Pelaksanaan Workshop Lokakarya .1 FGD
                                                                                Laporan Tahunan DRN - 2016 33
2.2.3  Pelaksanaan Workshop  Lokakarya 2.2.3.1    FGD
“Pengembangan  Lumbung  Pangan  Di  Merauke  Dalam  Perspektif Pertanian Ekoregional
”
Focus Group Discussion Komtek Pertanian ini dilaksanakan di Gedung D Kemendikbud Rabu, 25 Mei 2016.
  Pembukaan dan Keynote Speech:
Pembukaan  FGD  “Pengembangan  Lumbung  Pangan  di  Merauke  dalam  Perspektif Pertanian  Ekoregional  “  dilaksanakan  oleh  Ketua  DRN    Dr.  Bambang  Setiadi,  MS.  Dalam
pembukaannya  Ketua  DRN  mengingatkan  bahwa  rencana  menjadikan  Merauke  sebagai lumbung  pangan  yang  akan  mencetak  1,2  juta  hektar  sawah  untuk  produksi  padi  harus
disiapkan dan dikaji lebih dalam dan komprehensif.
Berkaca pada kegiatan serupa yakni program pembukaan lahan satu juta hektar untuk mencetak  sawah  di  Kalimantan  dan    program  pembukaan  lahan  20.000  hektar  oleh
Pertamina  di  Palembang  dalam  program  Rice  Estate  harus  menjadi  pelajaran  dan mempersiapkan segala aspek yang diperlukan untuk Program Lumbung Pangan di Merauke.
Dewan Riset Nasional harus mengkaji  dan member masukan kepada pihak yang berwenang apakah  program  ini  akan  bermanfaat  untuk  masyararsedkat  luas,  apakah  luas  lahan  yang
tersedia  mencukupi  dan  memenuhi  syarat  untuk  proses  produksi,  apakah    program  ini memberi dampak yang nyata pada masyarakat sekitar.
Ide Presiden RI Bapak Jokowi  pada tanggal 9 Mei 2016, yang menginginkan dibuat 1,2 juta hektar lahan sehingga dapat diproduksi 22 juta ton padi di Merauke  perlu di siapkan
dan dikaji oleh semua pihak yang berkepentingan dan menjadi tanggungjawab di bidangnya. FGD yang dilakukan oleh Komisi Pangan dan Pertanian DRN akan mengupas seberapa jauh
kesiapan dan menginventarisir beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh semua pihak. FGD  mengundang  nara  sumber  dari  Kementerian  Pertanian,  Kementerian  PU  dan
Laporan Tahunan DRN - 2016 34
Perumahan  Rakyat,  Kementerian  Lingkungan  Hidup  dan  Kehutanan  serta  pihak Swastaindustri yang akan memberi masukan sehingga FGD yang dilakukan lebih bermakna.
  Presentasi Narasumber :   Dr. Haryono MSc Kementerian PertanianKetua Komtek Pangan  Pertanian
DRN
Presiden Jokowi menekankan pentingnya mengangkat daerah tertinggal dan  daerah perbatasan.    Merauke  merupakan  kabupaten  di  propinsi  Papua  yang  cocok  dikembangkan.
Merauke  mempunyai  lahan  pertanian  yang  hampir  datar,  sumber  air  yang  cukup  dan mempunyai  kearifan  local.  Sehingga  pengembangan  lubuk  pangan  di  merauke  harusw
memperhatikan  kearifan  local  yang  bersifat  ekoregional.      Rata-rata  kepemilikan  lahan  di Merauke sekitar 2
– 5 hektar. Narasumber  menyampaikan  target  pencapaian  swasembada  pangan  secara  umum
dan beberapa tantangannya serta tahapan pengembangan Merauke sebagai lumbung pangan di Papua.  Target pengembangan lahan seluas 1 juta hektar direncanakan tercapai pada tahun
2017, yang dimulai pada tahun 2015 dengan luas pengembangan seluas 250.000 hektar tiap tahun.  Produksi  padi  dikawasan  lumbung  pangan  Merauke  akan  di  fokuskan  pada  beras
premium dan beras organic dengan pasar dalam negeri dan luar negeri.
