Teknik Dasar : Teknik Pancing Teknik Lanjutan : Teknik Cakap Semuka

Peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat Yin dalam Sutopo,2002: 70.

2. Metode Cakap

Metode tersebut berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti dan penutur selaku narasumber. Ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interview juga dalam ilmu sosial khususnya antropologi. Metode cakap ini menggunakan teknik dasar yaitu teknik pancing dan teknik lanjutan yaitu teknik teknik cakap semuka.

a. Teknik Dasar : Teknik Pancing

Pada praktiknya, percakapan atau metode cakap itu diwujudkan dengan pemancingan. Peneliti untuk mendapatkan data dengan cara memancing seseorang atau berapa orang agar berbicara.

b. Teknik Lanjutan : Teknik Cakap Semuka

Teknik Cakap Semuka ini dilakukan pertama-tama dengan percakapan langsung, tatap muka, atau bersemuka yaitu dengan cara lisan. Percakapan itu dikenali oleh peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data selengkap-lengkapnya sebanyak tipe data yang dikehendaki atau diharapkan ada. Dalam hal ini dilakukan dengan cara wawancara langsung yaitu wawancara dengan para praktisi pengguna bahasa kedhaton dan wawancara dengan para sesepuh karaton yang masih berkepentingan dalam penggunaan bahasa kedhaton . Contoh tulisan berikut merupakan cuplikan dari hasil wawancara: 3.Peneliti : Kangjeng, kados pundi anggenipun utusan dalem ingkang minangka wakil saking prajurit lan abdidalem atur palapuran dhumateng pangarsa tatacara? : ’Kangjeng sebutan gelar dari karaton, bagaimana caranya utusan sebagai wakil dari prajurit dan seluruh hamba melaporkan kepada pemimpin upacara?’ Narasumber : Oo..mekaten,...... GPH Puger BA, sedaya prajurit sampun siyaga hanampi dhawuh dalem hanglarapaken wilujengan pareden Garebeg Pasa 1943 wonten ing surambi mesjid. : ’Oo.. begini,........GPH Puger BA, seluruh prajurit sudah siap menerima perintah menghantarkan selamatan pareden Garebeg Pasa 1943 sejenis tumpeng berukuran besar yang dikeluarkan waktu upacara pada hari lebaran tahun Jawa 1943 atau tahun 2007 Masehi di serambi masjid.’ Cuplikan hasil wawancara tersebut diambil pada saat upacara perayaan Hari Lebaran tahun 2007, yang kebetulan setiap Hari Raya Lebaran pihak Keraton selalu mengadakan upacara rutin yang disebut Garebeg Pasa . Penelitian kualitatif pada umumnya cenderung menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoretis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya, dan lain-lain. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini lebih bersifat purposive sampling , atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan criterion-based selection Goetz dan Le Compte, dalam Sutopo, 2002: 185. Peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Cuplikan semacam ini lebih cenderung memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu pemikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siap akan berbicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat, dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.

E. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi akan dikembangkan. Dari empat macam teknik trianggulasi yang ada, hanya akan digunakan 1 trianggulasi data data triangulation yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda, misalnya mengenai kegiatan program yang digali dari sumber data yang berupa informan, arsip dan peristiwa, demikian juga data kegiatan keterlibatan, dan 2 trianggulasi teoretis theoretical triangulation yaitu yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam pembahasan selain didasari dengan teori linguistik struktural dalam menyelesaikan masalah struktur ketatabahasaan, juga perlu digunakan teori sosiolinguistik untuk mengungkapkan persoalan sosiologis kebahasaan. Selain itu juga perlu adanya teori-teori lain untuk mendukung dan memperkuat teori yang sudah ada. Trianggulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang Sutopo, 2002: 78. Selain itu data-base