102
gaya belajar tidak selalu memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa.
4. Hipotesis Keempat
Hasil uji anova dengan Tests of Between-Subjects Effects interaksi pengaruh media pembelajaran dan kemampuan berfikir terhadap prestasi belajar
siswa nilai F hitung = 0,001 dengan probabilitas p = 0.982. Oleh karena p 0,05; maka Ho diterima, atau interaksi antara media pembelajaran dengan
kemampuan berfikir tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
Kemampuan berpikir memerlukan banyak latihan dengan berbagai macam masalah dan membutuhkan pemikiran kritis. Semakin banyak masalah yang
dipelajari anak didik untuk dipecahkan, maka semakin banyak mereka berpikir kritis. Apabila siswa terbiasa untuk berpikir kritis, maka kemampuan kognitifnya
menjadi meningkat dan hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada
pencapaian kemampuan berpikir kritis yang berakibat tidak terasahnya kemampuan berpikir, baik kemampuan berpikir konkrit dan abstraknya. Faktor
penyebab kemampuan berpikir konkrit dan abstrak tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang
luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ashgar dan Madeleine 2001 yang
bertemakan The Brain-Mind Cycle of Reflection dihasilkan sebuah teori baru.
103
Menurut teori tersebut, ”belajar sebaiknya dilihat tidak sebagai hasil internalisasi
pengetahuan eksternal tetapi lebih dilihat sebagai keseluruhan tema yang diorganisir oleh pebelajar berdasarkan intuisi pengetahuannya sendiri
”. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa media animasi dan 2 dimensi pada materi kompetensi
dasar sistem peredaran darah manusia, konsep-konsep yang diterima merupakan informasi baru dan sulit dicerna karena tidak familiar dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga tidak dapat dioalah dengan kemampuan berpikir yang memadai. Terbukti kemampuan berpir baik konkrit maupun abstrak tidak memberikan
pengaruh kepada prestasi belajar yang diujikan. 5. Hipotesis Kelima
Hasil uji anova dengan Tests of Between-Subjects Effects interaksi pengaruh media pembelajaran dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
nilai F hitung = 1.384 dengan probabilitas p = 0.257. Oleh karena p 0,05; maka Ho diterima, atau interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Media animasi dan media 2 dimensi dalam pembelajaran ini merupakan
media yang jenisnya media berbasis visual dan memegang peran yang sama dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Dalam pembelajaran
pemahaman atau kemampuan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara yang berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Setiap cara
mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Menurut Rose dan Nicholl dalam De
104
Porter 2002:116- 118, ”dalam kenyataannya, setiap siswa memiliki gaya
belajar visual, auditorial dan kinestatis; hanya saja biasanya satu gaya mendominasi. Jika siswa akrab dengan gaya belajar mereka sendiri, mereka dapat
mengambil langkah-langkah penting untuk membantu diri siswa belajar lebih cepat dan lebih mudah”.
Ketiadaan interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar dimungkinkan satu gaya belajar siswa yang mendominasi
pikirannya tidak dapat muncul dengan keterbatasan materi yang diterima hanya dengan metode demonstrasi, tetapi jika dilihat pada diskripsi statistik tabel 4.13
menunjukkan kecenderungan siswa pada kelompok kelas animasi yang mempunyai gaya belajar visual mempunyai nilai prestasi belajar lebih baik
dibanding dengan siswa pada kelompok kelas 2 dimensi dengan gaya belajar visual.
6. Hipotesis Keenam