UU  No.  32  tahun  2009  menyatakan  bahwa  Ekoregion  didefinisikan  sebagai  wilayah geografis  yang  memiliki  kesamaan  ciri  iklim,  tanah,  air,  flora  dan  fauna  asli,  serta  pola
interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.  Pembangunan  berbasis  ekoregion  merupakan  suatu  konsep  perencanaan  tata  ruang
spatial  planning  dengan  mempertimbangkan  jasa  tata  ruang  pada  suatu  wilayah  dan masyarakat yang tinggal di dalam wilayah ekoregion tersebut.
Pembangunan  pertanian  berbasis  ekoregion  merupakan  elaborasi  lebih  lanjut  dari konsep  ekoregion,  yang  mengemukakan  aspek  perlindungan  dan  pengelolaan  lingkungan
atau  ekosistem,  seperti  tertuang  dalam  undang-undang  no  32  tahun  2009  tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH.
Dalam  pengembangan  ekoregion  tiga  dimensi  yang  perlu  diperhatikan  adalah  :  1. Ekologi  dan  Ekonomi,  2.  Resiko  dan  3.  Pengembangan  Wilayah.  Pengembangan  wilayah
termasuk  pengembangan  wilayah  berbasis  ekoregion  bisa  menghasilkan  perbaikan perekonomian  yang  optimal,  apabila  terdapat  kesesuaian  dan  interaksi  yang  efektif  antar
komponen2  wilayah,  diantaranya  :  Interkoneksi  Hulu-Hilir,  Antara  kota  pusat  konsumsi dan pedesaan pusat produksi. Antara proses produksi, pengolahan, dan pemasaran sebagai
satu kesatuan sistem.
Laporan Tahunan DRN - 2016 35
Narasumber  menyampaikan  potensi  kawasan  pengembangan  pada  di  merauke  dari segi ketersediaan air, pengembangan sawah eksisting, calon lokasi sawah baru tananh miring,
pentingnya  factor  kebijakan,  implikasi  pembanguan  berbasis  ekoregion  dan  pengembangan langkah ke depan.
Pengembangan  pertanian  berbasis  ekoregion  merupakan  opsi  yang  bisa  ditempuh untuk menghadapi permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian saat ini maupun di
masa yang akan datang.  Dengan mengacu pada sistem pengelolaan lahan berbasis ekoregion, pengembangan  pertanian  dapat  dilakukan  pada  areal  yang  sesuai  dengan  kemampuannya,
sehingga  pencegahan  dan  pengendalian  degradasi  lahan  relatif  mudah  dilakukan. Pengembangan  sektor  non-pertanian  juga  dilakukan  pada  areal  yang  sudah  diperuntukan
untuk  areal  non-pertanian.  Dengan  menerapkan  prinsip  ekoregion,  pendekatan  yang dilakukan  tidak  lagi  bersifat  sektoral,  tetapi  bersifat  terpadu,  yang  dapat  mengintegrasikan
semua  pihak  yang  terkait  dalam  forum  kemitraan.    Sektor  swasta  yang  terlibat  dalam pembangunan  wilayah  ekoregion,  diharapkan  dapat  menerapkan  etika  bisnis  yang  tidak
hanya berorientasi pada pendekatan jangka pendek, yang cenderung memburu rente, tetapi yang  mengintegrasikan  berbagai  prinsip  sehingga  dapat  mendukung  keberlanjutan
pembangunan  di  wilayah  ekoregion.  Diperlukan  inisiasi  dari  lembaga  penelitian  seperti Badan  Litbang  Pertanian  untuk  membangun  suatu  wilayah  yang  dapat  dijadikan  sebagai
building  block  pembangunan  wilayah  ekoregion.    Suatu  kawasan  yang  dapat  dianggap sebagai center of exellence perlu dibangun dengan memanfaatkan berbagai kemampuan yang
telah  ada,  baik  dari  pihak  birokrasi,  lembaga  penelitian,  dan  lembaga  masyarakat  petani. BPTP  mempunyai  fungsi  strategis  dalam  mengoptimalkan  sistem  pembangunan  berbasis
ekoregion
  Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
Narasumber menyampaikan paparan “ Menuju Indonesia Mandiri Peran Strategis Merauke dalam Mendukung Pembangunan Nasional “.   Dalam paparannya Narasumber
menyampaikan tantangan pembangunan infrastruktur PUPR tahun 2015-2019. Dalam  pengembangan  lumbung  pangan  Merauke,  beberapa  hal  yang  perlu
dipertimbangkan    adalah  :  •  Kesuburan  tanah;  •  Tersedianya  air  dan  air  yang  dibutuhkan kualitas  dan  kuantitas  populasi  sawah,  petani  tersedia  dan  kemauan;
•  Pemasaran produksi;
• Jaringan jalan dan komunikasi; • Status tanah; • Banjir dan genangan; dan • Lain- lain potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan non-ekonomis.
