commit to user
6 Untuk sekedar bergengsi
Sebagai penutur ada yang beralih kode sekedar untuk bergengsi, yang dapat meninbulkan kesan dipaksakan dan tidak komunikatif. Hal ini
terjadi apabila faktor situasi. Lawan bicara, topik, dan faktor-faktor sosiosituasi yang lain, menuntut untuk berbicara bahasa yang berbeda
bahasa yang berbeda dengan kita yaitu ketika kita berbicara dengan orang asing kita menggunakan bahasa Inggris.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan bahasa dari bahasa satu kebahasa yang lain, dapat
berupa alih kode intern ataupun alih kode ekstern yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dilatar belakangi oleh maksud tertentu.
2.8 Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu
kedalam bahasa yang lain. Unsur yang menyisip tersebut tidak lagi mempunyai fungsi sendiri Dalam Wijana dan Rohmadi, 2006: 68. Menurut Nababan dan Ari
Suwarso campur kode adalah suatu keadaaan berbahasa bilamana orang mencampur dua bahasa atau lebih dalam tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menunjukan adanya percampuran. Penyebutan pinjam leksikon ini menjelaskan bahwa campur kode itu merupakan campuran dengan
meminjam kosakata atau leksikon dari bahasa lain. Dengan demikian pinjam leksikon pengertiannya disejajarkan dengan campur kode 2001: 26.
commit to user
Dari pendapat diatas dapat dilihat pada dasarnya campur kode adalah suatu peristiwa tutur yang menggunakan bahasa lebih dari satu dan saling memasukkan
unsur bahasa yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain. Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan
menjadi dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap
attitudinal type
dan tipe bahasa yang berlatar belakang kebahasaan
linguistic type
. Campur kode dapat terjadi itu karena adanya hubungan timbal balik antar penutur, bentuk bahasa dan
fungsi bahasa Suwito, 1997: 90. Pemilihan bentuk campur kode yang demikian dimaksudkan untuk menunjukan status sosial dan identitas pribadi di dalam
masyarakat. Dalam penutur melakukan campur kode ada tujuan tertentu yang ingin
dicapai oleh pemakai bahasa. Menurut Suwito dalam Dwi Sutana, 2000: 17 dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai dengan adanya hubungan
timbal balik anatara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak
dicapai penutur dengan tuturannya. Berdasarkan pendapat Suwito tersebut, Dwi Sutana 2000, 76-89 membagi beberapa fungsi terjadinya campur kode sebagai
berikut : 1.
Fungsi campur kode untuk penghormatan 2.
Fungsi campur kode untuk menegaskan suatu maksud tertentu
3. Fungsi campur kode untuk menunjukan identitas diri
4. Fungsi campur kode untuk pengaruh materi pembicaraan
commit to user
Dari beberapa teori tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa campur kode adalah pemakaian suatu bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain yang
berbentuk kata, frasa, idiom, bentuk baster, pengulangan kata, dan klausa. Pemilihan atau penggunaan bahasa dan ragam bahasa tersebut tidak ada maksud
tertentu tetapi hanya karena kebiasaan atau enaknya perasaan atau mudahnya pengungkapan seseorang pengguna bahasa. Campur kode pada umumnya terjadi
pada suasana santai atau terjadi karena faktor kebiasaan. Pengguna campur kode memiliki fungsi yang berhubungan dengan peranan pengguna bahasa.
2.9 Interferensi