Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Balita

62

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Karakteristik Balita Dengan Kejadian ISPA Pada Balita

5.1.1 Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian ISPA Pada Balita

Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada balita. Hal ini diketahui dari Uji Fisher’s di dapat p value 0,491 lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hasil penelitian dapat dilihat bahwa berat badan lahir pada kasus dan kontrol sebagian besar jumlah balita mempunyai berat badan normal.Berat badan dikatakan normal jika 2500 gram. Hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu yang hamil memeriksakan kehamilannya ke POSKESDES secara rutin, ibu yang akan bersalin juga sebagian besar sudah dibantu oleh bidan yang ada di POSKESDES Marubun Jaya sehingga dapat mengurangi risiko kecacatan, dan juga sudah ada penyuluhan tentang gizi untuk ibu hamil yang dilakukan oleh Pos Kesehatan Desa Marubun Jaya sehingga ibu yang hamil bisa berkonsultasi kepada bidan tentang makanan bergizi dan sehat untuk ibu dan bayi yang ada didalam kandungan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Namira 2013, yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan BBL dengan kejadian ISPA pada balita dan juga sama dengan penelitian Kholisah 2009, menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara BBL dengan kejadian ISPA pada balita. Universitas Sumatera Utara Menurut Gertrudis 2010, berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental masa balita. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah BBLR mempunyai risiko kematian lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal BBLN, terutama pada bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama ISPA dan gangguan saluran pernafasan lainnya.Selain berat badan lahir masih banyak faktor risiko yang bisa menyebabkan ISPA pada balita seperti lingkungan fisik rumah yang buruk, status gizi, dan juga status imunisasi yang belum lengkap.

5.1.2 Hubungan Status Imunisasi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA GANDON KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 3 11

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 4 111

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 15

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 8

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 28

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

2 3 6

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 67