Siklus Supervisi Klinis Supervisi Klinis 1. Pengertian Supervisi Klinis

Acheson dan Gall dalam Makawimbang juga mereview beberapa teknik dalam proses supervisi klinis. Beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut: a Selective verbatim, yakni seorang supervisor membuat semacam rekaman tertulis yang biasa disebut dengan verbatim transcript. Transkip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder. b Rekaman observasional berupa seating chart. Disini supervisor mendokumentasikan perilaku siswa sebagimana mereka berinteraksi dengan seorang guru selama pembelajaran berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsikan secara bergambar. c Wide lens techniques. Pada saat ini supervisor membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dalam cerita yang panjang lebar. Teknik ini bisa juga disebut anecdotal record. d Checklists and timeline coding. Disini supervisor mengobservasi dan mengumpulkan data perilaku belajar mengajar. Dalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan silence 131 3 Tahap Pertemuan Balikan 131 Jerry H. Makawimbang, Op. Cit., h. 41. Tahap ini adalah tahap ketiga dalam proses supervisi klinis. Wiles mengatakan bahwa postobservation behavior includes the analysis of the data collected during observation of instruction, the evaluation of teaching and learning behavior, the process of providing feedback for teachers, and the final stages of the evaluation of the clinical supervisory process. 132 Kegiatan postobservation pertemuan balikan meliputi analisis data yang dikumpulkan selama pengamatan pembelajaran, evaluasi pengajaran dan perilaku belajar, proses pemberian umpan balik bagi guru dan tahap akhir evaluasi proses pengawasan klinis. Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah menindaklanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar mengajar. 133 Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang sangat penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkret, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru sebagaimana dikemukakan oleh Goldhammer, Anderson, dan Krajewski 1981 dalam Makawimbang, 134 yaitu: a Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam karyanya. 132 Kimball Wiles, Op.Cit., h. 177. 133 Ibid. 134 Jerry H. Makawimbang, Op. Cit., h. 42. b Isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru yang tepat. c Supervisor, bila mungkin perlu, bisa berupaya mengintervensi guru secara langsung untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan. d Guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri. e Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesional diri pada masa yang akan datang. Pada pertemuan balikan ini, sebaiknya supervisor banyak memberikan penguatan reinforment terhadap guru. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis bersama setiap aspek pengajaran yang menjadi perhatian supervisi klinis. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan, yaitu: a Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan reinforment. b Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Disini supervisor bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dengan tujuan pengajaran yang dicapai. c Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Disini supervisor bersama guru mengidentifikasi target keterampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. d Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya. e Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis. f Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan berikut sekaligus mentapkan rencana berikutnya. 135 Faktor utama yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis sebagai suatu pendekatan supervisi pembelajaran adalah kepercayaan trust pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pengajaran guru. Berikut ini adalah gambar dari siklus supervisi klinis: Gambar 2.2 Siklus Supervisi Klinis 135 Ibid., h. 43. Tahap Pertemuan Awal 1. Menganalisis rencana pelajaran 2. Menetapkan bersama aspek- aspek yang akan diobservasi dalam mengajar Tahap Pertemuan Balikan 1. Menganalisis hasil observasi bersama guru 2. Menganalisis perilaku mengajar 3. Bersama menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya Tahap Observasi mengajar 1. Mencatat peristiwa selama pengajaran 2. Catatan harus objektif dan selektif

