meningkatkan daya tahan tubuh tetapi juga dapat meningkatkan kecerdasan balita Grifford, 2008.
5.2 Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian ISPA
5.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian hubungan luas ventilasi dengan kejadian ISPA
pada balita menggunakanUji Chi Squere di dapat p value 0.001 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian
ISPA pada balita. Nilai OR luas ventilasi sebesar 4,086 95 CI = 1,815-9,195 yang berarti bahwa luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko
terkena ISPA pada balita 4,086 kali lebih besar dibandingkan luas ventilasi yang
memenuhi syarat.
Menurut Chandra 2007, luas ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar dan membebaskan udara
ruangan dari bakter-bakteri. Ventilasi yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkankelembaban udara di dalam ruangan naik, dimana kelembaban ini
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri.Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.829MENKESSKVII1999,menetapkan
bahwa ventilasi dikatakan memenuhi syarat kesehatan apabila luas ventilasi 10 dari luas lantai.
Hasil pengukuran yang dilakukan saat penelitian luas ventilasi rumah sebagian besar tidak memenuhi syarat, hal ini disebabkan karena luas ventilasi
kurang dari 10 luas lantai.Hasil wawancara pada waktu penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah memiliki jendela di setiap ruang namun sebagian
Universitas Sumatera Utara
rumah menutup jendela rumah sepanjang hari sehingga kemungkinan sirkulasi udara dalam rumah tidak baik dan cahaya matahari sulit masuk ke dalam
rumah.Rumah yang sedikit cahaya matahari masuk dan udara yang tidak bagus akan menyebabkan ruanga
menjadi lembab. Ruangan yang lembab
merupakantempat perkembangbiakan penyakit.Akibat ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan pencemaran udara semakin meningkat
karena polusi udara dan berbagai mikroorganisme penyakit dalam rumah tidak dapat keluar sehingga membahayakan penghuni rumah terutama balita yang
rentan terhadap penyakit yang disebabkan mikroorganisme. Hasil penelitian diatas sesuai dengan penelitian Maryani 2012, yang
menunjukkan adanya hubungan atara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita dan penelitian ini sama dengan penelitian Suhandayani 2007, yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita.
Luas ventilasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat menjadi faktor risiko penyakit ISPA mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
sarana menjamin udara dalam rumah agar tetap segar, serta menjamin kualitas dan kecukupan sirkulasi udara yang masuk dan keluar dalam ruangan. Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat antara lain: menambah lubang angin, dan lubang-lubang pada
dinding sebagai ventilasi alamiah yang dapat mengalirkan udara ke dalam ruangan secara alamiah.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Hubungan Pencahayaan Alami Dengan Kejadian ISPA Pada Balita