Merauke  termasuk  dalam  Wilayah  Sungai  Einlanden-Digul-  Bikuma  EDB  .  Sungai Bian-Kumbe dan Maro Bikuma yang disekitar Merauke dipengaruhi oleh air pasang sampai
40 km.  Sungai Digul memiliki air dengan kualitas yang baik dan debit yang besar.  Beberapa permasalah  di  Merauke  adalah  tunggang  pasang  2-3  m  tidak  sampai  ke  lahan,    air
mengandung sulfur,  air harus di pompa ke kolam parit untuk memenuhi kebutuhan 2 musim tanam,    pada  beberapa  lokasi  diperlukan  lapisan  geo-synthetic  untuk  mengatasi  masalah
porositas  tanah  yang  tinggi.  Kolam  parit  terhubung  dengan  sungai  sekunder  tanpa  pintu pengatur yang memadai. Disampaikan progress rencana pengembangan di Merauke.
Dalam  paparannya  narasumber  menyampaikan  bahwa  lahan  irigasi  1,2  juta  hektar hanya dapat terairi, jika dilakukan inter-basin transfer dari Sungai Digul .   Litbang yang telah
dilakukan:  Teknologi  memperkirakan  ketersediaan  air,  dengan  hujan  satelit  TRMM  dan model  hujan-aliran  Wflow  .    Litbang  yang  perlu  dilakukan:    Teknologi  pemanfaatan  air
pasang  untuk  pengisian  “Kolam  Parit”.    Teknologi  membuat  air  tanah  tercemar  Sulphur
Laporan Tahunan DRN - 2016 36
menjadi air bersih.  Teknologi inter-basin transfer pada jarak yang sangat panjang   Teknologi pompa hemat energy.   Pemecahan masalah hak ulayat.
  Hendri Handoko SwastaIndustri
Dalam  paparannya  narasumber  menyampaikan    “  Membangun  Merauke  melalui Kemitraan  dalam  Bentuk  Koperasi  Serba  Usaha  “.    Disampaikan  Tantangan  membangun
kawasan  pangan  Merauke  antara  lain  :  -  Keterbatasan  Infrastruktur,  modal,  Suber  daya Manuasia.
–  Memiliki  keunikan  peran  adat  dalam  praktek  usaha.  –  Pendekatan  sawah modern belum banyak dipahami dan karakteristik budaya usaha khas Marauke.
Disampaikan  dukungan  regulasi  pembukaan  KSEP  Merauke  antara  lain  3  undang- undang, 1 keputusan MK, 5 Peraturan Presiden dan Inpres, 7 Peraturan Menteri, 2 Peraturan
Daerah    Khusus  dan  1  Peraturan  Kabupaten.  Disampaikan  diperlukan  dukungan  antara kementerian dan Lembaga untuk mendukung Merauke sebagai lumbung pangan.
Pembangunan  sawah  di  Merauke  sebaiknya  berkonsep  Corporate  Farming,  design sawah  model  cluster  perpetak  10-20  ha.    Menggunakan  mekanisasi  sehingga  bisa  efisiensi
menekan biaya, produksi beras meningkat 20 dan tumbuhnya industry hilir dan pemasaran terpadu.
