Sidang Paripurna I Pelaksanaan Kegiatan .1 Pelaksanaan Sidang Paripurna

Laporan Tahunan DRN - 2016 5 2.2 Pelaksanaan Kegiatan 2.2.1 Pelaksanaan Sidang Paripurna

2.2.1.1 Sidang Paripurna I

Dewan Riset Nasional menyelenggarakan Sidang Paripurna dan Seminar Nasional “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa ” di Ball Room Hotel Royal Surakarta Heritage – Solo pada tanggal 9 Agustus 2016. Acara yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 21 tersebut dibuka oleh Menristekdikti Prof H. Muhamad Nasir, Ph.D. Ak., dan menghadirkan pembicara kunci Prof Dr. Ing. B.J. Habibie. Acara pembukaan dihadiri oleh seluruh Eselon I Kemristekdikti, Anggota DRN, Ketua DRD Propinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia, AIPI, DPT, Lembaga Eijkman, Rektor Perguruan Tinggi, LPNK, Balitbangda, Pemda Solo, Pengusaha KADIN dan APINDO serta para peneliti, perekayasa dan berbagai mass media, dengan jumlah peserta sebanyak 300 orang. Dalam rangkaian pembukaan seminar, dilaksanakan pula penyerahan secara simbolis buku Agenda Riset Nasional ARN 2016-2019 oleh Ketua DRN kepada Menristekdikti, dan dari Menristekdikti kepada perwakilan PT, LPNK, Litbang dan DRD. Dalam rangkaian acara tersebut, dilakukan penyerahan penghargaan dari Lembaga Eijkman kepada Prof BJ Habibie sebagai pendiri lembaga tersebut. Gambar 1. Ketua DRN menyampaikan Sambutan Laporan Penyelenggaraan Sidang Paripurna dan Seminar “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa”. Setelah acara pembukaan, dilasanakan sidang pleno yang menghadirkan pembicara Dr. Yanuar Nugraha, Deputi II Staf Khusus Kepresidenan; Dr. Jumain Appe, Dirjen Penguatan Inovasi; Ganjar Pranowo SH, Gubernur Jateng, Prof Herry Suhardiyanto, Rektor IPB; dan Dr. Bambang Setiadi, Ketua DRN, dengan moderator Prof Sudharto P. Hadi, Wakil Laporan Tahunan DRN - 2016 6 Ketua DRN. Pada siang harinya dilaksanakan sidang komisi I dan II yang membahas topik inovasi untuk pembangunan daerah dan inovasi untuk pembangunan industri. Komisi I yang membahas Inovasi Untuk Pembangunan Daerah menghadirkan pembicara dari DRD DIY Yogyakarta Ir. Bayudono; DRD Jawa Barat Dr. Berna S. Ermaya; Ketua Komtek Soshum DRN Dr.Lala M. Kolopaking dan Ketua Solo Technopark L. Sumadi M.Si, dengan moderator Dr. Kuskrido Ambardi - Anggota Komtek Soshum DRN. Untuk Komisi II yang membahas Inovasi Untuk Industri dihadirkan pembicara Dirut PT. Kalbe Farma Dr. Boenjamin Setiawan, PT. Bubu Kreasi Perdana Sintha W Dhanuwardoyo MBA, Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM Prof Dr Eni Harmayani, dan Kepala Pusat Inovasi LIPI Dr. Nurul Taufiqu Rohman, dengan Moderator Dr. Haryono, Kakomtek Pangan DRN. Ketua DRN dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa sebuah negara yang sedang melakukan pembangunan harus ditopang dengan empat pilar penting, mulai dari keterampilan tenaga kerja, bisnis yang efisien, kemampuan bersaing, dan riset yang fokus. Agenda Riset Nasional ARN yang disusun oleh DRN merupakan salah satu pilar pembangunan. Dinyatakan pula bahwa riset itu penting bagi suatu bangsa, tetapi menjadi tidak penting apabila dilakukan tanpa agenda. ARN merupakan rujukan untuk melaksanakan riset di Indonesia, baik bagi perguruan tinggi, badan litbang pusat dan daerah, industri dan lembaga riset lainnya. Agenda riset tersebut harus didukung dengan pendanaan yang memadai dan dilaksanakan dalam bentuk konsorsium yang dibimbing oleh DRN untuk menghasilkan produk target yang nyata dan bermanfaat. Gambar 2. Sambutan Key Note Speech Menristekdikti pada Sidang Paripurna dan Seminar “Sinergi Pendidikan Tinggi, Riset dan Bisnis Melalui Inovasi Untuk Daya Saing Bangsa”. Menristekdikti Prof Muhammad Nasir PhD. Ak., dalam kata sambutannya mengemukakan bahwa Peringatan Hakteknas kali ini dilaksanakan di daerah agar masyarakat mengenali riset yang menghasilkan inovasi dan dapat menggerakkan ekonomi daerah. Riset akan menghasilkan inovasi, dan inovasi penting untuk kemandirian dan daya saing bangsa. Dalam era persaingan yang semakin hebat, tidak mungkin kita dapat bertahan Laporan Tahunan