Teknik Supervisi Pendidikan Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Adapun teknik supervisi diskusi adalah supervisi yang didominasi dengan kegiatan diskusi. Karena bentuk supervisi berupa diskusi, maka banyak materi yang dibahas di luar proses pembelajaran, tidak seperti yang dilakukan pada sebagian besar supervisi individual, tetapi semuanya menyangkut upaya meningkatkan profesi guru. 109 Sedangkan teknik supervisi demonstrasi adalah proses supervisi yang sebagian besar dalam bentuk demonstrasi, atau teknik supervisi ini adalah demonstrasi. 110 Supervisor mendemonstrasikan sesuatu dalam rangka menjelaskan sesuatu itu kepada para guru.Misalnya dalam mengoperasikan LCD. Demonstrasi yang dilakukan bertujuan agar para guru tidak hanya paham, akan tetapi dapat mempergunakannya dengan terampil dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Teknik supervisi kelompok lainnya adalah teknik supervisi pertemuan ilmiah. Pertemuan ilmiah adalah pertemuan yang dilakukan oleh sejumlah orang yang membahas hal-hal yang bersifat ilmiah. 111 Bahan yang dibahas dalam supervisi pertemuan ilmiah adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi guru pada umumnya dan proses pembelajaran khususnya. Teknik supervisi kelompok yang terakhir adalah teknik supervisi kunjungan ke sekolah. Kunjungan ini hampir sama dengan kunjungan biasanya, namun tujuan, materi, dan cara atau bentuk pertemuannya berbeda. Tujuan kunjungan supervisi ini adalah untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan tentang hal-hal yang bersifat inovatif. Sementara materi yang dikunjungi adalah materi yang menjadi pembahasan supervisi yaitu cara-cara 109 Ibid., h.177. 110 Ibid., h.181. 111 Ibid., h.184. meningkatkan profesi guru dan proses pembelajaran. Sedangkan bentuk pertemuannya adalah merupakan pertemuan supervisi atau proses supervisi, yaitu pertemuan antara guru-guru dan satu atau beberapa supervisor menguraikan dan membahas materi sebagai objek kunjungan. 112

B. Supervisi Klinis 1. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis mulai dikembangkan pada akhir dasawarsa limapuluhan dan awal enampuluhan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richard Weller di Harvard School of Education.Model supervisi klinis lebih menekankan pada hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru serta terpusat pada perilaku aktual guru dalam mengajar. Acheson dan Gall memberikan istilah supervisi klinis sebagai Teacher Centered Supervision 113 . Richard Waller dalam Purwanto menyatakan : Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement as instruction by means of systematic cycles of planning, observation and intensive intellectual, analysis of actual teaching performance in the interest of rational modification. 114 Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui sarana siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis 112 Ibid., h.189. 113 Acheson, K. A Gall, M. D., Techniques in Clinical Supervision, Preservice and Inservice Applications, New York: Longman, 1980, h. 67. 114 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013, h. 56. intelektual yang intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, di dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Sedangkan K.A. Acheson dan M.D. Gall mendefinisikan supervisi klinis sebagai proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. 115 Definisi ini memberi indikasi bahwa supervisi klinis merupakan suatu proses membantu guru mengatasi kesulitannya dalam mengajar. Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. 116 Hal ini senada dengan pendapat Oliva bahwa supervisi klinis bukan untuk tujuan administrasi, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru sehingga memberi efek yang jauh lebih baik. 117 Sergiovanni dan Starrat mengemukakan tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki pengajaran guru di kelas dan meningkatkan performance guru. 118 Searah dengan pendapat tersebut, Acheson dan Gall menyatakan tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaran guru di kelas. 119 Pada intinya dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi klinis adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan perilaku mengajar guru, terutama yang 115 Ibid., h. 70. 116 Jerry H. Makawimbang, Supervisi Klinis Teori dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Bandung; Penerbit Alfabeta, 2013, h. 26. 117 Oliva, P.F., Op.Cit., h. 45. 118 Sergiovanni, T.J. dan Starratt, R.J., Supervision A Redefinition, New York: Mc Graw Hill Inc, 1993, h. 89. lemah dalam didaktika mengajar agar dapat melaksanakan tugas secara profesional dan meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu bimbingan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru secara sengaja dan sistematis yang dimulai dari pertemuan awal, observasi kelas, dan pertemuan akhir yang di analisis secara cermat, teliti dan objektif untuk mendapatkan perubahan kinerja mengajar guru yang diharapkan.

2. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis

Supervisi klinis memiliki beberapa prinsip, diantaranya adalah yang dikemukakan oleh sahertian, yaitu: a Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru terlebih dahulu. Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru- guru terdorong untuk berusaha meminta bantuan dari supervisor b Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan. c Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha sesuai dengan apa yang diharapkan guru. d Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang riil yang mereka alami. 119 Acheson, K. A Gall, M. D., Op. Cit., h. 56. e Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus diangkat dan diperbaiki. 120 Sedangkan Makawimbang menjelaskan beberapa prinsip supervisi klinis adalah sebagai berikut: a Terpusat pada gurucalon guru dibandingkan supervisor. Prinsip ini menekankan prakarsa dan tanggung jawab dalam meningkatkanmengembangkan keterampilan mengajar itu lebih disesuaikan dengan kebutuhan gurucalon guru yang bersangkutan. Dengan demikian peningkatan kemampuan profesional harus sejak pagi-pagi dialihkan menjadi prakarsa dan tanggung jawab gurucalon guru. b Hubungan gurucalon guru dengan supervisor lebih unteraktif ketimbang direktif. Prinsip ini menekankan bahwa antara supervisor dan guru calon guru pada hakikatnya sederajat dan saling membantu dalam meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalnya. Perbedaan antara keduanya adalah perbedaan sementara dan kebetulan, jadi bukan perbedaan esensial. Disini supervisor sebagai tenaga pengajar yang sudah lama berpengalaman berkewajiban membantu gurucalon guru yang kurangbelum berpengalaman. c Demokratik ketimbang otoritatif. Prinsip ini menekankan kedua belah pihak harus bersikap terbuka, artinya masing-masing pihak, supervisor dan gurucalon guru berhak mengemukakan pendapat secara bebas, namun kedua pihak berkewajiban mengkaji dan mempertimbangkan pendapat pihak lain untuk mencapai kesepakatan. 120 Piet A. Sahertian, Op. Cit., h. 39. d Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi gurucalon guru. Prinsip ini mengemukakan bahwa kebutuhan mendapatkan pelayanan supervisi itu bersumber dan dirasakan manfaatnya oleh gurucalon guru. Kebutuhan dan aspirasi gurucalon guru disini tidak terlepas dari kawasan ruang lingkup penampilan gurucalon guru secara aktual di dalam kelas. e Umpan balik dari proses belajar mengajar gurucalon guru diberikan dengan segera dan hasil peninjauanpenilaiannya harus sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama. f Supervisi yang diberikan bersifat bantuan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan sikap profesional. Prinsip ini menekankan bahwa bila gurucalon guru sudah matang dan memiliki sikap profesional yang tinggi maka tugas supervisor sudah beres, dengan kata lain supervisor sudah boleh membiarkanmelepaskan gurucalon guru tersebut secara mandiri. g Pusat perhatian pada waktu berlangsung supervisi dalam kegiatan belajar mengajar tertentu hanya pada beberapa keterampilan mengajar saja. Prinsip ini menekankan bahwa meskipun keterampilan mengajar itu dapat digunakan secara integratif, tetapi untuk meningkatkan keterampilan tertentu dapat dilakukan secara terisolasi agar mudah untuk dikontrol dan diamati. 121 Dengan prinsip-prinsip supervisi klinis diatas, maka hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga 121 Jerry H. Makawimbang, Op. Cit., h. 33.