Pemarkah Leksikon Bahasa Bentuk Leksikal

Pojare [pojare] ‘katanya’ Benneh [bEnEh] ‘bukan’ Besahos [b«saOs] ‘saja’ 5. Adjektiva Eca [ecO] ‘nikmat, enak’ Benna [bEnO] ‘lain’ 6. Partikel Enggeh [«NgEh] ‘ya’ Hem [h«m] ‘ho, he, hah’ Wawi [wawi] ‘mari’ 7. Konjungsi Tandya [tandyO] ‘kemudian’ Kata-kata yang termasuk leksikon TMK dan leksikon TMB yaitu pada 25 sampai dengan 34, adalah pronomina persona atau kata ganti orang untuk orang pertama dan orang kedua. Pada leksikon bahasa kedhaton tidak ditemukan pronomina persona untuk orang ketiga. Sebagai penggantinya atau untuk menyebutkan orang ketiga, digunakan leksikon ngoko atau krama yaitu panjenengane, panjenenganipun, dan panjenegandalem yang ketiganya mempunyai arti yang sama yaitu ’dia’ atau ’beliau’.

c. Pemarkah Leksikon Bahasa

Kedhaton Secara leksikal pemarkah basa kedhaton terlihat adanya penggunaan kata dalem [dal«m]. Penggunaan kata dalem [dal«m] tersebut sangat lazim digunakan pada bahasa Jawa untuk menyebut diri sendiri atau aku. Selain itu secara leksikal juga dapat berarti rumah. Berikut ini penggunaan kata dalem sebagai pemarkah basa kedhaton : 76 Anak dalem kawula ndherekaken putradalem, sabab kawit kalawau nengga Panjenengandalem ingkang nembe sowan Sampeyandalem.Lajeng kanca-kanca abdidalem ugi sami nyusul, pramila adalem dipun tilar piyambakan wonten ler Dalem Ageng. ’Anak saya sedang mengantarkan putra raja, sebab dari tadi menunggu anda yang sedang menghadap raja. Lalu rekan-rekan juga bersama-sama menyusul, maka saya ditinggal sendiri di sebelah utara ruangan utama’. Contoh di atas terdapat kata dalem yang memiliki banyak arti. Kata dalem dapat berarti ’saya’, ’anda’, ’beliau’,dan ’ruangan utama dalam rumah’. Selain itu contoh di atas menunjukkan konteks pembicaraan di keraton. Pada penggunaan bahasa kedhaton baik secara lisan maupun tulisan sangat banyak dijumpai kata-kata yang disambung dengan kata dalem [dal«m]. Tuturan yang menggunakan kata dalem [dal«m] seperti yang terdapat pada tuturan berikut ini : 77 Pakenira tampa dhawuh timbalandalem. ’Kamu menerima perintahnya’ 78 ...hawit kaparing karsadalem... ’...oleh karena kehendaknya....’ 79 ... menawi Panjenengandalem Drs. Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudo nimbali nama panjenengan, kula aturi suka wangsulan “ Nun kula” . ’....kalau beliau Drs. Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudo memanggil nama anda, saya harap anda menjawab, Ya, saya’. 80 .... kadhawuhan handhawuhake marang para sentanadalem lan abdidalem hangestreni jumenengdalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XIII nganti sarampunge. ’..... memerintahkan kepada seluruh keluarga, kerabat, dan abdidalem untuk mengikuti jalannya upacara Sampeyan dalem Paku Buwono XIII sampai selesai.’ Cuplikan tuturan nomor 77 sampai dengan 80 terdapat kata dalem [dal«m] yang melekat pada beberapa kata, yaitu timbalandalem, karsadalem, panjenengandalem, sentanadalem, abdidalem, jumenengdalem, dan Sampeyandalem. Semua kata tersebut menunjukkan konteks keraton. Dengan demikian kata dalem [dal«m] dapat dinyatakan sebagai pemarkah leksikon pada penggunaan bahasa kedhaton.

2. Morfologi Bahasa