Bangsal Smarakata Bangsal Marcukundha Sidhikara

tampak pada uraian mengenai data penelitian yang dimulai dari lokasi penelitian, bentukstrategi penelitian, maupun data dan sumber data, pengumpulan data, validitas data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Dalam tataran penelitian untuk Tesis disamping deskriptif, penelitian ini juga aplikatif.

A. Lokasi Penelitian

Melihat judul dan permasalahan penelitian ini adalah dalam lingkup keraton, maka penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan Karaton Surakarta, dengan memperhatikan dan mengamati penggunaan bahasa kedhaton, perbedaan tingkat tutur speech level masyarakat di dalam keraton, serta kondisi tingkat sosial atau tingkat kepangkatan pelaku pada acara-acara adat resmi yang juga dilakukan di dalam lingkungan keraton. Adapun lokasi dan peristiwa adat yang perlu diamati adalah bangsal Smarakata pada acara Wisudhan abdidalem , bangsal Marcukundha pada saat pasinaon pambiwara, Sidhikara pada acara Wisudhan sentanadalem, bangsal Sewayana atau Pagelaran pada acara Selikuran, Sasana Sumewa pada acara Sesaji Mahesa Lawung, Serambi Masjid Agung pada acara Grebeg , Sasana Sewaka pada acara Malem Sura . Selain itu masih ada lokasi di luar keraton tetapi masih dalam lingkup kekuasaan keraton dan digunakan untuk upacara adat keraton, di antaranya adalah joglo Taman Sriwedari untuk acara Selikuran , dan hutan Krendhawahana untuk acara Sesaji Mahesa Lawung .

1. Bangsal Smarakata

38 Bangsal Smarakata adalah bangunan di dalam Karaton Surakarta Hadiningrat yang berbentuk menyerupai pendapa besar yang ditengahnya dibuat lebih tinggi dan menghadap ke timur. Bangsal tersebut terletak di sebelah utara bangunan utama keraton yang digunakan sebagai tempat pemberian penghargaan atau hal-hal yang bersifat baik kepada para abdidalem. Peristiwa adat yang diamati oleh peneliti di dalam bangsal tersebut antara lain; Wisudhan abdidalem yaitu pemberian penghargaan berupa pangkat, gelar, nama sebutan, beserta serat kekancingan ’ serifikat’ kepada para abdidalem ’pegawai’; Dhawuh mbudhalake Grebeg yaitu pada saat Pengageng parentah ’kepala pemerintahan’ menerima amanat dari raja untuk memberangkatkan atau memulai acara Grebeg dan amanat tersebut diteruskan kepada utusan dalem ’utusan yang meneruskan perintah raja’.

2. Bangsal Marcukundha

Bangsal Marcukundha adalah suatu bangunan yang bentuknya mirip bangsal Smarakata yang letaknya berhadapan dengan bangsal Smarakata yaitu menghadap ke barat. Berbeda dengan bangsal Smarakata, bangsal Marcukundha pada zaman dahulu digunakan untuk memutuskan pemberian hukuman kepada para sentanadalem maupun abdidalem. Tetapi pada zaman sekarang bangsal tersebut tidak lagi digunakan sebagai tempat pengadilan melainkan digunakan sebagai sanggar pasinaon pambiwara yaitu tempat belajar menjadi pembawa acara dalam bahasa Jawa, dan sering pula digunakan sebagai tempat sarasehan mengenai kebudayaan Jawa. Peneliti melakukan pengamatan di tempat tersebut di dalam melakukan wawancara dengan narasumber.

3. Sidhikara

Sidhikara adalah sebuah bangunan yang terletak di sebelah timur bangunan utama keraton. Bangunan tersebut pada zaman dahulu digunakan sebagai ruang rapat sekaligus difungsikan menjadi tempat pemeriksaan perkata perdata. Pada saat ini bangunan tersebut digunakan sebagai kantor kasentanan ’suatu badan yang mengurus putra-putri raja beserta kerabatnya’, dan difungsikan untuk keperluan-keperluan kasentanan . Hal yang diamati oleh peneliti pada lokasi tersebut adalah upacara Wisudhan sentanadalem yaitu pemberian penghargaan berupa pangkat, gelar, nama sebutan, beserta serat kekancingan ’ serifikat’ kepada para sentanadalem .

4. Sasana Sewaka