Penelitian Terdahulu yang Relevan

klinis menjadi supervisi klinis terpadu untuk meningkatkan kinerja guru Madrasah Aliyah.

G. Kerangka Pemikiran

Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar KBM memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat setrategis dan menentukan. Ada yang berpendapat bahwa guru merupakan komponen vital dalam pendidikan, tapi guru bukanlah segala –galanya dalam pendidikan, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi pendidikan anak. 29 Seorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut diterapkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar kriteria tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten tersebut mampu bekerja di bidangnya secara efektif-efisien. Kadar kompetensi profesional guru tidak hanya menunjuk kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk kualitas kerja. 30 29 Hadi Supeno, Potret Guru, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, h. 42. 30 A. Samana, Profesionalisme Keguruan, Universitas Sanata Darma: Penerbit Kanisius, 1994, h. 44. Guru merupakan profesi jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan. Meskipun dalam perkembangan ilmu pedagogis sekarang, wacana peran totalitas penentu keberhasilan pendidikan seperti itu banyak ditentang seiring dengan munculnya teori-teori psikologi kepribadian, namun wacana baru tersebut tidak bisa mengeliminer secara total peran guru dalam proses pendidikan. Sehingga bagaimanapun juga kompetensi masyarakat terhadap guru masih sangat tinggi. Di tangan gurulah harapan masyarakat untuk membangun generasi penerus diberikan. Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu suatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi guru atau pendidik, seseorang harus berkepribadian. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Karenanya, tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan. Untuk mengetahui ukuran profesionalisme dan kualitas guru, salah satu ukurannya adalah kinerja guru. Kinerja dapat diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun kualitasnya. 31 Sejalan dengan ini Bernardin dan Russel dalam Rucky memberikan definisi kinerja: performance is defined as the record of outcomes produced on a specific job function or activity during a specific time period kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. 32 Dengan demikian, kinerja adalah prestasi kerja, yaitu hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan. Kinerja dari setiap individu guru yang ada di suatu lembaga, akan sangat mempengaruhi baik dan buruknya lembaga tersebut. Begitu juga dengan kualitas pendidikannya, tidak terlepas dari peran kinerja setiap guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Sutermeister, kinerja pegawai menentukan produktivitas. 33 Artinya, tinggi rendahnya produktivitas suatu organisasi ditentukan oleh tinggi rendahnya kinerja para pegawai yang bekerja di organisasi tersebut. Begitupun di madrasah, tinggi rendahnya produktivitas madrasah ditentukan oleh tinggi rendahnya kinerja para gurunya. 31 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2000, h. 423. 32 Ahmad S. Rucky, Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, h.15. 33 Robert A. Sutermeister, People And Productivity, 3rdEdition, USA: Mc. Graw Hill Inc, 1976, h. 45. Kinerja guru akan lebih bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan ikhlas lillāhi ta‟ālā, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik. Seorang guru harus mengambil pelajaran dari kekurangan dirinya di hari kemarin untuk memperbaiki dirinya di hari esok, sehingga kinerja hari esok lebih baik dari hari sebelumnya. Seperti yang tertulis dalam ayat al- Qur‘an:                     Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S. Al-Hasyr: 18 34 Seorang guru akan berhasil melaksanakan tugasnya bila memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan peningkatan kualitas kinerja guru, maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Rendahnya kinerja guru harus juga dilihat secara luas, agar kondisi tersebut dapat dilakukan tindakan pembinaan atau peningkatan oleh kepala sekolah secara efektif, sehingga kinerja akan memberikan konstribusi bagi peningkatan mutu pendidikan. Jika kinerja guru tidak menjadi perhatian oleh kepala sekolah atau pihak yang berwenang, maka sangat sulit terjadi perubahan dalam dunia pendidikan karena guru merupakan faktor penentu keberhasilan pendidikan. Seperti pepatah arab mengatakan: 34 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 256. هسفن سردملا نم مهأ سردملا ح ر ةقيرطلا نم مهأ سردملا ةداملا نم مهأ ةقيرطلا Artinya: metode lebih penting daripada materi, dan guru lebih penting dari pada sekedar metode, namun jiwa guru lebih penting daripada diri guru itu sendiri. 35 Hasil penelitian Afifuddin yang dilakukan di Jawa Barat mengenai kinerja guru madrasah menunjukkan bahwa: 1 kepemimpinan kepala madrasah di Jawa Barat yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik mencapai 56,3 dan sisanya 43,7 dalam kategori cukup baik, kurang baik, dan tidak baik; 2 Supervisi akademik yang dilaksanakan kepala madrasah yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik mencapai 55,3 dan sisanya 44,7 dalam kategori cukup baik, kurang baik, dan tidak baik; 3 Budaya organisasi madrasah yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik mencapai 55,5 dan sisanya 44,5 dalam kategori cukup baik, kurang baik, dan tidak baik; 4 Kinerja guru madrasah yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik mencapai 55,5 dan sisanya 44,5 dalam kategori cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. 36 Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah dan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala madrasah belum begitu efektif. Budaya dan iklim kerja yang ada di madrasah belum begitu kondusif dan positif. Demikian pula kinerja guru juga belum optimal. Lebih lanjut, Supriadi mengungkapkan bahwa: ―mutu pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34 pada negara 35 Mahmud Yunus, Al-Tarbiyah wa al- Ta‟lim, Juz I, Gontor Ponorogo: Daar al-Salam, 1991, h.3 36 Penelitian Afifuddin dalam Supriadi, ―Kontribusi Supervisi Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Dan Pemahaman Kurikulum Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah ”, Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN “SMH” Banten, 2013, h. 2.