Pengertian Persepsi Hakikat Persepsi

a. Faktor Fungsional Yang Menentukan Persepsi Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal –hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor personal. Faktor- faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi latin disebut sebagai kerangka rujukan frame of reference yang mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya. Menurut Mc.David dan Hariri yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, “para Psikologi menganggap konsep kerangka rujukan ini sangat berguna untuk menganalisis interpretasi spiritual dari peristiwa yang dialami ”. 8 b. Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi Faktor- faktor Struktural berasal dari sifat stimuli dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa “bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsi sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya ”. 9 Persepsi dilakukan secara keseluruhan tanpa terbagi-bagi dan bukan pula dilakukan hanya sebagian sebagaimana ketika dilakukan rangsangan maka yang lain merespon dan bagaimana dapat menafsirkan dari hasil respon tersebut ketika sistem yang dileburkan oleh rangsangan maka setiap sistem syaraf seluruhnya akan menerimanya. c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial Faktor Penerima yaitu Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara karakteristik kepribadian 8 Jalaludin Rahmat,Psikologi Komunikasi, Bandung: PT.Remaja Rosadakarya, 2005 , h.90. 9 Ibid, h.151 utama itu adalah konsep diri, nilai, sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat dalam dirinya. Fattah Hanurawan, lebih jauh menyatakan bahwa : Seseorang yang memiliki konsep diri self concept tinggi dan selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat orang lain secara memberi semacam kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistik, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki konsep diri rendah, nilai dan sikap seseorang tidak lagi memberi sumbangan bagi pendapat seseorang tentang orang lain. Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang. Harapan-harapan sering kali penilaian terhadap orang lain ke arah tertentu. 10 Dari berbagai pengertian diatas baik menurut para ahli maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi dengan menggunakan alat indera baik indera peraba, penglihatan, pendengaran dan sebagainya serta berfikir tentang orang lain dimana manusia dengan lingkungannya dan bagaimana individu menggambarkan terhadap orang lain baik dalam meramalkan mengamati dan mencirikan bagaimana gambaran orang lain tersebut dalam dunia sosial nya serta proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan dengan apa yang diterima stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan kemudian individu baru menyadari tentang seuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu dapat menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di sekitarnya tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Sebagai proses yang diterimanya rangsangan melalui panca indra didahului oleh perhatian sehingga indivu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun yang terdapat dalam diri individu. 10 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset. Cet. Ke-1, 2010, h.37.

B. Masyarakat Cina Benteng

1. Pengertian Masyarakat

Konsep mengenai masyarakat sudah sering kita dengar dan tidak asing lagi. Meskipun demikian secara mudah dapat diartikan bahwa masyarakat itu berarti sekumpulan warga namun banyak konsep masyarakat itu sendiri dan sangat sulit dipahami. Menurut Munandar Soelaeman, “dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya bergaul, adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur kekuatan lain”. 11 Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia terkait dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi oleh orang lain. Melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif dari orang lain. Menurut Koentjaraningrat, “masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi”. 12 Setiap kesatuan manusia yang berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus dan dan adanya saling berinteraksi memang penyebab bahwa dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi. Kemudian memungkinkan para warganya yang secara intensif dan aktif untuk berinteraksi dengan siklus yang terus berulang-ulang yang menjadikan potensi cara berinteraksi dengan potensi yang lebih tinggi. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi merupakan masyarakat, akan tetapi karena suatu 11 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Penerbit Eresco, 1993, Cet ke- 6, h.63. 12 Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002, h.144. masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat jika memiliki ikatan lain yang khusus contohnya, sekumpulan orang yang berkerumun di loket antrian konser biasanya kita anggap sebagai masyarakat, karena meskipun kadang-kadang berinteraksi tetapi hanya terbatas karena tidak mempunyai suatu ikatan yang khusus melainkan perhatian kepada tiket konser tersebut. Menurut S.Nasution, “masyarakat adalah sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia, masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang sangat besar maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok, tiap orang menjadi anggota keluarga yang terdiri atas ibu-ayah dan anak, dan sebagainya”. 13 Dengan demikian masyarakat digambarkan terdiri atas kelompok dan meliputi seluruh umat manusia. Abu Ahmadi menuliskan pernyataan M.M. Djojodiguno di dalam bukunya mengen ai definisi masyarakat, bahwa ”masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama anatara manusia dengan manusia”. 14 Dengan demikian, masyarakat digambarkan yaitu sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan, tradisi, dan sikap perasaan yang sama dan khusus dalam kehidupan bersama yang selarasa dan seimbang. Sudah dipastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan, dengan nilai-nilai kebudayaan anggota masyarakat mengetahui apakah layak atau tidak, pantas atau tidak, baik atau seharusnya. Nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut dapat bersifat positif dan negatif, apabila positif yakni apa yang diinginkan dan negatif yakni apa yang tidak diinginkan, semisal soal kebersihan, kesopanan, atau penipuan dan kekerasan.kebudayaan mempengaruhi individu dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga terjadi perubahan sosial. 13 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010, h.60. 14 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Penerbit Bina Aksara 1988, h.96-97. Koentjaraningrat, “menjabarkan kebudayaan berasal dari kata latin colore yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai “segala daya upaya sserta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.” 15 Menurut Soerjono Soekanto, “kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan lainnya di dalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya”. 16 Kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan masyarakat juga terbatas didalam memenuhi segala kebutuhan masyarakat, disamping adat istiadat, ada kaidah-kaidah yang dinamakan peraturan hukum yang biasanya sengaja dibuat untuk mnegatur dan mempunyai sanksi tegas peraturan yang mewujudkan agar suatu keserasian dan meperhatikan hal- hal yang bersangkut-paut dengan keadaan dalam masyarakat tersebut. Menurut T.O. Ihromi, “kebudayaan merupakan hasil proses belajar, kebudayan merupakan cara berlaku yang dipelajari, kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewaris melalui unsur genetis. Perlu ditegaskan hal itu agar dapat dibedakan perilaku budaya dari manusia dan primat lain tingkah laku yang hampir selalu digerakan oleh naluri”. 17 Setiap manusia dipengaruhi oleh insting dan naluri yang walaupun bukan termasuk bagian dari kebudayan, namun mempengaruhi kebudayaan. 15 Koentjaraningrat, Op.Cit., h.182 16 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, h.155. 17 T.O. Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006, Edisi 12, h.18.

2. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk

Kota Tangerang terletak di bagian utara provinsi Jawa Barat, tepatnya di sebelah Barat Kota Jakarta. Wilayah ini sekarang bukan lagi bagian Jawa barat melainkan Banten karena sejak tahun 1999 ketika Banten memisahkan diri dari Jawa Barat dan menjadi Provinsi Banten, Tangerang menjadi menjadi salah satu bagian wilayahnya. ’ Menurut Mumuh Muhsin, “kota Tangerang terbagi atas 13 Kecamatan, yaitu Kecamatan Batu Ceper, Kecamatan Benda, Jatiuwung, Karang tengah, Cipondoh, Cibodas, Ciledug, Karawaci, Neglasari, periuk, Pinang, dan kecamatan Tangerang. Secara geografis Tangerang memiliki letak yang Strategis, karena berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan ”. 18 Sebagai daerah yang sedang berkembang, kota Tangerang mempunyai Visi dan Misi. Untuk mewujudkan visi pengembangan Kota Tangerang sebagai kota Industri dan perdagangan yang modern, sebagai tuntutan zaman pemerintah kota Tangerang harus menggerakkan dan mengarahkan Kota Tangerang yang mandiri baik dari sektor apapun. Visi kota Tangerang yaitu “menuju kota industri, perdagangan dan pemukiman yang ramah lingkungan dalam masyarakat yang ber-akhlaqulkarimah “. Misi adalah suatu kemauan yang kuat dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan umum untuk mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada akhir dan kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan-tujuan yang harus dicapai sebagai prasyarat terwujudnya visi. dari rumusan visi diatas, dapat diuraikan misi Kota Tangerang adalah : 1. Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publi 3. Peningkatan tata kepemerintahan yang baik dan mewujudkan pemerintahan yang ramah lingkungan . 18 Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, Bandung: Izda Prima, h.181 Di kota Tangerang Inilah, terdapat tempat ibadah tertua Cina yang disebut Klenteng Boen Tek Bio.Terletak di Jalan Bakti No.4 Sukasari, Kecamatan Tangerang. Di sekitar kawasan itu juga terdapat tempat tinggal, pasar dan masyarakat Cina Benteng mendiami kawasan tersebut. keberadaan klenteng Boen Tek Bio, yang didirikan sekitar tahun 1684, ini sangat erat kaitannya dengan sejarah Kota Tangerang. Melihat sisi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Tangerang, Khususnya masyarakat Cina Benteng, sangat variatif. Sama seperti keagamaan yang tersebar di daerah-daerah lainnya di Indonesia, agama islam menduduki jumlah penduduk yang mayoritas pemeluknya, sebanyak 10.948 jiwa. Dan penduduk agama Budha berada di peringkat kedua, sebanyak 5.949, termasuk khonghucu dan Tao di dalamnya. 3.Penyebutan Cina Benteng Masuknya orang Cina ke Indonesia sudah terjadi sejak abad ke 3 masehi dengan melalui jalur perdagangan. Kedatangan orang Cina secara besar-besaran terjadi pada abad ke 18 untuk mencari penghidupan yang lebih baik di luar Tiongkok. Mereka yang datang ke Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu Hokkian, Tio Chiu, Hakka, Hainan, dan Henghua. 19 Menurut Mumuh Muhsin, “mendaratnya rombongan Halung di muara Cisadane sedikitnya membawa tujuh kepala keluarga dan membawa sekitar 100 orang berada di kapal karam itu. Rombongn ini kemudian menghadap Sanghyang Anggalarang untuk memohon pertolongan”. 20 Gelombang kedua, kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang dalam buku “Nusa Jawa Silang Budaya“. pada tahun 1740 di bawah pimpinan Gubernur Jendral Andrian Valkenier telah terjadi pembantaian massal terhadap masyarakat Cina, lebih dari 10.000 19 M.Iksan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1, h.vii. 20 Mumuh Muhsin, Bunga rampai rona-rona sejarah dan budaya, Bandung: Izda Prima, h.184.