FOCUS GROUP DISCUSSION FGD “Kemandirian Teknologi Jaringan

Laporan Tahunan DRN - 2016 48

2.2.3.4 FOCUS GROUP DISCUSSION FGD “Kemandirian Teknologi Jaringan

Sistem Transmisi Real-Time Jarak Jauh Pesawat Terbang Tanpa Awak Untuk Pengamatan Wilayah Indonesia ” A. Pembukaan Pertemuan oleh Ketua Komtek Hankam-DRN Rapat dipimpin oleh Ketua Komtek Hankam-DRN. Dalam pembukaannya disampaikan bahwa pertemuan dalam FGD ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi sampai dimana produk teknologi Pesawat Tertang Tanpa Awak PTTA yang sudah dihasilkan sampai dengan saat ini khususnya sistem transmisi komunikasi secara real time video dan data , kendala-kendala apa yang sedang dihadapi, dan permasalahan jaringan serta frekuensi yang digunakan. Diharapkan dalam FGD ini akan mendorong terbentuknya suatu konsorsium riset untuk pengembangan teknologi sistem transmisi komunikasi real time pesawat tanpa awak jarak jauh BLOS Beyond Line Of Sight.

B. Pembahasan Materi

1. Paparan pengantar yang dibawakan oleh Ketua DRN terkait dengan kondisi program riset Nasional pada saat ini baik dari sisi inovasi, kualitas, kebijakan, strategi, maupun anggaran, dibandingkan dengan Negara-Negara Lain didunia. Pentingnya dilakukan kerjasama konsorsium Lembaga pelaksana riset, Perguruan Tinggi, Industri dan Komunitas Riset, untuk menghasilkan suatu produk inovasi bersama secara efisien yang bisa langsung dimanfaatkan oleh pengguna, serta mampu diproduksi secara masal. Tidak perlu membangun dari awal, tetapi cukup melanjutkan hasil kemajuan yang sudah dicapai oleh masing-masing pelaku konsorsium. Upaya lanjutan selain konsorsium yang perlu dilakukan secara bersama- sama adalah : Pemasaran skenario, komitmen pemanfaatan, komitmen pendanaan dan kerangka estafet untuk generasi berikutnya. 2. Paparan yang dibawakan oleh Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan -.BPPT, terkait dengan status capaian sistem transmisi komunikasi data dan video real time yang sudah pernah digunakan baik secara LOS Line Of Sight maupun menggunakan satelit komunikasi, serta jarak jangkauan transmisi yang sudah dicapai secara BLOS, Pesawat Udara Nir Awak PUNA Wulung BPPT. Dalam paparan disampaikan pula beberapa capaian yang sudah dicapai, dibuktikan dengan berbagai hasil pengujian terbang yang sudah pernah dilakukan selama ini, pengembangan ke depan PUNA dan tantangan yang dihadapi ke depan seperti : Peningkatan TKDN Sistem Antenna Auto tracking, modulasi, modem data link dan video dalam satu modem transmisi, selanjutnya pengembangan sistem komunikasi yang ter-enkripsi, serta penggunaan frekuensi dan bandwidth untuk kepentingan riset, operasi militer dan nir militer. 3. Paparan yang dibawakan oleh Direktur Direktur Pusat Teknologi Penerbangan – LAPAN, terkait dengan permasalah nasional dan global pemanfaatan UAV, status capaian produk UAV yang sudah dicapai selama ini yakni pengembangan LSU 01 – 05 termasuk sistem transmisi video non real time yang sudah dicapai dibuktikan dengan berbagai hasil uji penerbangan, rencana pengembangan ke depan LSA termasuk pemanfaatan satelit BRI untuk kepentingan pemantauan lahanlingkungan dalam skala besar, perbatasan, dan lain-lain. Disampaikan pula perlunya standar dan alokasi frekuensi, yang mana untuk Indonesia pendaftaran frekuensi UAV belum di tentukan dan didaftarkan ke dalam ITU. Laporan Tahunan DRN - 2016 49 4. Paparan yang dibawakan oleh Kepala Subdirektorat Pengelolaan Orbit Satelit - Kementerian Komunikasi dan Informatika, menginformasikan mengenai terminologi UAS Unmanned Aircraft System baik sistem dan sub sistemnya, aplikasi, frekuensi radio Komunikasi LOS dan BLOS yang digunakan termasuk persyaratannya, penggunaan frekuensi 2,4 GHz dan 5,8 GHz, frekuensi payload untuk UAS, potensi penggunaan satelit Indonesia untuk UAS, dan regulasi frekuensi untuk Indonesia. 5. Mewakili Instansi Balitbanghan, menginformasikan adanya rencana pengadaan Satelit Komunikasi, statusnya saat ini masih dalam pengkajian apakah akan menggunakan frekuensi L Band atau Ku band, dan disarankan agar PTTA memanfaatkan jaringan transponder satelit dimaksud untuk mengembangkan kemampuan jangkauan data link dan video menjadi lebih jauh BLOS. 6. Dislitbang TNI AD dan TNI AL, mensyaratkan perlunya interoperability pemanfaatan pita frekuensi, sehingga tidak terjadi interference dalam pengoperasian peralatan elektronika baik radar, alkom, maupun sistem tempur, apakah akan menggunakan Ku Band atau L Band. 7. Dari Industri, untuk PT CMI bisa membuat modul-modul asalkan diberikan spesifikasi teknisnya. Sedangkan PT Len masih terbatas dalam jaringan data link, belum bisa streaming data.

