Kelembaban Kepadatan Hunian Jenis Lantai

a. Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada di dalam rumah, misalnya seperti ISPA, TBC, influenza,penyakit mata dan lain-lain.Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai celah sebagai jalan masuk cahaya matahari ke dalam rumah.Sebaiknya luas jalan masuknya cahaya seperti jendela minimal 15 sampai 20 dari luas lantai rumah. Usahakan agar cahaya matahari yang masuk harus maksimal dan tidak terhalang oleh bangunan lain dan usahakan agar cahaya matahari lama menyinari lantai rumah agar bakteri yang ada di lantai mati. b. Cahaya buatan, yaitu dengan menggunakan sumber cahaya lain selain matahari seperti lampu minyak tanah,listrik, dan api. Pencahayaan alami menurut Kemenkes No.829MenkesSKVII1999 dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux atau lebih dari 120 Lux. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela, perlu diusahakan agar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak terhalang oleh bangunan lain.

2.3.3.3 Kelembaban

Menurut Achmadi 2008, rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara. Universitas Sumatera Utara Menurut Kepmenkes No. 829 Taun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, kelembaban ruangan yang baik untuk kesehatan adalah 40 - 70.

2.3.3.4 Kepadatan Hunian

Menurut Mubarak 2009, rumah tinggal dikatakan over crowding bila orang-orang yang tinggal di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut : a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di atas 10 tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur di dalam satu kamar. b. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang telah diterapkan.kepadatan hunian ruang tidur minimal luasnya 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang kecuali anak di bawah umur 5 tahun.Jumlah penghuni rumah juga harus disesuaikan dengan luas rumah agar rumah atau kamar tidak menjadi padat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan rumah,kepadatan hunian dalam rumah untuk satu orang minimal menempati luas rumah 4 m². Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan pencemaran udara dalam rumah yang telah ada.

2.3.3.5 Jenis Lantai

Lantai yang baik harus selalu kering, tinggi lantai harus disesuaikan dengan kondisi setempat, lantai harus lebih tinggi dari muka tanah.Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim Universitas Sumatera Utara kemarau dan tidak basah pada musim hujan, sehingga dapat mencegah terjadinya penularan penyakit terhadap penghuninya Achmadi,2008. Lantai rumah dapat memengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA.Menurut Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, lantai yang baik harus bersifat kedap air dan mudah dibersihkan yaitu terbuat dari keramik, ubin, atau semen. Jenis lantai yang terbuat dari tanah saat musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap penghuninya dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman penyakit, termasuk bakteri penyebab ISPA. Lantai juga harus sering dibersihkan karena lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.

2.4 Perilaku

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA GANDON KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 3 11

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 4 111

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Keluarga Perokok Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Pintu Batu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 15

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 8

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 28

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

2 3 6

Hubungan Karakteristik Balita, Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Penghuni Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Marubun Jaya Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 67