Rangkaian Upacara Sesaji Mahesa Lawung

Gambar 12 adalah GPH.Puger, BA memeberi perintah kepada KRT. Pujodiningrat untuk melaksanakan upacara Malem Selikuran . Perintah tersebut diterima oleh KRT. Pujodiningrat gambar 13 kemudian dilaksanakan bersama-sama para ulama.

d. Rangkaian Upacara Sesaji Mahesa Lawung

Upacara Sesaji Mahesa Lawung dilaksanakan sekali setahun dan merupakan upacara setengah resmi keraton. Upacara tersebut pada intinya dilaksanakan di hutan Krendhawahana yaitu sebelah utara keraton atau tepatnya di daerah Kalioso. Berikut ini adalah tuturan dalam rangkaian upacara Sesaji Mahesa Lawung. 124 P: Kangjeng Raden Tumenggung Pujodiningrat timbalandalem DSM1 P: ’Kangjeng Raden Tumenggung Pujodiningrat perintah beliau’ Mt: Nun kula Mt: ’Ya, saya’ P: Pakenira tampa timbalandalem, pakenira kapatedhan hajaddalem wilujengan Mahesa Lawung tahun ehe 1940, kadhawuhan nglarapake menyang Krendhawahana, kadhawuhan ndongani, Yen wus kadonganan kadhawuhan mbage kang warata. Nuli Tindakna P: ’ Kamu terima panggilannya, kamu menerima hadiah tugas berupa upacara selamatan Mahesa Lawung tahun Ehe 1940, untuk mengantar sampai di Krendhawahana, diperintahkan untuk mendoakan. Kalau sudah didoakan, diperintahkan untuk membagi yang merata. Laksanakan’ Mt: Gusti Pangeran Haryo Puger BA, abdidalem kawula sampun hanampi dhawuh timbalandalem. Suraosing dhawuh timbalandalem, abdidalem kawula kadhawuhan ndongani hajaddalem wilujengan Mahesa Lawung wonten ing Krendhawahana. Sasampunipun kadonganan abdidalem kawula kadhawuhan mbage kados adat. Atur sembah pamuji kula, Nun kula sendika. Mt: ’Gusti Pangeran Haryo Puger BA, hamba sudah menerima perintah panggilannya, isi perintahnya, hamba diperintahkan untuk mendoakan selamatan Mahesa Lawung di Krendhawahana. Kalau sudah didoakan, hamba diperintahkan untuk membagi yang merata seperti biasanya. Sembah saya, ya siap saya laksanakan’. 125 P: Kangjeng Raden Tumenggung Pujodiningrat timbalandalem DSM 2 P: ’Kangjeng Raden Tumenggung Pujodiningrat perintah beliau’ Mt: Nun kula Mt: ’Ya, saya’ P: Dhawuhing timbalandalem, pakenira kapatedhan hajaddalem Sesaji Mahesa Lawung tahun ehe 1940. Pakenira ndongani; Wilujengdalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XIII, Wilujenge Karatondalem Surakarta Hadiningrat saisine, Wilujenge nagari Republik Indonesia saisine, Wilujenge kutha Surakarta saisine, Yen wus kadonganan, pakenira kabage ingkang warata kaya adat. P: ’ Sesuai perintah raja, kamu menerima hadiah berupa tugas upacara maleman, pada malam duapuluh satu bulan puasa tahun Ehe 1940. Kamu mendoakan; Keselamatan Raja Paku Buwono XIII, istri, adik- adiknya, keluarga kerabat, serta abdidalem . Keselamatan Karaton Surakarta Hadiningrat seisinya, keselamatan negara Republik Indonesia seisinya, keselamatan kota Surakarta seisinya. Kalau sudah didoakan, diperintahkan untuk membagi yang merata seperti biasanya.’ Dialog-dialog mulai nomor 115 sampai dengan nomor 125 meskipun lokasinya berbeda, penutur maupun mitra tuturnya berbeda tetapi bentuknya sama persis, yaitu merupakan perintah raja. . Penggunaan kosa kata bahasa kedhaton sangat terbatas yaitu pakenira , sira , dan kapatedhan Perbedaannya hanya pada isi pesan. Pada waktu pelaksanaan doa, mitratutur menggunakan doa dalam dua versi yaitu versi Islam dengan menggunakan bahasa Arab dan Jawa, dan versi Hindu menggunakan bahasa Jawa Kuna. Berikut ini adalah ilustrasi gambar mengenai fungsi bahasa kedhaton dalam upacara Sesaji Mahesa Lawung : Gambar 14: Upacara Sesaji Mahesa Lawung Keterangan : KRT. Pujodiningrat membacakan doa dalam dua versi yaitu versi Islam dan Hindu setelah mendapat perintah dari raja melalui pembesar keraton. Pada gambar di atas terlihat bungkusan plastik yang berisi kepala dan daging kerbau.

2. Fungsi Bahasa