19
2.2 Penduduk
Penduduk Desa Huta Julu mayoritas etnik Batak dari sub-etnik Batak Toba, dengan bahasa sehari-harinya mempergunakan dialek Batak Toba. Penduduk yang
pertama kali bermukim di Desa Hutajulu yaitu Batak Toba yang bermarga Marbun
13
. Marga marbun dibagi menjadi tiga bagian yaitu, Lumban Gaol, Lumban Batu dan
Banjar Nahor. Kebanyakan orang yang sudah tinggal di kota, ketika ditanya marganya akan lebih sering menyebut marga Marbun, karena masyarakat di kota
lebih kenal dengan sebutan ini. Setelah itu akan ditanya kembali masuk dalam marga Marbun apa apakah Lumban Gaol, Lumban Batu atau Banjar Nahor. Di Desa
Hutajulu, masyarakat langsung memperkenalkan dirinya dengan marga yang dia miliki, misalnya Lumban Gaol dan tidak menggunakan marga Marbun lagi.
Awalnya mereka datang dari Aek Nauli yang masih satu kecamatan dengan Desa Huta Julu. Alasan marga marbun datang dan bermukim yakni masyarakat
tersebut melihat bahwa Desa Huta Julu layak untuk dihuni dan sekaligus cocok untuk lahan pertanian. Namun, pada waktu itu tempat ini belum dinamai Desa Hutajulu
yang masih dalam bentuk perkampungan. Ada juga marga-marga lainnya yang berada di desa ini yang akhirnya ikut bermukim, seperti Marga Sinaga, Bakkara,
Situmorang dan marga-marga lainnya. Namun, tetap yang dominannya adalah Marga Marbun.
14
13
Hingga tahun berikutnya ada beberapa suku lain yang datang dan menetap di Desa Hutajulu, seperti suku nias dan suku jawa.
14
Wawancara, Kebestina Lumban Batu, Huta Julu, 12 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
20
Kehidupan masyarakat Desa Huta Julu sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup
manusia lahir-dewasa berumahtangga-mati.Masyarakat masih sering melakukan perayaan adat seperti acara kelahiran, kematian, dan pernikahan. Masyarakat Desa
Huta Julu menganut nilai-nilai leluhur yaitu : gotong royong, bekerja keras, dan dalihan natolu.
Kebudayaan dan adat-istiadat pada masyarakat Desa Hutajulu masih cukup kental. Tradisi-tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka masih masyarakat
jalankan. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat masih menghormati leluhur mereka dan nilai-nilai adat-istiadat tidak akan luntur. Adat-istiadat, seperti ketika
acara pernikan atau mangadati masih tetap dilakukan, salah satunya acara manortor batak yang diiringi dengan musik batak. Manortor salah satu kebudayaan orang
Batak yang diwariskan oleh nenek moyang. Manortor dilakukan ketika acara pernikahan, acara ulang tahun, acara kematian, dan acara-acara besar lainnya dan itu
masih dijalankan oleh masyarakat Desa Hutajulu.
15
Masyarakat Desa Hutajulu mayoritas beragama Kristen, baik Katolik dan Protestan. Hal ini terbukti karena sudah ada dua gereja yang berada di Desa Hutajulu
sebelum tahun 1960 yakni GerejaHuria Kristen Batak Protestan HKBP dan Gereja Katolik. Gereja HKBP sudah dibangun tahun 1910, sedangkan gereja katolik sudah
ada pada tahun 1950-an. Fasilitas lainnya yang berada di Desa Hutajulu sebelum tahun 1960 yaitu hanya ada satu sekolah yakni Sekolah Rakyat yang hanya
15
Ibid
Universitas Sumatera Utara
21
dilaksanakan hingga kelas tiga. Untuk melanjutkan pendidikan sampai kelas enam harus bersekolah ke Sekolah Rakyat Sambungan SRS yang berada di Pollung.
Berdasarkan mata pencaharian, masyarakat Desa Hutajulu umumnya bertani.Hingga tahun 1960 hanya ada satu orang yang berprofesi sebagai guru yang
mengajar di Sekolah Rakyat, disamping ituada juga yang berprofesi sebagai pedagang. Namun, yang mendominan adalah bermata pencaharian dari bertani.
16
Pada pengkajian ini tidak diperoleh data jumlah penduduk pada tahun 1960, tetapi dari hasil wawancara dari beberapa tokoh desa bahwa jumlah penduduk Desa
Hutajulu pada tahun 1960 mencapai 500 jiwa dengan jumlah 100 KK Kepala Keluarga
17
.
2.3 Mata Pencaharian