle consists of four stages. They are planning, action, observation and reflection. The subject of this research is the fifth grade student of Elementary School 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar. The data were collected by using observation, written tests, interviews, and documentation. Observation is used to obtain information about students' activeness in joining teaching and learning process. The written test is used to measure student achievement after the implementation of learning. The data obtained the result of learning. Interviews are used to obtain information about various matters related to the implementation of social sciences learning. The researcher uses the documentation to take data form of archives and documents. The data was analyzed by using an interactive model which consists of three components. They are data reduction, data display, and conclusion or verification.

The results showed that there is an improvement on the social sciences value of the students. In initial tests showed 63, 53; then on the first cycle of tests 72, 82; and the second cycle to 76, 65. Then an increase in the percentage of student mastery of the first test is 38, 24%, and the first cycle of tests is 94, 12%; then on the second cycle up to 100%. As a result of the study, it can be concluded that the Social Sciences learning by applying cooperative learning model type

Team Games Tournament (TGT) can improve the learning outcomes in the fifth


(7)

commit to user

vii MOTTO

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,

dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

( QS. Al-Baqarah: 216)

“Bagaimanapun berkilaunya kebaikan seseorang pastilah ada kekurangannya, begitu pula bahwa tidak semua orang yang jelek hanya penuh dengan kejelekan, pasti ada hal positif yang ia punyai. Semua yang diciptakan ALLOH SWT di muka

bumi pastilah ada hikmahnya, bila kita menemukan keindahan akhlak seseorang dan menjadi nyaman dengannya maka apa yang ia punyai merupakan pelajaran

bagi kita agar bias mengambil manfaatnya” (penulis)


(8)

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan ibuku tercinta Munadi dan Supini yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat dan motivasi untukku.

Kelurga besar SD N 07 Ngringo

Keluarga besar FKIP UNS dan Almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang yang bermanfaat.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat Illahi Robbi berkat limpahan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Team Games Tournament Pada Siswa Kelas V SD N 07 Ngringi, Jaten,

Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011” guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari, terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP. 3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program PGSD.

4. Ngadino Y, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti.

5. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

6. Sugiyarti, A.Ma selaku Kepala Sekolah SD N 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar yang telah memberikan izin melakukan penelitian tindakan kelas kepada peneliti.

7. Suherwiyatmi, S.Pd selaku guru IPS Kelas V SD N 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar yang telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.

8. Pihak-pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik konstruktif para pembaca sangat peneliti harapkan. Dan semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak.


(10)

commit to user

x

Tidak lupa peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini.

Surakarta, Juni 2011


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRAC ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 6

1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ... 6

a. Pengertian Belajar... 6

b. Pengertian Hasil Belajar ... 7

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial... 9

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) ... 17

a. Pengertian Pembelajaran ... 17


(12)

commit to user

xii

c. Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 18

d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 19

e. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 21

f. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif... 23

h. Model Kooperatif tipe TGT... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Evaluasi Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Indikator Kinerja ... 34

H. Prosedur Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

B. Deskripsi Kondisi Awal ... 40

C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 42

1. Deskripsi Siklus I ... 42

2. Deskripsi Siklus II ... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan ... 79

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 84

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA……….. 88


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan (Prasiklus) ... 41

Grafik 2. Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 1 Siklus I ... 49

Grafik 3. Hasil Nilai Afektif Pertemuan 1 Siklus I ... 50

Grafik 4. Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 1 Siklus I ... 52

Grafik 5. Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 1 Siklus I... 54

Grafik 6. Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 2 Siklus I ... 55

Grafik 7. Hasil Nilai Afektif Pertemuan 2 Siklus I ... 57

Grafik 8. Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 2 Siklus I ... 58

Grafik 9. Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 2 Siklus I... 60

Grafik 10. Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 1 Siklus II ... 67

Grafik 11. Hasil Nilai Afektif Pertemuan 1 Siklus II ... 68

Grafik 12. Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 1 Siklus II ... 69

Grafik 13. Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 1 Siklus II ... 71

Grafik 14. Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 2 Siklus II ... 72

Grafik 15. Hasil Nilai Afektif Pertemuan 2 Siklus II ... 73

Grafik 16. Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 2 Siklus II ... 75

Grafik 17. Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 2 Siklus II ... 76


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar Kompetensi IPS Kelas V Semester II... 14

Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

Tabel 4. Daftar Frekuensi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan ... 41

Tabel 6. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 1 Siklus I... 48

Tabel 8. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Afektif Pertemuan 1 Siklus I... 50

Tabel 10. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 1 Siklus I... 51

Tabel 12. Daftar Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 1 Siklus I... 53

Tabel 14. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 2 Siklus I... 55

Tabel 16. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Afektif Pertemuan 2 Siklus I... 56

Tabel 18. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 2 Siklus I... 58

Tabel 20. Daftar Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 2 Siklus I... 59

Tabel 23. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 1 Siklus II ... 66

Tabel 25. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Afektif Pertemuan 1 Siklus I... 68

Tabel 27. Daftar Frekuensi Nilai Psikomotor Pertemuan 1 Siklus II... 69

Tabel 29. Daftar Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 1 Siklus II... 70

Tabel 31. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Kognitif Pertemuan 2 Siklus II ... 71

Tabel 33. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Afektif Pertemuan 2 Siklus II ... 73

Tabel 35. Daftar Frekuensi Hasil Nilai Psikomotor Pertemuan 2 Siklus II .... 75

Tabel 37. Daftar Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS Pertemuan 2 Siklus II... 76

