100
diterimanya.
2. Hipotesis Kedua
Hasil uji anova dengan Tests of Between-Subjects Effects pengaruh pembelajaran biologi dengan kemampuan berfikir konkrit dan abstrak terhadap
prestasi belajar siswa nilai F hitung = 1.281 dengan probabilitas p = 0.262. Oleh karena p 0,05; maka Ho diterima, atau kemampuan berfikir tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar atau tidak ada perbedaan antara kemampuan berfikir konkrit dan abstrak terhadap prestasi
belajar. Meskipun hasil uji menyimpulkan tidak ada perbedaan antara kemampuan
berfikir konkrit dan abstrak terhadap prestasi belajar, ternyata jika diperhatikan secara khusus yang terjadi pada hasil tes prestasi ulangan harian IV kompetensi
dasar sistem peredaran darah pada manusia, khusus nomor soal 12 sampai dengan 16, dan nomor soal 28 sampai dengan 32 pada rerata masing-masing terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Pada kelas yang menggunakan media animasi dan siswa yang tergolong kelompok kemampuan berpikir konkrit memperoleh
nilai rerata 59,43 yang lebih baik jika dibanding dengan siswa pada kelas yang menggunakan media 2 D yang tergolong kelompok kemampuan berpikir konkrit
dengan memperoleh rerata nilai 45,38. Hal lain yang mendukung keadaan fakta menunjukkan tidak ada perbedaan antara kemampuan berfikir konkrit dan abstrak
terhadap prestasi belajar, disebabkan peneliti tidak memisahkan hasil analisa pengujian tes prestasi secara tersendiri butir butir soal yang pada proses
pembelajaran butir soalnya tidak didukung oleh media baik animasi maupun 2
101
dimensi, mengingat tes prestasi yang diadakan mengacu pada satu kesatuan kompetensi dasar materi sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan.
3. Hipotesis Ketiga
Hasil uji anova dengan Tests of Between-Subjects Effects pengaruh pembelajaran biologi dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestatis
terhadap prestasi belajar siswa nilai F hitung = 0.753 dengan probabilitas p = 0.475. Oleh karena p 0,05; maka Ho diterima, atau gaya belajar tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar atau tidak ada perbedaan antara gaya belajar visual, auditorial dan kinestatis terhadap prestasi
belajar. Tidak ditolaknya hipotesis nol ini kemungkinan terjadi karena, gaya
belajar siswa cenderung merupakan kelebihan yang ada pada diri siswa tersebut dan sering diasah atau dilatih dengan baik. Kebiasaan siswa yang selama ini
memperoleh pembelajaran hanya dengan metode ceramah mengakibatkan gaya belajar yang ada pada diri siswa tidak muncul. Faktor berikutnya yang menjadikan
gaya belajar siswa tidak menunjukkan perbedaan menurut Saifudin Husni 2004:44 menyatakan bahwa ”... perpaduan aspek verbal dan visual dalam suatu
proses belajar mengajar memungkinkan seseorang untuk menunjukkan kemampuan mengingat yang relatif tinggi”. Kenyataan tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan visual perlu adanya kemampuan dukungan verbal. Dengan dukungan kemampuan verbal diharapkan gaya belajar siswa akan berpengaruh
pada prestasi belajar siswa, dengan tidak didukungnya oleh kemampuan verbal
102
gaya belajar tidak selalu memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa.
4. Hipotesis Keempat