84
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, telah dijelaskan latar belakang budidaya kemenyan hingga pada aspek ekonomi petani kemenyan di Desa Hutajulu.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa yang melatar belakangi budidaya kemenyan di Desa Hutajulu ialah faktor geografis, faktor keuntungan, budidaya
praktis dan warisan orang tua. Tanaman kemeyan sudah lama ditemukan tumbuh di areal hutan Desa Hutajulu, akan tetapi tidak dibudidayakan secara khusus.Kemenyan
tumbuh pada ketinggian 600-1500 m di atas permukaan laut. Sebelum tahun 1960 masyarakat Desa Hutajulu bermata pencaharian dari hasil hutan yaitu mencari rotan
dan menggergaji papan. Saat itu, yang diperoleh petani dianggap kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saat diketahui harga kemenyan tinggi dan
permintaan atas kemenyan meningkat akhirnya masyarakat mulai menanam dan membudidayakan kemenyan. Dari segi faktor keuntungan masyarakat merasa mampu
memperoleh hasil yang cukup. Budidaya yang praktis juga menjadi salah satu alasan budidaya kemenyan di Desa Hutajulu.
Sistem budidaya kemenyan di Desa Hutajulu masih sederhana. Lahan yang digunakan masyarakat harus dipastikan dahulu belum ada yang memiliki. Sebagian
besar lahan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Hutajulu tidak memiliki surat dari negara. Hingga tahun 1990 lahan kemenyan diperoleh dari warisan orang tua dan
Universitas Sumatera Utara
85
akan dilanjutkan oleh anak-anaknya. Untuk pembibitan kemenyan tidak dilakukan secara khusus, bibit kemenyan yang tumbuh secara liar akan dipindahkan ke lahan
yang kosong. Penanaman bibit kemenyan dilakukan dengan cara menggali lobang kecil dengan menggunakan parang atau tongkat runcing. Yang perlu diperhatikan
dalam penanaman yaitu jarak bibit kemenyan dengan pohon kemenyan disampingnya ialah berjarak 4-5 meter. Untuk perawatan kemenyan dibagi atas dua jenis, yaitu:
pertama, untuk perawatan pada pohon yang kecil dan sampai besar hingga bisa dikatakan berproduksi. Kedua, perawatan untuk pohon kemenyan yang sudah tua,
yakni pohon yang sudah tidak bisa memproduksi getah kemenyan. Pemanenan dilakukan ketika daun kemenyan sudah berwarna hijau muda dan rindang. Pohon
kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm dan sudah berumur 7-10 tahun sudah bisa disadap. Setelah selesai proses penyadapan, petani akan menunggu kurang lebih
selama empat bulan untuk memanen getah kemenyan. Proses pengolahan pasca panen dilakukan dengan membersihkan getah kemenyan dari kotoran-kotoran.
Setelah itu,kemenyan yang diperoleh disortir untuk menyesuaikan harga.Setelah proses ini dilakukan, kemenyan bisa dijual kepada pedagang pengumpul yang berada
di Desa Hutajulu. Perkembangan pertanian kemenyan di Desa Hutajulutahun 1960-1990, dapat
dilihat bahwa hampir 90 masyarakat Desa Hutajulu bertani kemenyan. Dalam kurun waktu 30 tahun petani kemenyan setiap tahun bertambah 6 petani. Bertambah 6
petani dengan asumsi setiap KK itu adalah pemilik kemenyan. Jadi setiap tahunnya
Universitas Sumatera Utara
86
petani kemenyan mengalami peningkatan. Dari jumlah areal yang digunakan, luas areal kemenyan Desa Hutajulu mengalami penambahan yakni 306 ha di tahun 1960
menjadi 504 ha tahun 1990. Seiring bertambahnya areal, maka jumlah pohonpun bertambah. Tahun 1960 jumlah pohon kemenyan masyarakat Desa Hutajulu
diperkirakan 137.149,2 pohon, dan tahun 1990 yakni 314.092,8 pohon. Hal ini terjadi karena luas lahan bertambah dan masyarakat makin intensif menanam kemenyan
dengan mengoptimalisasi lahan.Disisi lain, untukproduksi kemenyan, kuantitasnya bertambah sedangkan kualitas relatif menurun. Kuantitas produksi kemenyan tahun
1960 yakni 543,1kgminggu dan tahun 1990 adalah 1.243,807 kgminggu, sedangkan kualitas kemenyan di tahun 1960 untuk mata kasar 52, dan tahir 48, sementara
kualitas kemenyan tahun 1990 adalah mata kasar 46 dan tahir 54. Pertanian kemenyan di Desa Hutajulu tidak memerlukan modal biaya
produksi yang besar. Modal yang dikeluarkan oleh petani yakni pembuatan gubuk atau tempat penginapan, pembelian peralatan pertanian, konsumsi, dan upah tenaga
kerja. Total modal yang dikeluarkan oleh petani pada tahun 1960 diperkirakan Rp.800bulan dan modal tahun 1990 sekitar Rp.55.600bulan. Untuk pemasaran
kemenyan masyarakat Desa Hutajulu menjual hasil kemenyan dalam dua bentuk yakni: mata kasar dan tahir. Harga mata kasar lebih tinggi dari tahir. Kemenyan dijual
kepada pedagang pengumpul yang berada di Desa Hutajulu, namun sebagian juga ada yang menjual langsung ke pasar. Penghasilan petani dapat hitung dari hasil
pendapatan dikurangi dengan besarnya modal yang dikeluarkan. Besarnya hasil
Universitas Sumatera Utara
87
penjualan kemenyan dan hasil pertanian lainnya dapat diketahui dari tabel 14, petani mendapat untuk perekonomian petani.
Dari perhitungan penulis pertanian kemenyan di Desa Hutajulu tahun 1960 berkontribusi sekitar 69-76 dan tahun 1990 sekitar 67-79 terhadap
penghasilan petani. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Hutajulu sangat tergantung dari hasil pertanian khususnya kemenyan. Penghasilan
yang diperoleh masyarakat mampu meningkatkan taraf kehidupan petani kemenyan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Hutajulusetelah
bertani kemenyan. mereka bisa melakukan perbaikan rumah, menyekolahkan anak- anak mereka ke perguruan tinggi, membeli kendaraan roda dua, menabung, dan
membeli perlengkapan rumah. Diakui oleh masyarakat bahwa dengan pertanian kemenyan ini memberikan kesejahteraan yang cukup buat mereka.
Universitas Sumatera Utara
88
7.2 Saran