Tabel 40. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPS (Prasiklus, Siklus I, Siklus II ... 40


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I ... 90

Lampiran 2. Soal Tes Awal (prasiklus) ... 98

Lampiran 3. Kunci Jawaban Tes Awal ... 99

Lampiran 4. Soal Diskusi Pertemuan 1 Siklus I ... 100

Lampiran 5. Kunci Jawaban Diskusi Pertemuan 1 Silus I... 101

Lampiran 6. Soal Evaluasi Pertemuan 1 Siklus I... 103

Lampiran 7. Kunci Jawaban Evaluasi Pertemuan 1Siklus I ... 104

Lampiran 8. Lembar Penilaian Afektif Pertemuan 1 Siklus I... 105

Lampiran 9. Lembar Penilaian Psikomotor Pertemuan 1 Siklus I ... 108

Lampiran 10. Tabel 3. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi) Prasiklus ... 111

Lampiran 11. Tabel 5. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Pertemuan 1 siklus I ... 113

Lampiran 12. Tabel 7. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Pertemuan 1 Siklus I... 114

Lampiran 13. Tabel 9. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 1 Siklus I... 115

Lampiran 14. Tabel 11. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi) Pertemuan 1 Siklus I ... 116

Lampiran 15. Soal Turnamen Pertemuan 2 Siklus I ... 117

Lampiran 16. Kunci Jawaban Turnamen Pertemuan 2 Siklus I... 118

Lampiran 17. Soal Evaluasi Pertemuan 2 Siklus I ... 119

Lampiran 18. Kunci Jawaban Evaluasi Pertemuan 2 Siklus I ... 120

Lampiran 19. Lembar Penilaian Afektif Pertemuan 2 Siklus I... 121

Lampiran 20. Lembar Penilaian Psikomotor Pertemuan 2 Siklus I... 124

Lampiran 21. Tabel 13. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Pertemuan 2 Siklus I... 127


(16)

commit to user

xvi

Lampiran 23. Tabel 17. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 2

Siklus I... 129

Lampiran 24. Tabel 19. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi) Pertemuan 2 Siklus I ... 130

Lampiran 25. Hasil Observasi Kinerja Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I... 131

Lampiran 26. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi) Siklus I... 132

Lampiran 27. RPP Siklus II ... 134

Lampiran 28. Soal Diskusi Pertemuan 1 Siklus II... 142

Lampiran 29. Kunci Jawaban Soal Diskusi Pertemuan 1 Siklus II ... 143

Lampiran 30. Soal Evaluasi Pertemuan 1 Siklus II ... 144

Lampiran 31. Kunci Jawaban Evaluasi Pertemuan 1 Siklus II ... 145

Lampiran 32. Lembar Penilaian Afektif Pertemuan 1 Siklus II ... 146

Lampiran 33. Lembar Penilaian Psikomotor Pertemuan 1 Siklus II ... 149

Lampiran 34. Tabel 22. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Pertemuan 1 Siklus II ... 152

Lampiran 35. Tabel 24. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Pertemuan 1 Siklus II ... 153

Lampiran 36. Tabel 26. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 1 Siklus II ... 154

Lampiran 37. Tabel 28. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi) Pertemuan 1 Siklus II ... 155

Lampiran 38. Soal Turnamen Pertemuan 2 Siklus II... 157

Lampiran 39. Kunci Jawaban Turnamen Pertemuan 2 Siklus II ... 160

Lampiran 40. Soal Evaluasi Pertemuan 2 Siklus II ... …... 161

Lampiran 41. Kunci Jawaban Evaluasi Pertemuan 2 Pertemua II.... …... 162

Lampiran 42. Lembar Penilaian Afektif Pertemuan 2 Siklus II ... 163

Lampiran 43. Lembar Penilaian Psikomotor Pertemuan 2 Siklus II ... 166

Lampiran 44. Tabel 30. Daftar Nilai Hasil Belajar Kognitif Pertemuan 2 Siklus II ... 168


(17)

commit to user

xvii

Lampiran 45. Tabel 32. Daftar Nilai Hasil Belajar Afektif Pertemuan 2

Siklus II ... 169 Lampiran 46. Tabel 34. Daftar Nilai Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 2

Siklus II ... 170 Lampiran 47. Tabel 36. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar

Proklamasi) Pertemuan 2 Siklus II... 171 Lampiran 48. Tabel 38. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar

Proklamasi) Siklus II ... 171 Lampiran 49. Hasil Observasi Kinerja Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

Siklus II ... 175 Lampiran 50. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar Proklamasi)

Siklus II ... 176 Lampiran 51. Tabel 39. Daftar Nilai Hasil Belajar IPS (Peristiwa Sekitar

Proklamasi) Siswa Kelas V Antarsiklus ... 178 Lampiran 52. Haasil Wawancara Sebelum Menggunakan Model

Pembelajaran Koopertatif Tipe TGT ... 180 Lampiran 53. Hasil Wawancara Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 181 Lampiran 54. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 182 Lampiran 55. Silabus Kelas V Semester II Pokok Bahasan Peristiwa Sekitar

Proklamasi ... 183 Lampiran 56. Dokumentasi ... 185


(18)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas: 2003).

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha untuk mencapainya. Demikian halnya Indonesia, yang menaruh harapan besar terhadap pendidik yang berpendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Namun ada banyak hal yang harus disiapkan seperti sarana dan prasarana serta guru yang berperan sangat penting.