C. Kesimpulan

 Rancang bangun dan rekayasa sistem transmisi data dan video bisa dilakukan pengembangannya tanpa harus dimulai dari awal, menggunakan hasil kemampuan penguasaan teknologi yang sudah dimiliki oleh BPPT, LAPAN, dan Industri.  Perlu dibentuk konsorsium antar berbagai Instansi Riset Pemerintah, industri, Kementerian Ristekdikti dan Kementerian Pertahanan untuk membuat suatu prototipe sistem komunikasi data dan video untuk tahapan BLOS..  Direncanakan akan ada pertemuan lanjutan FGD ini, untuk membahas pentingnya pengguanaan UAV dalam melakukan pemantauan lahan. Diusulkan pertemuan selanjutnya dilaksanakan di Balitbang Kemhan. 2.2.3.5 FOCUS GROUP DISCUSSION FGD Penguatan Dan Percepatan Penelitian Sel Punca Di Indonesia Focus Group Discussion FGD Penguatan dan Percepatan Penelitian Sel Punca oleh Komisi Teknis Kesehatan dan Obat DRN dilaksanakan pada tanggal 25 November 2016 bertempat di Badan Litbang Kementerian Kesehatan di Jalan Percetakan Negara Jakarta. Acara tersebut mengundang pembicara dari UPT Sel Punca RSCM-FKUI, Universitas Airlangga, Kementerian Kesehatan, Kalbe Farma dan lain-lain. Laporan Tahunan DRN - 2016 50 Beberapa kesimpulan dari hasil FGD tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian sel punca sudah mulai banyak dilakukan dengan melibatkan lembaga riset, perguruan tinggi, industri, konsorsium dan pihak terkait lain. Namun demikian sinkronisasi kelembagaan, program dan sinergi sumberdaya masih perlu diperkuat. 2. Sel Punca merupakan ilmu relatif baru yang harus dikembangkan, karena potensi manfaat sel punca sangat besar. 3. Prioritas peneitian sel punca diarahkan untuk mengatasi penyakit diabetes, otak, jantung, kanker, dan juga penyakit orang tua lainnya. 4. Health tourism merupakan trend global dengan potensi pasar sangat besar yang perlu dikembangkan di Indonesia. 5. Penelitian sel punca membutuhan biaya besar dan waktu yang panjang, sehingga diperlukan prioritas program penelitian. 6. Birokrasi yang masih panjang menjadi salah satu kendala dalam percepatan kegiatan riset bersama antara lembaga riset perguruan tinggi dengan industri. Perlu upaya serius untuk mengatasi tantangan birokrasi ini. 7. Terobosan tahapan penelitian klinik sel punca langsung pada fase 3 perlu diusulkan untuk mempercepat aplikasi hasil riset sel punca. 8. Kelembagaan sel punca sudah terbangun, yaitu Asosiasi Sel Punca Indonesia, Komite Pengembangan Sel Punca dan Rekayasa Jaringan dan Konsorsium Sel Punca Indonesia. 9. Pembentukan lembaga atau organisasi lain tidak direkomendasikan, yang perlu diperkuat adalah sinergi fungsi diantara organisasi dan diantara onggata organisasi tersebut. Laporan Tahunan DRN - 2016 51 10. UPT sel punca RSCM telah melakukan berbagai penelitian dasar dan klinik terkait pengembangan dan penerapan sel punca dan sedang menuju one stop services pelayanan sel punca. Selain publikasi internasional sebagai bukti pengakuan ilmiah yang telah dihasilkan oleh UPT tersebut, saat ini juga telah diperoleh 5 PPK Panduan Penggunaan Klinik sel punca yang diarahkan untuk bisa dimanfaatkan oleh setiap unit pelayanan kesehatan. 11. Sel punca allogenik dan metabolik bisa diproduksi masal, perlu didukung dengan persyaratan produk yang akan ditetapkan oleh BPOM. Untuk sel punca autolokus, tidak memerlukan persyaratan tersebut. Industri sel punca autolokus bersifat jasa layanan produksi dan terapi sel punca. 12. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sel Punca UNAIR telah melakukan kegiatan penelitian dalam ragka pengembangan teknologi, uji praklinik animal trial dan klinik serta menuju komersialisasi produk sel punca. Beberapa aktivitas peneitian yang dilakukan, diantaranya penelitian sel punca untuk penyakit DM, ortopedi, kardiologi, penyakit otak, kanker, tissue dan dental engineering untuk bebeberapa kasus. Sel punca untuk sediaan kosmetik skin regeneration juga sudah dikembangkan kerjasama dengan PT Phapros. 13. Untuk riset dasar sel punca, diusulkan untuk dapat dilakukan dengan kekebasan ilmiah yang kuat, sedangkan untuk aspek etika lebih disarankan setelah tahap terapan. 14. Beberapa capaian penelitian di UPT sel punca RSM-FKUI dan Pusat Penelitian Sel Punca UNAIR bisa dijadikan model untuk kegiatan penelitian di unit lain dan perlu dikomplementarisasikan ke arah penguatan aplikasi pada pelayanan kesehatan. 15. Keterlibatan industri dalam penelitian sel punca perlu diperkuat utamanya untuk pengembangan produk masal sel punca alogenik, metabolik, produk derivatif. Untuk sel punca outogenik sudah ada 3 industri dan 2 RS pengampu RSCM, Soetomo. 16. Dalam waktu satu bulan, pihak Industri PT Biofarma, SCI Kalbe Farma bersama Badan POM akan menyiapkan konsep industrialisasi sel punca mulai dari persyaratan produk, fasilitas, dan regulasi yang diperlukan. Konsep tersebut akan disampaikan oleh DRN ke Kementerian Ristekdikti dan Kementerian terkait lain untuk dapat direspon dan diimplementasikan, Laporan Tahunan DRN - 2016 52

2.2.3.6 FOCUS GROUP DUSCUSSION: PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS SDA, IPTEK