Ciri-ciri Supervisi Klinis Supervisi Klinis 1. Pengertian Supervisi Klinis

Menurut Cogan dalam bukunya Clinical supervision, 125 ada delapan tahap pelaksanaan supervisi klinis, yakni sebagai berikut: 1. Tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor. 2. Tahap perencanaan bersama guru. 3. Tahap perencanaan strategi observasi. 4. Tahap observasi pengajaran. 5. Tahap analisis proses belajar mengajar. 6. Tahap perencanaan strategi pertemuan. 7. Tahap pertemuan, dan 8. Tahap penjajakan rencana pertemuan berikutnya. Sedangkan Goldhammer, Anderson dan Krajewski dalam Kimball Wiles pada bukunya Supervision for Better Schools menyatakan bahwa ada lima kegiatan dalam proses supervisi klinik yang disebutnya dengan sequence of supervision 126 , yaitu: 1. Pertemuan sebelum observasi. 2. Observasi. 3. Analisis dan strategi. 4. Pertemuan supervisi. 5. Analisis sesudah pertemuan supervisi. Walaupun berbeda-beda langkah supervisi klinis oleh para ahli di atas, namun sebenarnya langkah-langkah tersebut dapat dikembangkan pada tiga tahap esesnsial yang berbentuk siklus, yaitu: 125 Cogan, M. L., Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin, 1973, h. 9. 126 Kimball Wiles, Supervision for better schools, United States of America: Prentice- Hall, 1983, h. 171. 1 Tahap pertemuan awal, 2 Tahap observasi mengajar, dan 3 Tahap pertemuan balikan. 1 Tahap Pertemuan Awal Tahap pertama dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan awal preconference. Pertemuan awal ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas, sehingga banyak juga para ahli supervisi klinis yang menyebutnya dengan istilah tahap pertemuan sebelum observasi preobservation conference. 127 Wiles mengatakan bahwa tahap ini adalah sangat penting. 128 Tujuan utama pertemuan awal ini adalah untuk mengembangkan secara bersama-sama antara supervisor dan guru, kerangka kerja observasi kelas yang akan dilakukan nanti pada saat observasi. Hasil dari pertemuan awal ini adalah kesepakatan contract kerja antara supervisor dan guru. 2 Tahap Observasi Mengajar Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah tahap observasi mengajar. Tahap ini harus dilaksanakan secara sistematis dan objektif. Perhatian observasi ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas hasil tindakan guru. Pada tahap ini, guru dan supervisor menentukan waktu sesuai dengan kesepakatan bersama pada saat mengadakan pertemuan awal. Daresh dalam Makawimbang menyatakan bahwa ada dua aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan selama melaksanakan observasi mengajar, yaitu menentukan aspek-aspek yang akan di 127 Jerry H. Makawimbang, Op. Cit., h. 39. 128 Kimbal Wiles, Op. Cit., h. 172. observasi dan bagaimana cara mengobservasinya. 129 Mengenai aspek-aspek yang akan di observasi harus sesuai dengan hasil diskusi bersama antara supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal. Tujuan utama pengumpulan data adalah memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah observasi terakhir, sehingga guru bisa menganalisis secara cermat aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas. Pada saat inilah teknik dan instrumen observasi sangat dibutuhkan untuk digunakan mengobservasi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Sedangkan Masaong menyatakan bahwa pada tahap observasi kelas, hal- hal yang dilakukan adalah sebagai berikut: a Pengawas bersama guru memasuki ruangan kelas dengan penuh keakraban. b Guru memberikan penjelasan kepada siswa maksud kedatangan supervisor. c Supervisor mengobservasi penampilan guru dengan menggunakan format observasi yang telah disepakati. d Selama pengamatan pengawas hanya memfokuskan pada kontrak dengan guru. Jika ada hal-hal yang penting di luar dari kontrak, pengawas dapat membuat catatan untuk pembinaan selanjutnya atau didiskusikan. e Setelah pembelajaran selesai, guru bersama-sama dengan supervisor menuju ke ruangan khusus untuk tindak lanjut. 130 129 Jerry H. Makawimbang, Op. Cit., h. 40. 130 Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 52.