M. Furqon Hidayatulloh (2009: 234) mengemukakan guru luar biasa adalah guru yang mampu memberikan dan menumbuhkan inspirasi agar peserta didik dapat berkembang potensinya secara optimal. Tugas dan fungsi guru dalam memberdayakan potensi peserta didik sangat penting sehingga diperlukan profil guru yang mampu memberikan dan menumbuhkan inspirasi agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini diperlukan guru yang berkarakter kuat dan cerdas. Dimana guru yang berkarakter kuat meliputi amanah dan keteladanan. Amanah dibangun atas dasar empat pilar (komitmen, kompeten, kerja keras, konsisten), sedangkan keteladanan dibangun atas dasar tiga pilar (kesederhanaan, kedekatan, pelayanan maksimal). Cerdas berkaitan dengan kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual. Sehingga guru sejati adalah guru yang dapat membangun insan (peserta didik yang berkarakter kuat dan cerdas).

Berdasarkan berbagai jenjang pendidikan di Indonesia, guru SD tidak luput dari peranannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Bahkan sekarang tidak sedikit kaum muda yang mulai tertarik pada profesi ini. Mata pelajaran yang diajarkan terhitung banyak, namun terdapat salah satu mata pelajaran yang


(19)

commit to user

kebanyakan siswa merasa bosan dan jenuh, karena pembelajaran yang sarat akan materi dan cerita, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMA/MA. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Melalui mata pelajaran IPS pesrta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Depdiknas, 2007: 18).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 07 Ngringo, rendahnya hasil belajar IPS pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi di kelas V SD Negeri 07 Ngringo, Karanganyar dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaran serta mendesain skenario atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi maupun kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Guru sering menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru, siswa sebagai obyek bukan sebagai subyek bahkan guru cenderung membatasi partisipasi dan kreatifitas siswa selama proses pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari hasil pengamatan dan wawancara, hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 07 Ngringo untuk mata pelajaran IPS pada pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi menunjukkan belum mencapai hasil yang maksimal. Indikator rendahnya kualitas belajar tersebut berdasarkan hasil ulangan harian kelas V mata pelajaran IPS pada pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi yaitu nilai tertinggi 86, nilai terendah 50, sedangkan nilai KKM yang harus dicapai siswa adalah 65. Dari siswa secara keseluruhan berjumlah 34, siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 20 siswa. Sehingga dari hasil belajar tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada pokok bahasan berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V, selama ini guru masih menggunakan metode ceramah, penugasan, dan diskusi. Hal itu dikarenakan guru menyadari bahwa belum memahami betul mengenai model-model pembelajaran


(20)

commit to user

yang inovatif serta kurang adanya sosialisasi mengenai model dan metode pembelajaran tersebut. Guru menggunakan metode penugasan dan diskusi pada waktu guru tidak dapat hadir karena mengikuti penataran atau tugas di luar sekolah. Pada umumnya guru menyampaikan materi dasar dengan metode ceramah, sehingga dominasi kegiatan selama proses pembelajaran berada pada guru. Peran siswa menjadi pasif, lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.

Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi. Salah satu

model pembelajaran yang sesuai dengan masalah ini adalah model Pembelajaran

Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Karena dalam pembelajaran

kooperatif tipe ini tidak hanya sekedar bekerja dalam kelompok saja, namun terdapat permainan yang tersaji dalam game yang disajikan secara turnamen.

Dunia anak adalah dunia barmain. Hampir semua anak menyukai permainan dan hal-hal yang menyenangkan. Dengan mengusung misi pembelajaran yang menyenangkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) merupakan tindakan alternatif yang kiranya

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menghargai siswa. Terutama dalam pembelajaran IPS yang kebanyakan anak merasa jenuh, bosan, mengantuk dan sebagainya yang diharapkan dapat diubah menjadi sesuatu yang menyenangkan

dan disukai oleh anak. Dalam model pembelajaran tipe Team Games Tournament

(TGT) ini dikemas dalam bentuk pemainan karena bermain merupakan

pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Russel Tyler, 1999, dalam jurnal Pendidikan ”Dwija Utama”). Sehingga

model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat

membantu dalam menciptakan sebuah suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, optimal dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi.

Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat masalah ini menjadi bahan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran


(21)

commit to user

Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri

07 Ngringo, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga keaktifan dan kreatifitas siswa kurang berkembang secara optimal.

2. Guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional dalam

pembelajaran IPS .

3. Hasil belajar IPS belum menunjukkan hasil yang optimal.

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya masalah yang cukup banyak, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar IPS kelas V dengan materi “Peristiwa Sekitar Proklamasi.”

2. Pembelajaran kooperatif dibatasi pada Pembelajaran Kooperatif tipe Team

Games Tournamen (TGT).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti yaitu : “Apakah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD

N 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar Tahun ajaran 2010/2011?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas,tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) siswa kelas V SD N 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.”


(22)

commit to user F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibedakan atas manfaat teoritris dan praktis. 1. Manfaat Teoritris

a. Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan memberi sumbangan bagi dunia pendidikan.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

1) Untuk meningkatkan kegiatan/proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah terutama di kelas.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kurikulum sekolah. 3) Sebagai kontribusi adanya inovasi pembelajaran di sekolah.

b. Bagi guru

1) Sebagai bahan acuan ataupun masukkan dalam mengajarkan materi IPS 2) Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, khususnya materi Peristiwa Sekitar Proklamasi.