C. Lesson Study

1. Pengertian Lesson Study

Lesson Study adalah terjemahan dari kata-kata Jepang Jugyou instruksi, pelajaran, atau Lesson dan kenkyuu riset atau study. Istilah jugyou kenkyuu meliputi suatu keluarga besar dari suatu strategi peningkatan pembelajaran, oleh sekelompok guru, yang mengumpulkan data tentang proses pembelajaran dan kemudian secara kolaboratif menelitinya. 136 Sumar Hendayana, dkk. menjelaskan bahwa lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning saling belajar, untuk membangun komunitas belajar. 137 Dalam lesson study, para guru saling berkolaborasi untuk bersama-sama menyusun perencanaan pembelajaran, mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran, kemudian membahas dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan, sebagaimana diungkapkan oleh Catherine Lewis, bahwa “Lesson studyis an ongoing professional development practice in which teachers collaborate to plan, observe, and refine a lesson”. 138 Lesson study berasal dari Jepang dan berkembang di Indonesia melalui IMSTEP Indonesia Mathematics Science Teacher Education Project UPI, UNY, dan UM sejak tahun 2001 dan program SISTTEMS Strengthening In- 136 Catherine Lewis dan Tsuchida. I, Planned Educational Change in Japan: The Shift to Student-Centered Elementary Science, Journal of Educational Policy 125, 1997: h. 313-331. Online pada http:lessonresearch.netplanned.html . [diakses pada tanggal 2 desember 2015]. 137 S. Hendayana, LESSON STUDY: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik Pengalaman IMSTEP-JICA, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 6. 138 Catherine Lewis dan Tsuchida.I, Op. Cit., h. 11. Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior High Secondary Level di Sumedang, Bantul, dan Pasuruan pada tahun 2006. Tujuan dari lesson study adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, melalui pengamatan yang mendalam terhadap aktifitas belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Catherine Lewis bahwa ―Lesson study provides an ongoing method to improve instruction based on careful observation of students and their work”. 139 Peningkatan kualitas pembelajaran mutlak dilakukan oleh guru, karena guru dituntut untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran, tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metodestrategimodel pembelajaran yang telah dikembangkan dalam kegiatan lesson study sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. 140 Melalui kegiatan lesson study diharapkan dapat dikembangkan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik agar belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik melalui hands-on and mind-on activity selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran diusahakan dapat menyentuh permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Dan perencanaan pembelajaran tersebut mencoba mengembangkan media pembelajaran yang berbasis local materials. Lesson Study merupakan suatu model pola pembinaan profesi pendidik melalui 139 Ibid., h. 12. 140 S. Hendayana, Op. Cit., h. 10. pengakajian telaah pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. 141 Lesson Study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar learning society yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. 142 Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain dosen, guru mata pelajaran yang sama guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainnya, 143 merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersamasendiri, kemudian diobservasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar 141 Catherine C. Lewis, Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change ,Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc., 2002, h. 1-2. Penjelasan secara rinci lihat Sumar Hendayana, dkk.. Lesson Study, Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik - Pengalaman IMSTEP-JICA.Bandung: UPI Press, 2007, h. 11-18. Bandingkan juga dengan Istamar Syamsuri, dkk.Lesson Study: Studi Pembelajaran, Malang: FPMIPA UM Press, 2008, h.53-62 dan Herawati Susilo, dkk. Lesson Study Berbasis Sekolah, Malang: Bayu Media Publishing, 2009, h. 22-29. 142 Akhmad Sudrajat, 2008, Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran, dalam http:akhmadsudrajat.wordpress.com. [Diakses pada tanggal 27 Desember 2015]. 143 Ibid. untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan, kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas.

2. Manfaat Lesson Study

Sebuah model pembinaan profesi guru haruslah memberikan manfaat yang besar terhadap peningkatan kompetensi profesional guru. Sama seperti lesson study, banyak manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan lesson study. Lesson study yang merupakan sebuah kerja kolaboratif antar guru diharapkan memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan dalam hal ini peningkatan mutu profesional guru. Dengan demikian manfaat dari pelaksanaan lesson study tersebut dapat dijadikan acuan bagi peningkatan profesionalisme guru. Adapun manfaat lesson study adalah: 1 Meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya. 2 Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktifitas belajar siswa. 3 Menguatnya hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru. 4 Menguatnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran jangka panjang. 5 Meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang. 6 Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran termasuk komponen- komponennya seperti bahan ajar, teaching materials hands on dan strategi pembelajaran. 144 Selanjutnya Wang Iverson dan Yoshida dalam Sukirman 145 menyebutkan bahwa manfaat dari lesson study sebagai berikut: 1. Mengurangi keterasingan guru dari komunitasnya. 2. Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya. 3. Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum. 4. Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa. 5. Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa. 6. Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru. Catherine Lewis dalam Ita Masitoh 146 menyatakan bahwa Lesson Study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan.Pertama, Lesson Study merupakan suatu