Hasil penelitian yang sama didapatkan pada penelitian Surhandayani 2007, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada
balita. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab.Bahan lantai harus kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menghasilkan
debu Ditjen PPM dan PL, 2002. Menurut Widoyono 2011, kontruksi lantai rumah harus rapat air dan
selalu kering serta harus dapat menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban dalam ruangan. Suatu ruangan yang
lembab dapat dijadikan tempat hidup dan perkembangbiakan bakteri dan vector penyakit.Oleh karena itulah jenis lantai tidak kedap air merupakan salah satu
faktor risiko kejadian ISPA.
5.3 Hubungan Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku penghuni dengan kejadian ISPA pada balita menggunakan Uji Chi Squere di dapat p value 0,03 kurang
dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berearti ada hubungan perilaku penghuni dengan kejadian ISPA pada balita. Nilai OR perilaku penghuni sebesar 2,463
95 CI = 1,161- 3,325 yang berarti bahwa perilaku penghuni yang kurang baik mempunyai risiko terkena ISPA pada balita 2,463 kali lebih besar bila
dibandingkan dengan balita yang memiliki perilaku penghuni yang baik. Hasil wawancara di tempat penelitian menunjukkan perilaku membersihkan
rumah dalam menyapu lantai sudah baik dikarenakan responden sudah menyapu dan mengepel lantai rumah setiap hari. Semakin sering rumah dibersihkan dengan
cara menyapu dan mengepel maka debu dapat berkurang sehingga udara yang
Universitas Sumatera Utara
dihirup didalam rumah lebih bersih. Hasil wawancara didapatkan perilaku penghuni dalam membuka jendela rumah masih banyak responden yang tidak
membuka jendela seperti jendela kamar tidur dan ruang keluarga padahal sebagian rumah terdapat jendela yang bisa dibuka. Kebiasaan dalam membuka jendela
rumah akan memudahkan cahaya dan sirkulasi udara masuk ke dalam rumah. Cahaya dan sirkulasi udar yang masuk dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban
ruangan. Suhu dan kelembababan ini erat kaitannya dengan perumbuhan dan perkembangbiakan bakteri,virus dan jamur. Hal ini berarti bahwa membuka
jendela rumah setiap hari merupakan hal yang paling penting dalan mencegah risiko ISPA pada balita dibandingkan rumah yang tidak membuka jendela rumah
setiap hari. Hasil wawancara didapatkan masih banyak yang kebiasaan merokok dan
juga masih ada beberapa responden yang menggunakan obat anti nyamuk bakar sehingga dapat di prediksi kualitas udara di dalam rumah tidak memenuhi syarat.
Merokok merupakan sumber utama pencemaran udara dalam ruangan,karena dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan khususnya pada balita. Bahan-
bahan kimia rokok bersifat mengiritasi membran mukosa mulut,hidung, faring dan trachea bronchial Yuliarti,2008.
Menurut penelitian Rusdawati 2012, bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku keluarga dengan kejadian ISPA pada balita ini dan sama dengan
penelitian Desi 2015, yang menyatakan ada hubungan antara perilaku dengan kejadian ISPA.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan karakteristik balita, kondisi fisik
rumah dan perilaku penghuni dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik balita pada kasus berdasarkan berat badan lahir normal yaitu
92,6, status imunisasi lengkap yaitu 77,8 dan tidak mendapatkan ASI ekslusif yaitu 77,8, sedangkan pada kontrol seluruhnya berat badan lahir
normal, status imunisasi lengkap yaitu 74,1 dan mendapatkan ASI ekslusif 66,7.
2. Kondisi fisik rumah tidak memenuhi syarat pada kasus berdasarkan luas
ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, kepadatan hunian, sedangkan kondisi fisik rumah yang memenuhi syarat pada kontrol berdasarkan luas
ventilasi, pencahayaan alami, kelembaban, kepadatan hunian dan jenis lantai. 3.
Perilaku penghuni kurang baik pada kasus sebanyak 74,1 dan perilaku penghuni baik pada kontrol sebanyak 66,7
4. Variabel karakteristik balita yang berhubungan terhadap kejadian ISPA pada
balita adalah ASI ekslusif p value = 0,001, OR = 2,8. 5.
Variabel kondisi fisik rumah yang berhubungan terhadap kejadian ISPA pada balita adalah luas ventilasi p value = 0,001, OR = 4,086, pencahayaan alami
Universitas Sumatera Utara