Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis Supervisi Klinis 1. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis mempunyai ciri-ciri khusus. Ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut: a Waktu untuk melaksanakan supervisi atas dasar kesepakatan. Sebab apa yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran perlu dibahas dulu dalam pertemuan awal. Ini berarti supervisor tidak dapat datang begitu saja melakukan supervisi terhadap guru yang sedang mengajar di kelas. 122 b Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan. c Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu. d Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki. e Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan. f Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar. g Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dan guru. 122 Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 38. h Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif. i Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dahulu, bukan dari supervisor. 123 j Supervisor lebih banyak mendengarkan dan bertanya daripada memerintahkanmengarahkan. Ciri-ciri supervisi klinis diatas memberikan pemahaman bahwa dalam supervisi klinis, seorang supervisor tidak boleh mengintervensi guru yang sedang mengajar. Tugas guru mengajar dan mendidik sebaik mungkin, sementara tugas supervisor adalah mengobservasi secara mendalam tentang perilaku guru yang berkaitan khusus dengan kasus yang sedang diperbaiki. Setelah supervisi selesai dilakukan maka dilakukan pertemuan balikan untuk menilai, membahas, dan mendiskusikan hasil supervisi tadi. Guru diharapkan aktif mengevaluasi diri dan merefleksi apa yang telah ia lakukan dalam mengajar. Kemudian guru dan supervisor bekerja sama membahas data tentang hasil supervisi itu sampai menemukan kesepakatan bersama.

4. Karakteristik Supervisi Klinis

Mulyasa mengemukakan bahwa salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Supervisi diberikan berupa bantuan bukan perintah, sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan 2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan 123 Piet A.Sahertian, Op. Cit., h. 38-39. 3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala Sekolah 4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru 5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan. 6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. 7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. 8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. 124 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis berpusat pada kebutuhan guru dan lebih bersifat menemukan masalah objektif. Masalah tersebut bukan untuk menekan bawahan tapi untuk di analisis dan dipecahkan bersama-sama demi untuk menemukan problem solving dari masalah tersebut.

5. Siklus Supervisi Klinis

124 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosdakarya: Bandung, 2004, h. 112. Menurut Cogan dalam bukunya Clinical supervision, 125 ada delapan tahap pelaksanaan supervisi klinis, yakni sebagai berikut: 1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor. 2. Tahap perencanaan bersama guru. 3. Tahap perencanaan strategi observasi. 4. Tahap observasi pengajaran. 5. Tahap analisis proses belajar mengajar. 6. Tahap perencanaan strategi pertemuan. 7. Tahap pertemuan, dan 8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya. Sedangkan Goldhammer, Anderson dan Krajewski dalam Kimball Wiles pada bukunya Supervision for Better Schools menyatakan bahwa ada lima kegiatan dalam proses supervisi klinik yang disebutnya dengan sequence of supervision 126 , yaitu: 1. Pertemuan sebelum observasi. 2. Observasi. 3. Analisis dan strategi. 4. Pertemuan supervisi. 5. Analisis sesudah pertemuan supervisi. Walaupun berbeda-beda langkah supervisi klinis oleh para ahli di atas, namun sebenarnya langkah-langkah tersebut dapat dikembangkan pada tiga tahap esesnsial yang berbentuk siklus, yaitu: 125 Cogan, M. L., Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin, 1973, h. 9. 126 Kimball Wiles, Supervision for better schools, United States of America: Prentice- Hall, 1983, h. 171.