Pengembangan Model Supervisi Klinis Terpadu untuk Peningkatan Kinerja Guru Madrasah Aliyah
Peneliti mempelajari data-data pelaksanaan supervisi di Madrasah Aliyah yang akan dilaksanakan uji coba serta mendiskusikannya dengan kepala sekolah
dan para guru. Peneliti juga berusaha mempelajari karakter Madrasah Aliyah di Kabupaten Serang dan Kota Serang, Propinsi Banten. Madrasah Aliyah di
Kabupaten Serang dan Kota Serang memiliki karakter Islam yang sangat kuat, hal ini terlihat dari rajinnya kepala sekolah dan guru untuk melaksanakan shalat
dzuhur di sekolah, bahkan peneliti sering melihat para guru dan siswa yang rajin melaksanakan shalat dhuha di musholla sekolah pada jam istirahat. Peneliti juga
melihat semua MA yang diteliti menerapkan tadarus al- Qur‟an sebelum
dilaksanakan pembelajaran. Hal ini memperkuat paradigma peneliti bahwa madrasah Aliyah di sekitar Kabupaten Serang dan Kota Serang memang memiliki
karakter Islam yang baik. Di empat Madrasah Aliyah yang diteliti, peneliti juga melihat lingkungan
madrasah yang kental dengan budaya dan tradisi Islam. Hal ini terlihat dari kentalnya tradisi di sekitar madrasah dengan adanya istighosah bersama, dzikir
bersama, banyak orang yang shalat berjamaah di masjid, dan masih banyak pesantren tradisional yang mempelajari al-
Qur‘an dan kitab-kitab turost kitab kuning di sekitar Madrasah Aliyah.
Sebelum dilaksanakan uji coba, peneliti melakukan komunikasi secara intensif dengan para kepala Madrasah Aliyah dan para guru, hal ini dilakukan
untuk mengetahui sedikit karakter mereka untuk memudahkan proses supervisi klinis, karena mustahil supervisi klinis dapat dilaksanakan tanpa mengetahui
karakter guru yang akan disupervisi.
b Menetapkan alokasi waktu Supervisi klinis terpadu memiliki lima langkah dalam setiap siklus, dan
setiap siklus dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan kelas, kecuali pelatihan SQ yang dapat dilaksanakan pada hari sebelumnya. Setiap Madrasah
Aliyah akan dilaksanakan proses supervisi klinis terpadu sebanyak tiga siklus yang dilakukan pada empat guru dari mata pelajaran yang berbeda. Uji coba
terbatas dilaksanakan pada satu Madrasah Aliyah yang dilakukan lebih dahulu daripada Madrasah Aliyah lainnya yang dijadikan uji coba luas. Sehingga rencana
penelitian uji coba terbatas dan luas sebagai berikut: Tabel 4.10
Rencana Penelitian
Uji Coba
Siklus Guru
Waktu Penyelenggaraan Februari
Maret April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 Uji Coba
Terbatas Siklus I
Guru 1, 2, 3, 4
Siklus II
Guru 1, 2, 3, 4
Siklus III
Guru 1, 2, 3, 4
Uji Coba Luas
Siklus I Guru 1,
2, 3, 4 Siklus
II Guru 1,
2, 3, 4 Siklus
Guru 1,
III 2, 3, 4
c Implemetasi Model Rencana supervisi klinis terpadu yang telah dikembangkan tersebut
kemudian diimplementasikan dalam kegiatan supervisi di Madrasah Aliyah khususnya pada supervisi pembelajaran di kelas. Kegiatan supervisi klinis terpadu
dilakukan sebanyak 3 tiga siklus kegiatan sesuai dengan rencana supervisi yang telah di sepakati dengan para guru dan kepala sekolah.
Dalam setiap kegiatan supervisi, langkah-langkah supervisi terdiri dari gabungan dari langkah-langkah supervisi klinis, langkah-langkah lesson study dan
pelatihan SQ di awal supervisi, yakni ada lima langkah. Yaitu tahap pelatihan SQ, tahap pertemuan awal+plan, tahap observasi kelas+do, tahap pertemuan
balikan+see, tahap tindak lanjut. Perbedaan antara model supervisi klinis terpadu yang dikembangkan
dalam penelitian ini model hipotetik dengan model supervisi klinis model teoretis adalah:
a. Pada langkah pertama, tahap pelatihan SQ. Pada tahap ini, para guru, supervisor dan kepala sekolah mengikuti pelatihan Spiritual Quotient yang
dikhususkan untuk pembinaan spiritualitas guru, kepala sekolah dan supervisor. Pada tahap ini yang melakukan pelatihan adalah tim peneliti yang
merancang pelatihan spiritual sesuai dengan kebutuhan guru di Madrasah Aliyah Kabupaten Serang dan Kota serang. Sesuai dengan kebiasaan dan
kultur daerah Banten, maka pelatihan SQ diisi dengan dzikir- dzikir dan do‘a,
selain muh āsabah dan pemberian motivasi untuk memperbaiki kinerja guru
berdasarkan konsep Ihs ān.
