Pemanenan SISTEM BUDIDAYA KEMENYAN DI DESA HUTAJULU TAHUN 1960-1990

46

1.6 Pemanenan

Pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap. Kriteria pohon kemenyan yang siap untuk dipanen yaitu ketika sudah berumur 7-10 tahun dan daunnya berwarna hijau muda dan rindang. Alat yang digunakan dalam proses panen kemenyan yaitu, pertama, parang, sebagai alat untuk menebas semak- semak yang ada disekitar batang kemenyan. Kedua,tali polang, yaitu alat yang dipakai untuk memanjat batang kemenyan hingga ke atas. Ketiga,agat panuktuk, yaitu alat yang digunakan untuk mengetuk batang kemenyan untuk memastikan bahwa kemenyan siap untuk disadap dan alat ini juga berfungsi untuk menutup kembali lobang yang disadap. Keempat, agat pencongkel, yaitu alat yang berfungsi untuk membuat saluran getah kemenyan dan alat ini juga dipakai untuk mengambil getah kemenyan. Kelima,bakkul, yaitu tempat hasil kemenyan. Keenam, guris, berfungsi untuk membersihkan lumut atau jamur yang ada pada batang kemenyan. Ketujuh, pangait. yang berfungsi untuk mengambil tumbuhan penopang atau tumbuhan parasit yang tumbuh pada batang kemeyan. Semua alat-alat yang digunakan oleh petani dalam pengerjaan pertanian kemenyan merupakan alat yang dibeli dari pasar. 49 Waktu penyadapan biasanya dilakukan pada waktu pagi hari sampai sore hari. Petani biasanya akan memulai penyadapan kemenyan di pagi hari dan biasanya satu orang petani hanya mampu menyadap 10 batang kemenyan satu hari. Penyadapan kemenyan dilakukan dengan cara, pertama, kulit ditakik dicongkel sampai sedikit 49 Wawancara, B. Banjar Nahor, Desa Hutajulu, 25 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 47 terangkat, dan tidak sampai lepas dengan panuktuk alat pemukul, lalu, permukaan kulit ini dipukul-pukul dengan gagang panuktuksebesar lingkaran lubang penyadapan yang diharapkan. Setelah 3-4 bulan, umumnya dalam takikan ini sudah terdapat kemenyan, dengan menggunakan agat alat pemanen, kulit yang menutup takikan dibuka untuk mengambil kemenyan dari lubang takikan. 50 Proses pengambilan getah kemenyan dimulai dari membersihkan yang sering disebut masyarakat mangguris saat pohon kemenyan diperkirakan berumur 7-10 tahun. Menurut petani kemenyan di Desa Hutajulu pohon kemenyan saat berumur 10 tahun ke atas bisa mengeluarkan getah dengan baik. Apabila umur kemenyan masih muda atau dibawah 10 tahun diperkirakan getah yang dikeluarkan tidak maksimal. Penyadapan getah bisa dilakukan terus menerus sampai pohon tua. Pohon kemenyan akan tetap menghasilkan getah dengan baik jika tanaman kemenyan ini tetap dijaga. 51 Penyadapan pohon kemenyan bisa dilakukan bila daunnya keras dan tua, berwarna hijau tua dan ujung daun harus runcing dan bisa menusuk daun muda, serta kulit batang cukup tebal agar getahnya banyak keluar. Apabila tanda-tanda itu sudah terlihat pada pada batang kemenyan maka petani sudah bisa melakukan pekerjaan menyadap. Alat-alat yang digunakan dalam proses penyadapan masih tergolong tradisional yang sudah diajarkan oleh nenek moyang mereka. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mangguris. Mangguris adalah kegiatan untuk membersihkan batang kemenyan dengan menggunakan guris sebagai 50 Maruari Sitompul “kajian pengelolaan hutan kemenyan styrax sp di Kabupaten Humbang Hasundutan, “pasca sarjana” . belum diterbitkan. Institusi Pertanian Bogor: Bogor. 51 Wawancara, Isson Sitinjak, Desa Hutajulu, 30 Juli 2015. Universitas Sumatera Utara 48 alatnya. Batang kemenyan dikikis pelan-pelan agar tumbuh-tumbuhan ataupun lumut- lumut yang ada dibatang terkikis bersih sehingga getah yang diperoleh bersih. Untuk melanjutkan sampai batang kemenyan ke atas petani menggunakan tali polang yaitu tali yang terbuat dari ijuk atau riman yang panjangnnya bisa mencapai sepuluh sampai dua belas meter. Untuk memanjat dengan menggunakan tali polang diperlukan dua buah gual yang terbuat dari kayu yang kuat dan ringan. Gual diikat dikedua ujung tali polang dan cara mengikatnya dengan meletakkan gual di batang kemenyan. Gual yang diikat harus kuat karena diatas gual yang kuat inilah petani berdiri sambil mengerjakan pohon kemenyan. Gual dibuat dengan kuat agar bisa menjadi pegangan petani sampai ke atas dan bisa konsentrasi mangguris kemenyan. Pengikisan kulit dengan guris dilakukan dengan hati-hati agar batang kemenyan tidak terluka. Setelah selesai kegiatan mangguris selanjutkan dilakukan penyadapan. Setelah selesai menyadap kegiatan selanjutnya adalah mengetuk manuktuk. Mengetuk adalah untuk menutup kulit yang disadap dengan cara mengetuk kulit sebanyak tiga kali ketukan dengan menggunakan agat panuktuk. Cara pengetukan kulit kemenyan tidak dilakukan kuat- kuat, apabila diketuk kuat kulit akan rusak dan terpisah dari batang serta getah tidak keluar dari batang. Batang kemenyan yang belum disadap berwarna coklat dan menjadi berwarna kemerah-merahan bila sudah disadap. 