Pengembangan  Kemitraan  Koperasi  dilakukan  dengan  cara  :  Bekerja  sama  dengan pemilik  hak  ulayat.    Penggunaan  tanah  untuk  persawahan  berdasarkan  kontrak  sewa-
menyewa selama 25 Tahun dan tidak ada pengalihan hak atas tanah ulayat.   Setiap anggota keluarga  yang  telah  berusia  17  tahun  akan  diberi  kesempatan  dan  disertakan  dalam
pengelolaan  lahan  sawah.    Koperasi  akan  mengusahakan  permodalan  dan  bimbingan keuangan  kepada  anggota  melalui  program  perencanaan  keuangan  keluarga.  Konsep  inti
plasma dan bagi hasil berdasarkan kesepakatan menjadi dasar kerja sama dengan petani dan pemilik hak ulayat yang tertuang dalam perjanjian notariat.  Biaya yang muncul dalam masa
proses tanam hingga panen tersebut akan menjadi beban biaya yang menjadi tanggung jawab masing-masing pengelola sawah modern.
Konsep  perjanjian  kemitraan  koperasi  dilakukan  antara  lain  :  Penggunaan  Lahan Berdasarkan  Kontrak  Sewa  Menyewa.    Tidak  Ada  Jual  Beli  atau  Pengalihan  Status
Kepemilikan Lahan.  Luas Area Dihitung Berdasarkan Lahan Tertanam Netto Lahan Irrigasi dan  Jalan  Produksi  Tidak  Dihitung  Biaya  Sewa.  .  Harga  Sewa  Per  Hektar  Netto  Rp.
500.000,-  ditambah  100  kg  Beras,  Lama  Kontrak  25  Dua  Puluh  Lima  Tahun  Dibayar Setelah  Panen.  .  Setelah  3  Tiga  Tahun  Pemilik  Lahan  diberikan  Kesempatan  Untuk
Mengelola  Lahan  10    dan  akan  bertambah  berjenjang  hingga  Max  50    dalam  waktu  15 tahun.   Mengembangkan Program Inti Plasma dibidang Pertanian.
  Ir. Muhammad Said, MM Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Narasumber menyampaikan paparan “ Land Marking 1,2 juta ha kawasan Lumbung padi  nasional  di  Merauke  “.    Nawacita  RPJMN  2015-2019    memberikan  mandat  :
Membangun  kedaulatan  pangan  berbasis  agribisnis  kerakyatan  pembukaan  1  juta  lahan sawah baru.   Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria TORA dan terlaksananya
redistribusi  tanah  dan  legalisasi  aset  teridentifikasi  kawasan  hutan  yang  akan  dilepaskan sedikitnya  sebanyak  4,1  juta  ha.    Meningkatnya  akses  masyarakat  untuk  mengelola  hutan
melalui  hutan  kemasyarakatan,  hutan  desa,  hutan  tanaman  rakyat,  hutan  adat  dan  hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha.
Disampaikan peran kementerian lhk dalam kedaulatan pangan  bekerja sama dengan Kementan  telah  melakukan:    1.  identifikasi  kesesuaian  pencetakan  sawah  baru  1  juta  ha  di
Merauke .  2. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk padi, jagung, dan kedelai di  Provinsi
Laporan Tahunan DRN - 2016 37
Kalbar dan Kalteng.3. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk padi, jagung, dan kedelai di Provinsi  Kalbar  dan  Kalteng.  4.  Hasil  identifikasi  kesesuaian  lahan  untuk  tebu  di  Provinsi
Sulawesi Tenggara. 5. Hasil identifikasi kesesuaian lahan untuk sawit di kawasan perbatasan
Disampaikan  tahap  awal  arahan  lokasi  percetakan  sawah  baru  di  merauke  anatara lain : Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kementerian Pertanian, telah diidentifikasi calon
lokasi seluas ± 10.000 ha pada kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi HPK untuk pencetakan  sawah  baru.  2.  Menteri  LHK  telah  bersurat  kepada  Menteri  Pertanian  melalui
surat  No.  S.288MenLHK-
untuk  melengkapi  berkas  permohonan  dan  persyaratan  untuk  proses  pelepasan  kawasan hutan.  3.  Menteri  Pertanian  Merespon  dengan  surat  Nomor  243SR.040B.2082015
