Penyiapan Lahan dan Pembibitan

38

4.1 Penyiapan Lahan dan Pembibitan

Tanaman kemenyan tumbuh di daerah pegunungan dengan iklim pegunungan yang dingin.Lahan yang cocok untuk pertanian kemenyan ialah lahan yang berada pada ketinggian 600-1500 m di atas permukaan laut dan letaknya berada di hutan. Tidak ada penyiapan secara khusus untuk lahan pertanian kemenyan.Tanaman kemenyan dikelola dan diusahakan di hutan yang oleh masyarakat disebuttobbak. Jarak pemukiman masyarakat dengan hutan kemenyan cukup jauh, dan terkadang ditempuh selama tujuh sampai dengan sembilan jam perjalanan. Pertama, masyarakat merintis jalan dengan menebas semak-semak yang mengganggu jalan, agar petani bisa melihat langsung kondisi lahan yang akan ditanam kemenyan. 37 Tidak ada penyiapan secara khusus untuk lahan pertanian kemenyan. Awalnya kemenyan sudah ditemukan tumbuh secara liar di hutan areal Desa Hutajulu, sementara petani hanya melanjutkan penanaman pada lahan-lahan yang belum ditumbuhi kemenyan, sangat berbeda pada pertanian pada umumnya. Sebagian besar lahan-lahan tersebut tidak memiliki surat dari negara, karena pada tahun 1960 masyarakat bisalangsung memiliki lahan-lahan kosong yang ditemukan di hutan. Tanah tersebut akan ditanami kemenyan dan dibuat tanda agar orang lain mengetahui bahwa lahan tersebut sudah ada pemiliknya. 38 Mata pencaharian masyarakat Desa Hutajulu yang awalnya mencari rotan dan menggergaji di hutan yang menjadi alasan masyarakat menemukan kemenyan di 37 Wawancara, J. Lumban Gaol, Desa Hutajulu, 22 Juli 2015. 38 Wawancara , R. Situmorang, Desa Hutajulu, 23 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 39 hutan. begitu juga dengan lahan pertanian kemenyan yang ditemukan oleh masyarakat. Saat masyarakat mulai tertarik menanam kemenyan, maka mereka di hutan mencari rotan dan menggergaji sekaligus mencari lahan untuk menanam kemenyan. Di Desa Hutajulu lahan kemenyan didapatkan dari warisan orang tua dan akan dilanjutkan oleh anak-anaknya. Tetapi tahun 1960 nenek moyang dulu mendapatkan lahan dari hasil kerja keras mereka mengelola hutan dan menjadikan sebagai miliknya. Mulai tahun 1970-an lahan sudah merupakan warisan. Hal inilah yang menunjukkan bahwa masyarakat tahun 1970-an tidak perlu menyiapkan lahan lagi.Mereka hanya melanjutkan kemenyan yang sudah diwariskan oleh orang tua mereka. Mereka hanya mengganti pohon kemenyan yang sudah tua dengan menanam bibit kemenyan yang baru. 39 Lahan yang didapatkan oleh masyarakat Desa Hutajulu ada yang di wariskan berdasarkan marga. Berdasarkan marga yaitu hutan kemenyan diwariskan kepada marga yang sama. Contohnya, hutan kemenyan marga Lumban Gaol akan diwariskan kepada marga Lumban Gaol di Desa Hutajulu. Pengelolaan lahan kemenyan juga pada masa itu berdasarkan hukum adat yakni : 1. Kepemilikan dan peralihan kepemilikan. 2. Penentuan batas-batas kepemilikan, diantara mereka maupun dengan komunitas desa dan kecamatan lainnya. 3. Pemungutan dan penjualan hasil hutan kemenyan. 39 Ibid Universitas Sumatera Utara 40 4. Perawatan ada ritual 40 Hukum adat yang diyakini, diakui, dan ditaati sejak awal kala merupakan sebuah pembentukan karakter terhadap warga Desa Hutajulu agar tetap menjaga dan membudidayakan kemenyan. Dalam budaya Batak Toba adatlah yang menjadi hukum. Tidak tertulis namun terlaksana. Apabila hukum adat disalahgunakan maka hukum alam yang disebut sebagai karma akan terjadi dan akan dikucilkan dari desa tersebut. Demikian juga dengan konteks budaya Batak Toba tentang kemenyan yang dianggap sebagai kearifan lokal di Desa Hutajulu. Pengelolaan kemenyan secara tradisional harus berdasarkan hukum adat yang berlaku. Mulai dari kepemilikan, pengelolaan, sampai musim panen. 41 Pembibitan kemenyan di Desa Hutajulu masih bersifat alamiah, yakni dengan cara memindahkan bibit kemenyan yang tumbuh secara liar di sekitar pohon kemenyan yang sering disebut oleh masyarakat dengan lata habang. Petani kemenyan tinggal mencabut lata habang yang tumbuh secara liar disekitar pohon kemenyan dan memindahkan kelahan yang kosong. Hal ini sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Hutajulu mulai dari dibudidayakannya kemenyan pada tahun 1960 hingga akhir periode kajian ini. Bahkan, bukan hanya di Desa Hutajulu di desa-desa lainnya juga yang berada di Kecamatan Pollung penanaman kemenyan masih bersifat alamiah. Masyarakat Desa Hutajulu meyakini bahwa jika pembibitan dilakukan dengan cara modern yaitu membibit biji kemenyan ke dalam polibek dan ketika di 40 Lamria Simamora, Op.cit. hlm. 55. 41 Ibid. Universitas Sumatera Utara 41 tananam tidak menghasilkan getah dengan baik. Pembibitan secara tradisional sudah dilakukan mulai dibudidayakannya kemenyan maka masyakarat mengikuti tradisi yang sudah ada. 42 Penanaman bibit kemenyan yang sudah berdaun tidak mempunyai resiko, asalkan pada saat mencabut bibit harus dilihat pucuk daunnya apakah masih muda dan masih tertutup atau sudah terpisah. Penanaman bibit kemenyan yang berdaun muda dan masih tertutup tidak baik karena yang berdaun muda menjadi layu dan akhirnya mati. Apabila daunnya sudah cukup tua dan keras maka tanaman kemenyan yang kemenyan yang baru ditanam tumbuh dan berkembang. 43 Cara pembibitan seperti itulah yang sudah dilakukan oleh masyarakat Desa Huta Julu mulai dari dibudidayakannya kemenyan. Hal ini sudah diturunkan oleh leluhur mereka dan diajarkan kepada anak-anaknya, agar keturunanya dapat memahami dan akan mengelola hutan kemenyan seperti yang sudah dilakukan oleh nenek moyang mereka.

4.2 Penanaman dan Perawatan