DRN - 2016 7 tanpa inovasi. Dewan Riset Nasional membantu Kemristekdikti untuk mendorong riset yang lebih baik dan menghasilkan inovasi yang lebih unggul melalui perumusan agenda riset dan pendampingan dalam pelaksanaan riset dan inovasi. Selanjutnya Menristekdikti mengingatkan dua hal penting dalam memperkuat riset dan inovasi, yaitu 1 mengembangkan sumberdaya SDM, Sarana Prasarana sehingga menghasilkan riset dan inovasi secara lebih baik, dan 2 Membenahi regulasi-regulasi yang menghambat sehingga peneliti dapat melaksanakan riset dengan lebih baik. Salah satu regulasi yang baru diterbitkan adalah Permenkeu No 1062016 yang mengatur bahwa pertanggungjawaban riset tidak lagi berbasis aktivitas, tetapi berbasis output hasil. Menristekdikti juga menyampaikan berbagai insentif yang diberikan untuk para akademisi dan periset yang berhasil menerbitkan publikasi ilmiah internasional, menghasilkan prototipe, paten, dan upscaling. Secara khusus Menristekdikti menugaskan kepada DRN untuk mendukung Kemristekdikti dalam mensinergikan semua stakeholder dalam bentuk klaster kegiatan riset dan industri. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan pusat pusat keunggulan riset dan TRL Technology Readiness Level yang telah dicapai untuk teknologi tertentu. Klaster tersebut meliputi bidang pangan, bidang kesehatan dan obat, TIK, Transportasi, Energi, Hankam, dan Material Maju. Gambar 3. Keynote Speech oleh Prof BJ Habibie. Prof BJ Habibie dalam sambutannya menyampaikan bahwa DRN didirikan dalam satu nafas dengan proses tinggal landas bangsa Indonesia. DRN didirikan untuk mempersiapakan kerangka tinggal landas bangsa Indonesia memasuki abad yang akan datang. Sektor yang dikembangkan dimulai dengan industri strategis seperti industri pesawat terbang yang pada saat dimulai hanya 20 orang dan meningkat menadi 48.000 orang. Sangat disayangkan pada saat reformasi, industri ini dihancurkan sehingga sumber daya manusia yang telah terhimpun menyebar ke berbagai negara. Peristiwa tersebut perlu dijadikan pengalaman agar tidak terlalu berkonsentrasi pada teknologi, tetapi melupakan pengamanan undang-undangnya. Oleh karena itu tepat sekali Menristekdikti mengemukakan pentingnya pembenahan perundang-undangan. Beliau menyampaikan Laporan Tahunan DRN - 2016 8 bahwa pembangunan iptek yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan dinilai “on the track”. Dewan Riset Nasional merupakan komponen penting yang dibutuhkan bangsa kita. Kalau DRN dimatikan, tinggal tunggu waktunya bangsa ini tidak ada artinya. Prof Habibie menyampaikan rasa syukurnya bahwa estafet pembangunan iptek terus berjalan dan bisa menyaksikannya. Beliau berpesan agar kita jangan lelah, selalu menjadi ujung tombak, jangan ingin jadi pahlawan, dan tetap low profile. Pembangunan industri strategis saat ini seharusnya bisa lebih baik karena dukungan infrastruktur sudah lebih baik. Yang penting adalah kita bisa memanfaatkan jam kerja bangsa Indonesia untuk memproduksi barang dan jasa, artinya nilai tambah produk dinikmati oleh bangsa Indonesia. Para narasumber pada sidang pleno menyampaikan berbagai masukan untuk meningkatkan riset dan inovasi untuk daya saing bangsa. Dr Yanuar Nugraha menyatakan bahwa untuk dapat bersaing, negara harus mempunyai visi, arah, dan prioritas. Prioritas riset jangan terlalu banyak, dan secara nasional pembangunan difokuskan pada bidang pangan, maritim, energi, kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan, ditambah dengan reformasi birokrasi dan industri pariwisata. Dikemukakan pula perlunya menempatkan riset sebagai dasar perumusan kebijakan evidence based policy. Selain itu bagaimana kita yang bekerja di ranah riset dapat membantu mengatasi masalah pemerintah di bidang penanganan inflasi, pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, kesenjangan, dan pengangguran. Menristekdikti dan DRN saatnya untuk menata tata kelola riset yang meliputi manajemen kelembagaan, menempatkan DRN sebagai otoritas keilmuan dan menjadikan ARN sebagai rukukan riset. Dirjen penguatan inovasi Dr. Jumain Appe menyampaikan bahwa inovasi harus sampai ke bisnis. Tetapi peraturan perundangan yang ada UU 182002 belum mampu mendorong proses hilirisasi dan komersialisasi riset. Selain itu ada peraturan yang menghambat, misalnya dosen yang bekerja di industri harus meninggalkan status dosen, demikian juga di bidang kesehatan dll. Dikemukakan pula kenyataan bahwa sedikit sekali kegiatan riset yang berorientasi market, sebagian besar riset bersifat “supply approach”. Untuk itu perlu disiapkan regulasi yang mempercepat proses inovasi, sehingga kegiatan riset sejalan dengan pembangunan industri. Gambar 4. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo SH sebagai salah satu narasumber. Laporan Tahunan DRN - 2016 9 Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo SH, menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan yang membutuhkan dukungan riset dan inovasi. Salah satu contoh adalah kelangkaan kedele yang dikeluhkan industri tempe. Permasalahannya adalah para birokrat merespon masalah dengan 3 hal yaitu cepat, mudah, dan murah ditambah transparan dan akuntabel. Sementra itu kegiatan riset sering kali membutuhkan waktu sehingga sering tertinggal. Untuk itu perlu ditemukan mekanisme yang mempererat antara birokrat dengan periset. Rektor IPB menyampaikan bahwa iptek adalah kunci pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu penguasaan dan peningkatan keunggulan iptek perlu terus dilakukan. IPB telah menghasilkan berbagai produk teknologi yang dapat dan telah dimanfaatkan untuk pembangunan. Pada initinya , produktivitas dan efisiensi hanya baik untuk bertahan, tetapi untuk berkembang harus dengan inovasi. Pada giliran terakhir Ketua DRN menyampaikan bahwa inovasi selama ini masih dlam wacana. Berbagai konsep dan program pengembangan inovasi telah dicanangkan, namun tidak dapat berkelanjutan. Hal ini terjadi karena selama ini tidak ada dasar hukum yang dapat mendorong riset menjadi inovasi dan dimanfaatkan oleh industri untuk menumbuhkan perekonomian. Untuk itu perlu dilakukan amandemen UU 182002 yang memasukkan unsur inovasi. Pada sessi sidang komisi A dan B yang membahas inovasi untuk pembangunan daerah A dan inovasi untuk industri B diperoleh berbagai kesimpulan. Untuk komisi A diperoleh kesimpulan bahwa DRD perlu ditingkatkan peranannya sebagai ujung tombak penerapan inovasi di daerah. Untuk itu peran DRD perlu diperkuat dengan regulasi yang berlaku di seluruh Indonesia yang menggambarkan proses bisnis DRD yang lebih jelas. Selain itu akan dikembangkan data base DRD dan menghubungkan jaringan website DRD seluruh Indonesia dengan Website DRN. Pada Komisi B diperoleh kesimpulan bahwa hasil-hasil riset yang telah tersedia di berbagai unit litbang perlu dijembatani secara lebih intensif untuk membangun “start up industri”. Untuk membangun start up company selain membutuhkan seed money, diperlukan juga dukungan mentoring yang tepat. Selain itu diperlukan pula dukungan regulasi, konektivitas, pembinaan SDM dan iptek. Saran selanjutnya adalah, dalam era ekonomi digital maka dunia usaha dan birokrat harus melakukan transformasi digital untuk meningkatkan pertumbuhan keuntungan ekonomis dan kemampuan inovasi. Dalam kesempatan sidang paripurna tersebut dilaksanakan juga acara penyerahan buku ARN dari Ketua DRN kepada Menristekdikti, dan dari Menristekdikti kepada perwakilan perguruan tinggi, LPK, LPNK, Swata dan DRD. Selain itu dilaksanakan juga penandatanganan kerjasama antara berbagai pihak yang terlibat dalam Konsorsium Smart Card yang diinisiasi oleh Komtek TIK DRN. Penyerahan cinderamata dari Lembaga Eijkman kepada Prof. BJ Habibie juga dilaksanakan pada salah satu segmen acara tersebut. Laporan Tahunan DRN - 2016 10 Gambar 5. Penyerahan Buku Agenda Riset Nasional 2016-2019 oleh Ketua DRN kepada Menristekdikti. Gambar 6. Penandatanganan Konsorsium “Smart Card” yang dibiayai oleh Kemristekdikti di bawah Supervisi DRN. Salah satu penandatangan adalah Rektor ITB Prof Kadarsah. Laporan Tahunan DRN - 2016 11 Gambar 7. Penyampaian Penghargaan Kepada Prof BJ Habibie dari Lembaga Eijkman.

2.2.1.2 Sidang Paripurna II