3) Mendapatkan model pembelajaran yang tepat dan inovatif, dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran IPS pada materi Peristiwa Sekitar Proklamasi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. c. Bagi siswa

1) Siswa dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar mereka dalam mata pelajaran IPS pada pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi.

2) Membantu siswa dalam memahami mata pelajaran IPS pada pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi.

3) Siswa dapat mengoptimalkan pembelajaran IPS.


(23)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori 1. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Belajar

Dalam pengertiannya belajar mempunyai makna yang komplek. Ditinjau dari pengertian belajar itu sendiri banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar dengan ungkapan dan pendapat yang berbeda-beda. Pendapat-pendapat tersebut antara lain :

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Menurut Cronbach “Learning is Shown by Change in Behavior as Result of

Experience. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman (Baharuddin dan

Esa Nur W, 2010: 13).

Menurut Morgan dalam Agus Suprijono (2009: 3) “Learning is any

relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”,

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Hilgrad dan Bower (Baharuddin dan Esa Nur W, 2010: 13) menyatakan belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Oleh karena itu belajar adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada kompetensi, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu (SBM D2 PGSD oleh TIM, 2007: 2)


(24)

commit to user

Slameto (2003: 2) memberikan pengertian belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diiringi oleh perubahan sikap dan tindakan oleh seseorang melalui pengenalan secara berturut-turut dari suatu situasi ke situasi lain yang diulang-ulang sehingga menjadi sempurna melalui tahapan-tahapan tertentu.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajara. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Menurut Soedijarto dalam Purwanto (2010: 46) hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar menurut Endang Poerwanti (2008: 7.11) adalah keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu. Bloom merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah), yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. (sumber: tentang

pendidikan—taksonomi Bloom, diakses 11januari 2011).

Dalam ranah Kognitif, hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan. Enam tingkatan itu antara lain, (1) pengetahuan atau ingatan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) sintesis, (5) analisis dan (6) evaluasi. Adapun ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu, (1) pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), (2) merespon (aktif berpartisipasi), (3) penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu), (4) pengorganisasian


(25)

commit to user

(menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), (5) pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan juga yaitu, (1) peniruan (menirukan gerak), (2) penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), (3) ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), (5) naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). (sumber: tentang pendidikan—taksonomi Bloom, diakses 11januari 2011).

Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang diinginkan dan merupakan hasil kegiatan setelah siswa mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu (SBM D2 PGSD, 2007: 41).

Menurut Slameto (1995: 54) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi:

1. Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, antara lain :

a) Faktor Jasmani, merupakan faktor yang berasaan individu dari anggota badan individu itu sendiri, yang terdiri dari faktor kesehatan (tidak sering sakit-sakitan) dan cacat tubuh (adanya salah satu anggota badan yang cacat).

b) Faktor Psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan setiap individu yang akan mempengaruhi belajar, seperti intelegensi perhatian, minat bakat, motivasi atau dorongan, kematangan dan kesiapan dalam menerima pelajaran.

c) Faktor Kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya fisik individu mengalami penurunan. Dibedakan menjadi dua yaitu :

(1) Kelelahan Jasmani, terlihat dari lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, disebabkan kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh sehingga darah mengalir tidak lancar.


(26)

commit to user

(2) Kelelahan Rohani, dilihat dari hilangnya gairah dan semangat untuk belajar yang dapat disebabkan oleh kelesuan dan kebosanan. 2. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar individu tersebut, antara

lain :

a) Faktor Keluarga, yaitu faktor yang berasal dari dalam keluarga individu itu sendiri, antara lain pola asuh orang tua, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan anggota keluarga, keadaan ekonomi keluarga, suasana atau keharmonisan keluarga, perhatian dari keluarga khususnya dari orang tua, latar belakang keluarga. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa di rumah.

b) Faktor Sekolah, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan sekolah. Meliputi metode pengajaran, kurikulum, hubungan guru dengan siswa dan hubungan siswa dengan siswa, kedisiplinan sekolah, waktu pelajaran di sekolah, alat pelajaran, kondisi gedung sekolah (sarana dan prasarana), tugas rumah,

c) Faktor Masyarakat, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan sekitar siswa (masyarakat), seperti pergaulan dalam mayarakat, bentuk kehidupan, status sosial, kebudayaan dan adat istiadat, media massa.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan dimana terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri individu itu sendiri dan faktor dari luar individu tersebut.

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (Depdikbud, 2004: 45). Ilmu sosial adalah disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial secara ilmiah,


(27)

commit to user

memusatkan manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk (Hidayati, 2008: 1.4)

Pendidikan IPS mempunyai dua konsep, yakni: (1) pendidikan LPS yang diajarkan dalam tradisi ”citizenship transmission” dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional, (2) pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi ”social science” dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di SLTP dan yang terintegrasi di SD (Udin S. Winataputra, 2008: 51)

Dalam Hidayati (2008: 1.6) definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendefinisikan IPS sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Memang pengetahuan sosial itu diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing namun hal ini belum cukup menginat kehidupan masyarakat dengan segala permasalahannya makin berkembang. Untuk menghadapi keadaan demikian pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah tidak cukup. Disini perlu pendidikan formal khususnya pendidikan IPS.

2) IPS di Sekolah Dasar

Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan anak adalah entitas yang unik yang memiliki berbagai potensi yang masih latent dan memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka akan


(28)

commit to user

berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktuyang semakin meluas dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang dan waktu.