b. Pada langkah kedua, Tahap Pertemuan Awal + Plan. Pada tahap pertemuan awal antara supervisor dan para guru yang terlibat dalam supervisi klinis dan
lesson study akan membahas satu persatu kekurangan dalam mengajar dan membuat daftar kelemahan itu. Namun, supervisor tidak menggurui, mereka
berdiskusi dengan suasana keakraban, seperti layaknya diskusi teman sejawat. Yang terlibat dalam diskusi ini adalah supervisor, guru, dan team guru yang
sama dalam mata mata pelajaran atau yang serumpun. Beberapa orang guru berkolaborasi menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, sehingga
ide-ide yang berkembang lebih kaya. Pada tahap lesson study tahap plan ini, diawali dengan menganalisis permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi atau cara
penyampaian materi. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek paedagogik tentang metode pembelajaran yang tepat, agar pembelajaran berjalan efektif
dan efisien, atau permasalahan mengenai fasilitas belajar, yakni bagaimana mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Selanjutnya guru bersama-
sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dan dituangkan dalam rencana pembelajaran atau lesson plan, teaching material berupa
media pembelajaran dan lembar kerja peserta didik, serta metode evaluasi. Pertemuan-pertemuan yang sering dilakukan oleh para guru dalam rangka
menyusun rencana pembelajaran menyebabkan terbentuknya kolegalitas atau kemitraan antara guru yang satu dengan yang lain, sehingga tidak berlaku
hukum senioritas antar teman sejawat. Para guru dapat berbagi pengalaman dan saling belajar, sehingga melalui kegiatan ini diharapkan terbentuk situasi
mutual learning, yaitu situasi dimana komunitas tersebut dapat saling belajar. c. Langkah ketiga, adalah tahap Observasi Mengajar + Do. Sesudah pertemuan
awal selesai dilakukan, maka pihak supervisor dan para guru bersiap-siap untuk melaksanakan proses supervisi di kelas. Para guru, guru model, dan
supervisor memasuki ruangan kelas. Guru model mengajar, sedangkan supervisor duduk di belakang kelas sambil mengamati guru mengajar,
sedangkan guru-guru lain yang serumpun mengamati siswa belajar satu persatu dengan seksama. Supervisor harus dapat membawa diri sebaik-
baiknya. Supervisor harus hati-hati dalam melakukan tindakan, baik dalam sikap duduk maupun gerakan lain di kelas. Dia berusaha seminimal mungkin
dalam bertindak agar seolah-olah tidak ada orang lain yang duduk di belakang. Hal ini dilakukan agar suasana kelas atau para siswa tetap wajar
belajar seperti biasa. Dia mengobservasi secara mendetail gerak gerik guru yang berkaitan dengan kelemahan guru yang akan diperbaiki. Hasil observasi
itu dicatat secara teliti dalam catatan observasi, instrumen PKG juga dapat diisi di kelas sambil mengobservasi guru. Supervisor dapat pula
menggunakan rekaman suara guru atau video, hal ini digunakan untuk dapat diputar kembali pada tahap pertemuan balikan.
d. Langkah keempat, Tahap Pertemuan Balikan + See. Setelah kelas berakhir dan para guru, guru model beserta supervisor mengakhiri supervisi, maka
mereka masuk ke dalam suatu ruangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya
untuk melakukan diskusi atau pertemuan balikan. Pertemuan balikan ini digabung dengan tahap See dalam lesson study, sehingga para guru yang
hadir pada saat tahap observasi mengajar+do juga masuk ke ruangan tersebut dan berdiskusi bersama. Supervisor harus menjadi pendengar yang baik,
memberi kesempatan yang besar terhadap guru untuk dapat menceriterakan dirinya dan untuk dapat merefleksikan dirinya terhadap apa yang telah ia
lakukan di dalam kelas, juga harus dapat menghargai pendapat guru. Dia juga harus menguatkan konsep Ihs
ān kepada guru model dan para guru yang mengobservasi kelas tadi. Guru model mengawali diskusi dengan
menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt
atau hal baru yang diperolehdipelajari dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, terutama berkenaan dengan aktifitas peserta didik selama
kegiatan pembelajaran. Tentunya kritik dan saran dari para pengamat disampaikan secara bijak dan konstruktif.