Bangsal Smarakata, dan Masjid Agung. c Rangkaian upacara
Malem Selikuran
oleh para
peng ageng
dan
utusan dalem
yang lokasinya di beberapa tempat yaitu Bangsal Sewayana dan Joglo Taman Sriwedari. d Rangkaian upacara
Sesaji Mahesa
Lawung
oleh
pengageng
dan
utusan dalem
yang lokasinya di dua tempat yaitu di
Pagelaran Sasana
Sumewa
dan di hutan
Krendhawahana.
Berikut ini adalah fungsi bahasa
kedhaton
dalam bentuk tuturan yang dituturkan oleh orang-orang tertentu, pada upacara tertentu di dalam keraton pada
zaman sekarang:
a. Rangkaian Upacara Peringatan Kenaikan Tahta
Rangkaian upacara peringatan kenaikan tahta raja diperingati sekali setiap tahunnya yang jatuh pada hari kenaikan tahtanya yaitu setiap tanggal 25 bulan
Rejeb.
Sehari sebelumnya
Sampeyandalem
menganugerahkan gelar kepada para
sentana dalem
dan
abdi dalem
yang setia kepada raja.
1 . Upacara Wisuda
Upacara wisuda di dalam keraton dibagi menjadi dua macam di dua tempat yang berbeda. Yang pertama adalah upacara wisuda untuk para keluarga dan
kerabat di Bangsal Sidhikara dan upacara wisuda untuk para abdidalem di Bangsal Smarakata. Berikut ini adalah upacara yang terjadi di dua tempat
tersebut; 115 P:
Pakenira tampa dhawuhing timbalandalem hawit kaparingdalem kapatedhan ganjaran dados Pangeran Santana. Handadosna
pariksa lan hanetepana apa gawa-gawemu.
DWS 7 P: ’Kamu terima panggilan perintah dari raja, atas kehendak raja, kamu
menerima hadiah yaitu diangkat menjadi kerabat dekat raja. Harap kamu mengerti dan melaksanakan sesuai kewajibanmu’.
Mt:
Nun kula.
Mt: ’Ya saya.’hampir tak terdengar 116 P:
Pakenira tampa timbalandalem sowan marak wonten ing Bangsal Smarakata Karaton Surakarta Hadiningrat, Pakenira kapatedhan
ganjaran pangkat sarta nama abdidalem anon-anon Karaton Surakarta Hadiningrat. Nindakna gawa-gawene abdidalem.
Kaestokna.
DWA 3 P: ’Kamu terima panggilan dari raja untuk menghadap di
Bangsal Smarakata Karaton Surakarta Hadiningrat
, kamu menerima hadiah berupa pangkat serta nama tituler dari keraton. Laksanakan
kewajiban-kewajibannya. Lakukanlah’. Mt:
Nun kula sendika.
Mt: ’Ya siap saya laksanakan. Dialog nomor 115 adalah tuturan antara seorang
pengageng
’pemimpin’ dan kerabatnya. Penutur memiliki tingkat status sosial lebih tinggi dibanding
dengan mitra tutur sehingga ada rasa takut untuk menjawab. Hal tersebut sama dengan tuturan nomor 116, tetapi ada perbedaan terutama pada jawaban mitra
tutur. Jawaban mitra tutur terdengar jelas karena hubungan antara penutur dengan mitra tutur agak dekat meskipun kurang begitu akrab. Tuturan nomor 115 dan
nomor 116 tersebut terjadi pada suasana yang sangat resmi yaitu pada saat upacara wisuda.
Melihat data tersebut dapat dibandingkan antara penggunaan pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Perbedaan tersebut terlihat antara lain pada
panjang pendeknya kalimat, adanya tanggapan dari mitra tutur, bentuk tingkat tutur, serta keragaman pemilihan kosa kata
Tembung Kedhaton
. Yang dimaksud
Tembung Kedhaton
disini adalah kata-kata khusus yang digunakan untuk berbicara di dalam keraton.
2 . Wiyosan Jumenengandalem
Upacara
Wiyosan Jumenengandalem
’peringatan kenaikan tahta’ diikuti oleh seluruh keluarga besar keraton termasuk kerabat,
sentana dalem, abdi dalem
, dan dihadiri oleh tamu-tamu pejabat baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Upacara tersebut berlangsung selama lebih kurang dua setengah jam. Sebelum berlangsungnya upacara tersebut
Sampeyandalem
’raja’ memerintahkan kepada seorang utusan agar disampaikan kepada
pengageng parentah
’pemimpin pemerintahan’ yang bertujuan agar supaya seluruh warga keraton menyaksikan
jalannya upacara tersebut sampai selesai. Adapun peristiwa tutur tersebut adalah sebagai berikut :
117 P:
Gusti Pangeran Haryo Puger timbalan dalem.....
lalu maju ke depan P:’
Gusti Pangeran Haryo Puger perintah beliau.....’DWJ 1
Mt :
Nun kula
Mt:’Ya, saya’ P:
Gusti Pangeran Haryo Puger, Pakenira tampa timbalandalem,
pakenira kapatedhan hajaddalem wiyosan jumenengandalem, kadhawuhan handhawuhake marang para sentanadalem lan
abdidalem hangestreni jumenengdalem Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XIII nganti sarampunge.
P:’ Gusti Pangeran Haryo Puger
,
kamu terima perintah beliau, kamu menerima anugerah berupa tugas upacara peringatan kenaikan tahta
raja, perintah dari raja untuk memerintahkan kepada seluruh keluarga, kerabat, dan
abdidalem
untuk mengikuti jalannya upacara
Sampeyan dalem
Paku Buwono XIII sampai selesai.
Mt:
Inggih sendika
Mt: ’Ya, siap laksanakan’ Peristiwa tutur nomor 117 tersebut terjadi di lokasi Bangsal Smarakata.
Penutur adalah utusan raja dan mitra tutur adalah bertindak selaku pimpinan pemerintahan. Tujuan tuturan tersebut adalah memerintahkan kepada seluruh
anggota masyarakat keraton untuk mengikuti jalannya upacara. Selain peristiwa tutur tersebut, bahasa
kedhaton
juga digunakan pada aba-aba prajurit keraton yang merupakan rangkaian upacara
Wiyosan Jumenengandalem.
b. Rangkaian Upacara