Pembelajaran IPS SD dimulai dari hal yang sederhana, dimulai dari pengenalan diri sendiri (self), keluarga, tetangga, lingkungan baik tingkat RT maupun RW, keurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, negara, negara tetangga dan bahkan dunia. Pembelajaran IPS di SD mempunyai beberapa karakteristik dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya (Hidayati, 2008: 1.26), yaitu sebagai berikut:

a) Materi IPS SD

Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

(1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

(2) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan,

keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.

(3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

(4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah

yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

(5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.

b) Karakteristik Penyampaian Pengajaran IPS SD

Karkteristik penyampaian pengajaran IPS sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, daerah, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or


(29)

commit to user

2009: http:// beduatsuko. blogspot.com/, diakses pada tanggal 20 Januari 2011).

Menurut Hidayati (2008: 1-29) ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3): (1) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah (2) Suka memuji diri sendiri

(3) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting

(4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya

(5) Suka meremehkan orang lain

Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6); (1) Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. (2) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

(3) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

(4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

Menurut Jean Piaget dalam Hidayati (2008: 1.29) usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.

3) Fungsi IPS

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1995: 139). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi untuk mengembangkan nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia (Depdikbud, 2004: 45).


(30)

commit to user

Dalam http://massofa.wordpress.com /2007 /12/21/ hakekat

-ips-sebagai –program -studi/, diakses pada tanggal 20 Januari 2011) fungsi

IPS sebagai pendidikan adalah membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai sumber daya manusia yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional.

4) Tujuan pembelajaran IPS

Dalam Hidayati (2008: 1.24) kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam Kurikulum 2004), bertujuan untuk:

a) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Oemar Hamalik dalam Hidayati (2008: 1.24) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan.

5) Ruang lingkup pembelajaran IPS

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan c) Sistem Sosial dan Budaya


(31)

commit to user

Berdasarkan Silabus Kurikulum KTSP Kelas V tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS pada satuan pendidikan di SD/MI kelas V semester II meliputi aspek yang terdapat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel. 1 Standar Kompetensi IPS Kelas V Semester II Pokok Bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

a. Menghargai peranan tokoh pejuang dan

masyarakat dalam

mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

2.3.1 Menceritakan peristiwa-peristiwa

penting yang

terjadi di sekitar proklamasi

(peristiwa

Rengesdengklok,

penyusunan teks

proklamasi,

detik-detik proklamasi

kemerdekaan)

6) Evaluasi Pembelajaran IPS

Dalam suatu pembelajaran haruslah ada sebuah evaluasi untuk mengetahui ada tidaknya dampak dari proses pembelajaran yang diterapkan. Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assesment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (management) pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan (Sarwiji Suwandi, 2009: 8).

Menurut Baxter dalam Sarwiji Suwandi (2009: 9) mengemukakan pentingnya penilaian dalam pembelajaran, antara lain: (1) untuk membandingkan siswa satu dengan yang lainnya, (2) untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar tertentu, (3) untuk membantu kegiatan


(32)

commit to user

pembelajaran siswa, (4) untuk mengetahui atau mengontrol apakah program pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan dalam Endang Poerwanti (2008:1-5) evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria, baik melalui evaluasi proses maupun evaluasi akhir.

Dalam penelitian tindakan kelas biasanya menggunakan penilaian berbasis kelas. Menurut Supranata dan Hatta dalam Sarwiji Suwandi (2009: 12) penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar yang terdapat dalam kurikulum. Penilaian ini dapat dilaksanakan di dalam dan/atau di luar kelas seperti laboratorium maupun lapangan. Dalam penilaian kelas menggunakan berbagai alat dengan melalui:

1) Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, meliputi:

a) Observasi, yaitu digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran siswa dalam kelompok.

b) Performance assesment (unjuk kerja), yaitu digunakan dalam berbagai

kontek untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu, misalnya kemampuan berbicara.

c) Sikap, merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang yang meliputi tiga komponen, yakni: afektif (perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek), kognitif (kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek) dan konatif (kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap).


(33)

commit to user

d) Proyek (tugas), yaitu kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu, misalnya penelitian sederhana tentang air di rumah, penelitian tentang harga sembako di pasar.

e) Produk (hasil) penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk dari hasil pembelajaran tersebut, seperti penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni:makanan, pakaian, patung, lukisan, gambar)

f) Portofolio, yakni penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atu bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran (Depdiknas, 2006: 15-16)

g) Self assesment (penilaian diri), yaitu suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Misalnya menilai penguasaaan

pengetahuan, membuat tulisan/cerpen, menilai kecakapan

berpendapat.

2) Evaluasi Akhir, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat akhir pembelajaran. Biasanya dengan menggunakan tes. Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapakan


(34)

commit to user

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament(TGT)

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat seorang individu berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengundang kontroversi baik dikalangan para ahli maupun di lapangan, terutama diantara guru-guru di sekolah.

Menurut kamus bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono dalam SBM D2 PGSD oleh TIM (2007: 8) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Knirk dan Gustfson dalam SBM D2 PGSD oleh TIM (2007: 10) pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sengaja menciptakan suatu lingkungan, sehingga terjadi proses belajar secara efektif, efisien dan kondusif situasional.

b. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola instruksional yang memberikan proses spesifikasi dan penciptaan situasi lingkungan tertentu yang mengakibatkan para siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan khusus pada tingkah laku mereka (SBM D2 PGSD oleh TIM, 2007: 24)


(35)

commit to user

Menurut Agus Suprijono (2009: 46) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Trianto (2007: 5) mengemukakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola mengajar yang digunakan sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

c. Jenis-jenis Model Pembelajaran

Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli. Pengembangan model tersebut didasarkan pada konsep teori yang selama ini dikembangkan. Menurut Sugiyanto (2008: 7) jenis-jenis model pembelajaran itu antara lain, (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran kuantum; (4) model pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah. 1) Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri sehari-hari.

2) Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.


(36)

commit to user

3) Model Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantum mempunyai prinsip berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi

reward. Strategi kuantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBAK

(Apa Manfaat Bagiku), alami dengan dunia realitas siswa, namai, buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi, komunikasi, ulangi dengan tanya jawab, latihan, rangkuman, dan

rayakan dengan reward dengan

senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

4) Model Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu pada dasarnya sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.

5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009: 54) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.


(37)

commit to user

Menurut Slavin (2009: 4) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Isjoni (2009: 11) mengemukakan, cooperatif Learning atau

pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis, yang merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurur Anita Lie (2008: 28) menyebut cooperatif learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok yang pada umumnya terdiri dari 4-6 orang.

Rita Rani Mandal (2009: 96) mengemukakan The concept of

cooperative learning refers to intructional methods and techniques in which student work in small group and rewarded in some way performance

as a group. Dapat diartikan konsep pembelajaran kooperatif mengacu pada

metode dan teknik dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil dan dihargai kinerjanya dalam kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas, diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berbasis kelompok dan mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(38)

commit to user e. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.

Roger dan David Johson dalam Agus Suprijono (2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal harus menerapkan lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan positif (Positive interdependence)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Sehingga setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk

menyelesaikan tugasnya masing-masing.

2) Tanggung jawab perorangan (Personal responsibility)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Unsur ini sebagai akibat langsung dari unsur yang pertama. Karena tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Tatap muka dengan interaksi promotif (face to face promotive interaction)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling

ketergantungan positif. Ciri-cirinya adalah, (a) saling membantu secara efektif dan efisien; (b) saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (c) memproses informasi bersama secara lebih efektif dan


(39)

commit to user

efisien; (d) saling mengingatkan; (e) saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi; (f) saling percaya; (g) saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Komunikasi antar anggota (interpersonal skill)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian peserta didik harus: (a) saling mengenal dan mempercayai; (b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima dan mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Evaluasi proses kelompok (group processing)

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama. Agar selanjutnya mereka bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Melalui evaluasi ini dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegitan dari kelompok. Siapa diantara anggota keompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuannya adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Lungdren dalam Isjoni (2009: 13-14) mengemukakan bahwa unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

f. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2009: 73) bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan yaitu, (1) Student


(40)

commit to user

Team Achievement Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Team Game

Tournaments (TGT), (4) Group Investifation (GI), (5) Rotating Trio

Exchange, (6) Group Resume.

Robert E. Slavin (2009: 10) menyebutkan beberapa metode pembelajaran kooperatif antara lain, Student Team Achievement Division

(STAD), Jigsaw, Team Games Tournament (TGT), Cooperative Integrated

Reading and Composition (CIRC) dan Team Accelerated Instruction (TAI).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe-tipe

model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah, Student Team

Achievement Division (STAD), Jigsaw, Team Games Tournament (TGT), Group Investifation (GI), Rotating Trio Exchange, Group Resume, Structural Approach, Cooperatif Integrated Reading and Composition

(CIRC) dan Team Accelerated Instruction (TAI).

g. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Agus Suprijono (2009: 65) terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pembelajaran yang menggunakan model kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

(menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiakan siswa agar lebih siap menerima pelajaran. Fase 2: Present information

(menyajikan informasi)

Mempresentasikan informasi

kepada siswa secara verbal. Fase 3: Organize students into

learning tems (mengorganisir

siswa ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara


(41)

commit to user

membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and

study (membantu kerja tim dan

belajar)

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugas.

Fase 5: Test on the materials

(mengevaluasi)

Menguji pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mepresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Provide recognition

(memberikan pengakuan atau penghargaan)

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

h. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)

Isjoni (2009: 83) berpendapat bahwa TGT adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda.

Robert E. Slavin (2009: 163) menyatakan Team Games Tournament

(TGT) artinya adalah bentuk pembelajaran yang terdapat dalam

pembelajaran koopratif yang paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan, termasuk juga dalam penyampaian materi di kelas. Dalam TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut Robert E. Slavin (2009: 143) pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada lima komponen utama (langkah-langkah pembelajaran TGT) yang harus dimiliki, yaitu:


(42)

commit to user

1) Presentasi Kelas

Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TGT, karena pada tahap ini siswa diajarkan oleh guru tentang Peristiwa Proklamasi. Sehingga pada tahap ini sangat berperan penting dalam penerimaan materi pada diri siswa. Dimana guru mepresentasikan materi pelajaran di depan kelas dan siswa memperhatikan penjelasan guru.

2) Tim

Tim atau kelompok ini dapat terdiri dari empat sampai lima siswa dan pengelompokkan tim ini adalah berdasarkan kemampuan, asal daerah, suku, dll. Fungsi dari pengelompokkan ini adalah memastikan bahwa dari masing-masing siswa benar-benar mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, yaitu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok.

Fungsi pengelompokkan ini adalah untuk saling berbagi antara satu siswa dengan siswa yang lain dalam satu kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam anggota kelompok tersebut ada yang belum paham, maka anggota kelompok yang lain harus bertanggung jawab dengan cara mengajari anggota yang belum paham tersebut sampai didapatkan semua anggota kelompok dapat paham semua.

3) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Games ini dimainkan di atas meja dengan 5-6 orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang


(43)

commit to user

penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

4) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir pekan atau akhir unit materi pembelajaran. Setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen dimana tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan seterusnya. Kompetisi berlangsung secara seimbang sehingga memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja dapat berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

5) Rekognisi Tim

Rekognisi hampir sama dengan reward, yaitu memberikan hadiah, pujian, penghargaan atau yang lainnya kepad siswa atau kelompok yang paling baik. Sehingga dengan pemberian hadiah ini siswa akan semakin tertarik untuk belajar.

Team Games Tournament (TGT) mempunyai ide utama untuk

memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang disampaikan guru. Apabila siswa menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim untuk menguasai bahan ajar. Walaupun mereka belajar bersama dalam tim tetapi mereka tidak boleh saling membantu dalam turnamen. Ini berarti setiap siswa harus

menguasai materi. Selain itu motivasi Team Games Tournament (TGT)

juga menggunakan permainan, sehingga kegembiraan dirasakan siswa. Permainan inilah yang membedakan TGT dengan model pembelajaran kooperatif lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament adalah pembelajaran kooperatif


(44)

commit to user

dengan menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa yang memiliki kemampuan, suku atau ras yang berbeda dengan menggunakan sistem turnamen akademik yang diikuti oleh seluruh siswa.

B. Penelitian yang Relevan

1. Eriyani (2010) ”Penerapan Cooperative Learning Model Team Games

Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas

IV SD Negeri Kalijaren 01 Kec.Maos Kab. Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT), terbukti rata-rata hasil pratindakan 66,1 atau 72%, pada siklus I menjdai 69,5 atau 86%, pada siklus II menjadi 73,4 atau 9 %, dan pada siklus III nilai rata-rata 80, atau 100%.

2. Yusrika Firda Isnaini (2010) ”Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sriwedari Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata tes IPS semester 1 adalah 51 menjadi 74,44 pada pokok bahasan Koperasi pada siswa kelas IV SD N Sriwedari Surakarta.

Dari penelitian di atas keduanya berbicara tentang penerapan pembelajaran kooperatif pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD dan IPS kelas IV SD, berdasarkan penelitian yang relevan tersebut, penelitian ini relevan dengan penelitian di atas yaitu sama-sama berbicara tentang metode pembelajaran kooperatif pada siswa Sekolah Dasar. Sedangkan perbedaannya adlah pada tipe dan subjek penelitian dimana penelitian ini berbicara tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V SD Negeri 07 Ngringo pada mata pelajaran IPS tahun ajaran 2010/2011.


(45)

commit to user C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS dikatakan berhasil apabila sebagian besar siswa telah mendapat nilai di atas KKM yang telah ditetapkan. SD N 07 Ngringo menetapkan KKM mata pelajaran IPS kelas V adalah 65 pada tahun ajaran 2010/2011. Akan tetapi pada kenyataannya hasil belajar pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi SD N 07 Ngringo masih rendah terbukti masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini disebabkan guru hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional, guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan bahan ajar, guru tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi IPS. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi jenuh dan mudah bosan, serta dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPS.

Beberapa upaya agar siswa terdorong untuk belajar, diantaranya adalah penyajian materi yang menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan semangat, minat, motivasi dan hasil belajar yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran

kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat diterapkan untuk

mengaktifkan siswa, menumbuhkan semangat siswa dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya bekerja dalam kelompok saja, melainkan terdapat permainan yang tersaji dalam games yang dimainkan secara turnamen. Dengan model ini siswa dapat belajar sambil bermain, dapat berlatih bahwa ketergantungan dengan orang lain itu pasti ada, sehingga sikap saling membutuhkan dan bekerjasama dapat terbentuk.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok

bahasan peristiwa sekitar proklamasi pada mata pelajaran IPS kelas V SD N07 Ngringo, Jaten Karanganyar tahun ajaran 2010/2011. Kerangka berpikir dapat digambarkan pada gambar 1 di bawah ini:


(46)

commit to user

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut :

“Melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi bagi siswa kelas V semester II SD N O7 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2010/2011”.

TINDAKAN

Guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi Peristiwa

sekitar Proklamasi

SIKLUS I Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

(materi peristiwa sekitar proklamasi)

KONDISI AKHIR

Hasil belajar IPS pada materi Peristiwa sekitar

Proklamasi meningkatkan

SIKLUS II Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (tokoh yang

berperan dalam peristiwa sekitar proklamasi) KONDISI AWAL Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional

Hasil belajar IPS pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi rendah


(47)

commit to user

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 07 Ngringo yang berada di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) Tahun Ajaran 2010/2011 selama 6 bulan, yang terdiri dari tahap persiapan sampai dengan pelaporan penelitian. Yaitu pada bulan Januari sampai Juni 2011. Tabel waktu dan jadwal penelitian terlampir pada lampiran 54 halaman 182.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi) yang sifat keadaanya (attributnya) akan diteliti

(www.tatangmanguny’s blog, diakses 21 Februari 2011). Sebagai subjek adalah

siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran (Sarwiji Suwandi, 2009: 55). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 07 Ngringo tahun ajaran 2010/2011 dengan banyak siswa 34 siswa yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki dengan pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi.