52 Waktu yang paling cocok untuk menyadap harus diselang-selingi musim hujan dan musim kemarau. Apabila misalnya dalam dua minggu hujan terus turun 52 Ibid Universitas Sumatera Utara 49 dan dilakukan penyadapan maka getah tidak akan keluar karena batang kemenyan basah karena banyak mengandung air. Demikian pula bila musim kemarau dilakukan penyadapan maka getahnya akan menjadi encer dan menetes. Padahal getah yang bagus dijual adalah getah yang menggumpal dan mengering di pohon yang disadap. Jika dalam satu minggu dibarengi hujan dan kemarau maka kemenyan yang disadap akan lebih baik karena getah akan keluar dan batang tidak lama basah karena langsung dikeringkan oleh sinar matahari. Setelah pohon disadap biasanya petani akan mengadakan ritual sebagai ungkapan rasa syukur dan doa dengan membuat itak gurgur yaitu tepung beras yang dicampur gula dan kelapa tanpa dimasak, dan daging untuk dimakan. Setelah makanan itu disediakan lalu di bawa ke hutan. Di hutan kemenyan, petani akan berdoa kepada Tuhan untuk meminta berkat agar kemenyan yang dikerjakan dapat menghasilkan getah yang banyak. Jadi makanan yang telah dihidangkan merupakan suatu alat untuk mengucap syukur pada Tuhan. Makan yang dihidangkan tersebut mengandung makna. Umpamanya adalah itak gurgur agar getah kemenyan mengalir deras gurgur. Tidak jarang juga dijumpai ketika sedang melakukan acara itu si perempuan ibu ikut ke hutan kemenyan untuk ikut berdoa, tetapi hanya saat acara itu. Ketika sudah siap didoakan maka perempuan akan diantar pulang, sementara laki-laki akan kembali ke hutan dan menginap disana. Dalam pengelolaan kemenyan tidak pernah perempuan dilibatkan karena jauh ke hutan dan pengerjaannya Universitas Sumatera Utara 50 merupakan pekerjaan laki-laki. Jadi, ibu-ibu tinggal di rumah mengurus anak juga mengerjakan pertanian lainnya. 53 Dari hasil wawancara pada masyarakat Desa Hutajulu setelah selesai menyadap satu pohon mereka akan berdoa dalam hati mereka agar kemenyan bergetah. Pada saat menyadap haruslah bersungguh-sungguh bekerja. Lalu batang kemenyan yang sudah selesai menyadap dipegang dan berdoa dibujuk seperti seorang ibu membujuk anaknya demikian halnya pula dilakukan petani agar pohon kemenyan bergetah banyak. Tidak semua batang kemenyan yang disadap mengeluarkan getah, terkadang ada yang kosong. Supaya getah kemenyan bisa mengasilkan dengan baik maka harus dibuat jarak penyadapan yang satu dengan yang lainnya. Jarak yang ditentukan petani kira- kira tigapuluh centi meter. Apabila tidak diberi jarak maka pohon kemenyan akan rusak karena terlalu banyak lubang yang terluka pada batang kemenyan. Jumlah baris penyadapan dalam satu batang pohon ditentukan oleh besar kecilnya pohon kemenyan. Menurut pengalaman petani, apabila pohon masih kecil maka cukup membuat dua baris penyadapan dan apabila pohon sudah besar akan dibuat tiga sampai empat baris penyadapan dalam satu batang. Pada saat menyadap, petani biasanya melantunkan syair: 53 Hotben Lumban Gaol, Op cit. Universitas Sumatera Utara 51 “parung simardagul-dagul” Sahali mamarung Gok bakkul, Gok bahul- bahul” Menyadap biasanya dilakukan oleh petani pada bulan Juli sampai Oktober, dan musim panen dilakukan setelah tiga sampai empat bulan kemudian. Setelah selesai menyadap, pohon akan dibiarkan selama kurang lebih empat bulan untuk menunggu getah kemenyan keluar. Menurut masyarakat, bila ditunggu sampai lima bulan akan lebih bagus getahnya karena akan lebih tebal. Namun jarang masyarakat membiarkan sampai lima bulan untuk menunggu empat bulan saja sudah tidak sabar. Hal ini karena tuntutan ekonomi. 54 Dalam pengerjaan pohon kemenyan ada juga pantangan yang harus dipatuhi petani yaitu memakai pakaian sederhana atau tidak terlalu bagus. Hal ini dimaksudkan untuk mengiba para penguasa pohon kemenyan supaya getah kemenyan dikeluarkan cukup banyak. Tradisi yang dilakukan para petani ini jauh sebelumnya sudah dilaksanakan nenek moyang mereka. Masyarakat mengungkapkan secara tidak langsung, nenek moyang dulu mengajarkan bagaimana bentuk atau cara bertatakrama saat meminta atau memohon. Kesederhanaan tersebut merupakan lambang atau simbol bagaimana agar petani kemenyan tetap sederhana dan rendah hati dalam 54 Lamria Simamora, Op.cit, Hlm. 39. Universitas Sumatera Utara 52 meminta hasil panen yang diharapkan. Pengelolaan kemenyan sudah mendarah daging meskipun ada pantangan tidak membuat mereka terbebani. 55 Hal ini sudah diajarkan oleh nenek moyang kepada keturunannya, terutama kepada anak laki-laki, karena merekalah yang nantinya mengelola kemenyan yang akan diwariskan oleh orang tua masing-masing kepada anak-anaknya. Pengerjaan lahan kemenyan secara tradisional masih berlaku hingga pada periode kajian ini.

4.4 Pengolahan Pasca Panen