commit to user
bahasa. Faktor itu bisa dari faktor sosial, misalnya status sosial, umur tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan sebagainya, sedang faktor situasional
misalnya siapa pembicara, kepada siapa dia berbicara, kapan, dimana, mengenai masalah apa.
Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat yang dapat digunakan untuk penelitian penggunaan bahasa di daerah transmigrasi Kec.Sungai Bahar
Jambi adalah pendapat dari Abdul Chaer dan Leoni Agustina serta pendapat Pride dan Holmes, karena kedua pendapat tersebut menjelaskan bahwa
bahasa itu memiliki hubungan dengan faktor-faktor sosial. Penggunaan bahasa Jawa di daerah transmigrasi di Kecamatan Sungai Bahar Jambi
memiliki hubungan antara bahasa dan faktor-faktor sosial masyarakat.
2.2 Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa adalah masyarakat yang anggota-angotanya bersama-sama menganut aturan fungsional yang sama Fishman dalam
Ohoiwutun, 2002: 37. Masyarakat bahasa adalah kelompok orang yang berinteraksi dengan perantara bahasa Bloomfield, 1995: 40. Suwito
menyebut masyarakat bahasa dengan sebutan masyarakat tutur
speech community
, yang artinya suatu masyarakat atau sekelompok orang yang mempunyai verbal repertoire yang relatif sama dan mempunyai penilaian
yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat itu
commit to user
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat bahasa yaitu suatu kelompok masyarakat yang memiliki penilaian yang sama
terhadap norma-norma pemakaian bahasanya yang dapat membentuk masyarakat tutur atau masyarakat bahasa, sehingga sekelompok orang yang
merasa menggunakan bahasa yang sama serta mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasanya, mereka dapat disebut
sebagai masyarakat bahasa atau masyarakat tutur.
2.3 Bilingualisme
Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga
kedwibahasaan
Chaer, 2004:84. Dari istilah yang dikemukakan oleh Chaer di atas, dapat dipahami bahwa bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan
dengan pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari.
Ada beberapa ahli yang menerangkan tentang pengertian kedwibahasaan atau bilingualisme. Salah satunya adalah Weinrich Aslinda
dkk., 2007:23, ia menyebutkan kedwibahasaan sebagai ‘
The practice of alternately using two language’,
yaitu kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian. Dalam penggunaan dua bahasa atau lebih, jika
melihat pengertian menurut Weinrich, penutur tidak diharuskan menguasai kedua bahasa tersebut dengan kelancaran yang sama. Artinya bahasa kedua
tidak dikuasai dengan lancar seperti halnya penguasaan terhadap bahasa pertama. Namun, penggunaan bahasa kedua tersebut kiranya hanya sebatas
penggunaan sebagai akibat individu mengenal bahasa tersebut.
commit to user
Selain kedua pengertian menurut dua ahli di atas, ada juga Diebold Chaer,
2004:86 yang
menyebutkan adanya
bilingualisme atau
kedwibahasaan pada tingkat awal
incipient bilingualism
. Menurut Diebold, bilingualisme tingkat awal ini
“ …yaitu bilingualisme yang dialami oleh orang-orang, terutama oleh anak-anak yang sedang mempelajari bahasa
kedua pada tahap permulaan. Pada tahap ini bilingualisme masih sederhana dan dalam tingkat rendah”
Chaer, 2004: 86.
Jika melihat pernyataan Diebold, benar kiranya apabila kedwibahasaan
yang banyak digunakan
oleh orang-orang
adalah kedwibahasaan atau bilingualisme pada tingkat awal. Dalam kegiatan sehari-
hari tentunya kita pun tanpa disadari hampir selalu melaksanakan bilingualisme pada tingkat awal ini. Namun, kebanyakan orang pada masa
sekarang cenderung tidak menguasai kedua bahasa yang digunakannya dengan tepat.
Permasalahan mengenai kedwibahasaan kiranya terasa erat sekali dengan perkembangan kebahasaan masyarakat Indonesia. Hal ini
dikarenakan bangsa Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibu mereka bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional. Penggunaan bahasa daerah disebut juga sebagai penggunaan bahasa pertama, sementara penggunaan bahasa Indonesia disebut juga sebagai
penggunaan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang seperti itu disebut sebagai
diglosia
Aslinda dkk., 2007:26.
commit to user
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bilingualisme atau kedwibahasaan yaitu penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian, untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua
bahasa itu. Kedua bahasa tersebut berupa bahasa pertama atau
bahasa ibu
B1 dan bahasa kedua B2. Orang yang dapat menggunakan dua bahasa itu disebut dengan
Dwibahasawan,
sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa itu disebut
kedwibahasaan
.
2.4 Masyarakat Transmigrasi