C.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006: 107). Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri guru dan siswa kelas V 2. Arsip nilai ulangan harian


(1)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas V SDN 07 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 dapat

disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 07 Ngringo pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari rata-rata kelas prasiklus 63, 53. Kemudian setelah dilakukannya siklus I, rata-rata kelas meningkat menjadi 72, 82. Kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 76, 65.

Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajara IPS pada materi pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi pada siswa kelas V SDN 07 Ngringo, Jaten, Karanganyar Tahun Ajaran 2010/211.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat dikemukakan implikasi teoritis dan implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS kelas V SDN 07 Ngringo pada pokok bahasan peristiwa

sekitar proklamasi melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT). Hasil penelitian ini dapat ditinjau dari hal menyajikan materi pelajaran, dimana guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar peserta didik mampu menguasai dan memahami materi pelajaran dengan baik. Selain itu memungkinkan terciptanya suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik akan lebih mudah mengingatnya. Penumbuhan motivasi dan minat juga merupakan hal yang


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

sangat penting karena dapat membangkitkan keinginan peserta didiuntuk belajar dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dari hasil penelitian ini dalam implikasi teoritas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT) dapat menjadi salah satu metode pembelajaran IPS

khususnya pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi di Sekolah Dasar, karena pembelajaran ini melibatkan interaksi antara siswa satu dengan siswa lain untuk saling bekerjasama. Hal ini mengindikasikan kedalaman dan keleluasaan dari pemahaman siswa terhadap materi tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode pembelajarfan dan media yang tepat bagi siswa.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian yang sudah diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti dalam menghadapi permasalahan yang sejenis dalam mengajar nantinya. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa yang pada umumnya dimilki oleh sebagian besar siswa. Adpun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin.


(3)

commit to user

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Hendaknya para guru dalam pembelajaran IPS khususnya pada pokok bahasan peristiwa sekitar proklamasi menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam melaksanakan

pembelajaran. Karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, lebih mempunyai sikapkompetitif positif yang tinggi, lebih semangat dalam pembelajaran, sehingga menjadikan hasil belajar menjadi lebih baik dengan proses yang menyenangkan.

b. Hendaknya para guru menumbuhkan kerja sama dan semangat gotong-royong dalam pembelajaran agar terjadi interaksi yang harmonis antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan guru dengan guru. Karena dengan kerja sama dan gotong-royong akan membentuk masyarakat belajar yang harmonis.

c. Hendaknya para guru menumbuhkan sikap nasionalisme yang tinggi, rela berkorban, dan pantang menyerah untuk meneladani perjuangan para pahlawan, khususnya pahlawan pada peristiwa sekitar proklamasi.

d. Hendaknya para guru menanamkan sikap menghargai para pahlawan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan bekal sikap tersebut dapat memicu hubungan yang baik dengan orang lain di lingkungannya.

2. Bagi Sekolah

a. Hendaknya para pemegang kebijaksanaan di sekolah dan para guru berkenan meningkatkan proses dan hasil dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih optimal.

b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan training/pelatihan dan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

3. Bagi siswa

a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan.

b. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. c. Siswa hendaknya lebih belajar dengan giat untuk meneruskan perjuangan

para pahlawan dan mengisi kemerdekaan dengan hal positif.

d. Siswa hendaknya menerapkan sikap menghargai dan meneladani para pahlawan proklamasi dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) guna memperbaiki kekurangan dalam penerapannya sebagai salah satu solusi alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


(5)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ahmad Zuber. 2009. Aktif Belajar IPS Kelas 5. Surakarta: PT Tiga Serangkai

Mandiri.

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.

Baharuddin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Depdikbud. 1994. Pedoman Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

________ . 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta

Endang Susilaningsih. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Depdiknas.

Endang Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas

Eriyani. 2010. Penerapan Cooperative Learning Model Team Games Tournament

(TGT) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV SD

Negeri Kalijaren 01 Kec. Maos, Kab. Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010.

Surakarta: UNS

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas Indrayati. 2004. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Melalui Model Pembelajaran Team Group Turnamen (TGT) Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN Kleco 1 Tahun Ajaran 2004/2005. Jurnal Pendidikan Dwija Utama. 30-39

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada

Mandal, Rita Rani. 2009. “Cooperative Learning Strategis to Enchance Writing Skill”. The Journal of Applied Linguistics. Chennai: Institute of Advenced Study in Education. 1, 95-98


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

M. Furqon Hidayatulloh. 2009. Guru Sejati. Surakarta: Yusma Pustaka Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

_____________. 2009. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, Robert. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

TIM D2 PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar D2 PGSD Semester II/3 SKS. Surakarta

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktik dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka

Udin S. Winataputra, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Yusrika Firda Isnaini. 2010. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sriwedari Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Surakarta: UNS

(http://beduatsuko.blogspot.com/. Diakses 20 Januari 2011)

(http://tentang pendidikan taksonomi Bloom. Diakses 11 januari 2011)

(http://massofa.wordpress.com/2007/12/21/hakekat-ips-sebagai-program-studi/. Diakses 20 Januari 2011)


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe team game tournament materi masalah sosial lingkungan setempat kelas IV MI Dayatussalam Cileungsi Bogor Jawa Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 121

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG OPERASI CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 POPONGAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 10 206

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 / 20

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IV MI MISBAHUL HUDA PROBOLINGGO.

0 0 112

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) BERBANTUAN PERMAINAN CATUR PADA SISWA KELAS IV SD N 3 PINGIT TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

0 2 5