intensitas cahaya yang mampu masuk ke dalam rumah serta perilaku responden yang jarang membuka jedela rumah juga mengakibatkan intensitas pencahayaan
yang masuk ke dalam rumah berkurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rusdawati 2012, yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita.
5.2.3 Hubungan Kelembaban Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita menggunakanUji Chi Squere di dapat p value 0,001 kurang dari
0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan kelembaban dengan kejaidan ISPA pada balita. Nilai OR kelembaban 3,2 95 CI = 1,561- 6,769 yang berarti
bahwa kelembaban tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena ISPA pada balita 3,2 kali lebih besar bila dibandingkan kelembaban memenuhi syarat.
Menurut Kepmenkes RI No.829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan perumahan, kelembaban ruangan yang baik untuk kesehatan adalah 40-70.
Hasil pengukuran yang dilakukan waktu penelitian sebagian besar rumah responden tidak membuka jendela rumah setiap hari sehingga kelembaban di
dalam ruangan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rusdawati 2012, yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita.Salah satu usaha untuk mengurangi kelembaban dalam rumah adalah
membuka jendala rumah sehingga terjadi pertukaran udara di dalam rumah.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Berdasrakan hasil penelitian hubungan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita menggunakanUji Chi Squere di dapat p value 0,012 kurang
dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita. Nilai OR kepadatan hunian 95 CI = 1,161-3,325
yang beraarti bahwa kepadatan hunian tidak memenuhi syarat mempunyai risiko terkena ISPA pada balita 1,9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kepadatan
hunian yang memenuhi syarat. Menurut Kepmenkes RI No.829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan
kesehatan rumah,kepadatan hunian dalam kamar tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu kamar tidur kecuali untuk
anak di bawah 5 tahun. Hasil wawancara yang dilakukan saat penelitian sebagain besar rumah
responden yang dicatat memiliki jumlah penghuni kamar 3 orang,sebenarnya memiliki balita yang tidur di kamar yang sama. Untuk jumlah penghuni yang
kamar yang 4 orang berarti orang tersebut umurnya diatas 5 tahun yang tidur di kamar yang sama. Sebagian besar rumah responden tinggal dirumah orang tuanya
dan di dalam satu rumah itu terdapat beberapa keluarga lagi sehingga untuk satu keluarga menempati satu kamar saja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maryani2012, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan
kejadian ISPA pada balita dan juga sama dengan yang dilakukan Surhandayani
Universitas Sumatera Utara
2007, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA pada balita.
Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding lurus dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Dengan kata lain semakin tinggi
tingkat kepadatan hunian rumah maka penularan penyakit melalui udara akan semakin cepat. Kepadatan hunian yang tinggi akan memperburuk sirkulasi udara.
Hal ini akan mengakibatkan penyakit saluran pernapasan terkhusus yang disebabkan oleh virus akan lebih cepat menyerang anggota keluarga. Semakin
tinggi kepadatan hunian suatu rumah maka semakin mudah penularan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara pada balita seperti gangguan pernapasan
atau ISPA Achmadi, 2008.
5.2.5 Hubungan Jenis Lantai Dengan Kejadian ISPA Pada Balita