tanggal  6  Agustus  2015.  Pada  tahap  awal,  pencetakan  sawan  baru  seluas  ±  10.000  ha  akan ditempatkan di APL.  Untuk pencetakan sawah selanjutnya akan memerlukan kawasan Hutan
Produksi yang dapat di Konversi
Sebagai  catatan  penutup  disampaikan  Kehutanan  sebagai  “benteng  provider  lahan terakhir”  dalam  menopang  pembangunan  sektor  lain  berupaya  membangun  sinergitas
rencana pengelolaan hutan guna mengimbangi dinamika laju pembangunan nasional dengan tetap  menjaga  fungsi  kawasan  hutan  sebagai  sistem  penyangga  kehidupan.    Kawasan  hutan
merupakan  bagian  integral  dari  Perencanaan  Wilayah  sehingga  dapat  diarahkan  untuk menopang  kebutuhan  ruang  untuk  permukiman,  pertanian  dalam  rangka  ketahanan
pangan,  fasum  dan  fasos  demi  mewujudkan  kemandirian  Desa.  Perubahan  kawasan  hutan untuk  sektor  non  kehutanan  harus  didahului  dengan  permohonan  Kementerian  LHK
sifatnya aktif setelah ada permohonan   Diskusi dan Masukan peserta FGD  :
Forum FGD mengusulkan dalam membangun 1,2 juta hektar lahan sebagai lumbung pangan  di  Kabupaten  Merauke  semua  stake  holder  sebaiknya  duduk  bersama  memetakan
dan  menginventarisir  masalah  dan  solusi  apa  saja  yang  harus  dilakukan.  Di  Papua  ada pengembangan system zona. Dalam pengembangannya perlu menerapkan sistem ekoregional
yang  mengantisipasi  kearifan  lokal.  Berbeda  dengan  logika  birokrasi  yang  mengutamakan keteraturan.  Adanya hak ulayat di Papua harus diperhatikan dengan hati hati sehingga tidak
menjadi masalah di kemudian hari.
Dalam bidang energi forum diskusi menyampaikan  banyak sumber energy yang bisa dimanfaatkan  di  Merauke  antara  lain  energy  dari  air,  angin,  biomasa  dan  lainnya.    Sumber
tersebut bisa dioptimalkan dengan membentuk kelompok kelistrikan. Guna merangsang investor tertarik pada pengembangan lumbung pangan di Merauke
kelayakan  dari  segi  bisnis  perlu  mendapat  perhatian.  Investor  umumnya  melihat  kendala tanah  ulayat  akan  menjadi  hambatan  sehingga  perlu  dipertimbangkan  secara  serius
menanganinya.  Dalam  mengatasi  kendala  dan  masalah  di  lapangan  perlu  dilaplikasikan teknologi-teknologi tepat guna dan efisiens dari segi energi
Papua mempunyai potensi sagu yang luar biasa. Sebaiknya disamping pengembangan produksi padi pengembangan dan pemanfaatan sagu harus menjadi perhatian.
Forum  diskusi    menekankan  bahwa  dalam  mendukung  pengembangan  pangan sebaiknya  membangun  produksi  padi    sekaligus  membuat  pasar.  Skim  pendanaan  harus
mendukung  pengembangan  lumbung  pangan.      Melihat  masalah  yang  ada  DRN  harus mengusulkan konsorsium fokus pada tahan kering, riset kajian hak ulayat, riset mendapatkan
air yang memadai dan riset pasar.
Laporan Tahunan DRN - 2016 38
Diskusi    forum  FGD  mengusulkan  klarifikasi  lokasi  mana  yang  akan  menjadi prioritas  pengembangan,  infrastruktur  harus  jelas,    masalah  tanah  ulayat  perlu  mendapat
perhatian.    Beberapa  teknologi  dalam  menaikkan  air  secara  kinetik  dapat  diterapkan  untuk pengembangan  lumbung  pangan  di  Merauke.    Master  plan  lumbung  pangan  merake
sebaiknya terintegrasi.  Diversifikasi potensi lokal di Papua perlu ditingkatkan. Sagu potensial di  pesisir  sedangkan  umbi2an    di  daerah  daratan.  Pokja  Papua  mengusulkan  beras  analog
dari sagu.
                