Mekanisme karsinogenesis Faktor lingkungan

ini adalah aflatoksin suatu produk dari Aspergillus flavus . Data epidemiologik menunjukan kemungkinan bahwa toksin ini yang antara lain didapat dalam kacang- kacangan yang jamuran, mempunyai peran dalam terjadinya kanker hepar pada manusia Bosman,1999.

2.2.7 Mekanisme karsinogenesis

Pada umumnya karsinogen kimia merupakan senyawa elektrofilik atau dapat dimetabolisme menjadi senyawa yang memiliki sifat tersebut. Senyawa elektrofilik ini dapat bereaksi dengan pusat nukleofilik terutama atom N dan O, kadang-kadang S pada makromolekul seperti DNA, RNA dan protein. Pengikatan secara kovalen dan perubahan pada molekul-molekul vital ini tidak dapat diperbaiki, menetap, dan mengakibatkan hilangnya sifat serta kontrol pertumbuhan sel yang normal transformasi ganas. Perubahan pada DNA diyakini berkaitan dengan mutasi, seperti mutasi titik substitusi pasangan basa atau mutasi frame-shift, yang berakibat pengaktifan onkogen misalnya ras proto-onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Karsinogen yang menyebabkan perubahan pada metri genetic disebut genotoksik. Asbes merupakan karsinogen non-genotoksik , menyebabkan disjunction melalui pengikatan pada spindle fibers pada saat mitosis dan menyebabkan anueploidi Bosman, 1999; Asikin, 2001. Eksperimen Berendbulm pada tahun 1941 pada mencit yang dicat berulang kali selama beberapa waktu dengan benzo [a]piren = B[a]P , suatu hidrokarbon aromatik pada kulit yang telah dicukur, berakibat pertumbuhan tumor pada bagian kulit tersebut. Pengecatan dengan B[a]P hanya satu kali, dan dilanjutkan dengan pemberian minyak kroton beberapa kali, juga menyebabkan terjadinya tumor kulit. Perlakuan dengan minyak kroton saja ternyata tidak berpengaruh. Berenblum sampai pada kesimpulan yang diterima sampai kini bahwa karsinogenesis merupakan peristiwa yang berlangsung melalui beberapa tahapan multistep , dari tahap inisiasi yang bersifat ireversibel dan memerlukan karsinogen, promosi yang reversible, dan selanjutnya progresi dan metastasis Bosman, 1999; Asikin, 2001; Irish, 2003. IBRAHIM IRSAN NASUTION : HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KARSINOMA NASOFARING, 2008. Tahapan proses karsinogenesis dapat dirinci sebagai berikut : 1. Tahap 1 bila perlu biotransformasi suatu zat pro-karsinogen menjadi senyawa yang reaktif elektrofilik terhadap DNA. 2. Tahap 2 inisasi pengikatan kovalen kepada DNA. 3. Tahap 3 inisiasi stabilisasi mutasi pada DNA aktivasi onkogen atau inaktivasi supresor. 4. Tahap 4 promosi ekspresi mutasi, perubahan fungsi selular ekspresi gen, fungsi reseptor. 5. Tahap 5 promosi pertumbuhan neoplastik, terdeteksi secara klinik atau patologi. 6. Tahap 6 progresi manifestasi pertumbuhan tumor secara kualitatif dan kuantitatif. 7. Tahap 7 metastasis penyebaran sel yang mengalami transformasi ke bagian lain tubuh, berkembang menjadi tumor sekunder. Proses karsinogenesis pada manusia dapat berlangsung selama 15-30 tahun. Pada tahap inisiasi sel terpapar dengan dosis yang tepat dari suatu bahan karsinogen inkomplit, menyebabkan kerusakan permanen pada DNA, yang bila sel membelah diteruskan ke generasi berikutnya. Inisiasi diikuti dengan masa laten secara klinik. Senyawa kimia yang dapat memulai inisiasi proses transformasi sel normal menjadi ganas berbagai hidrokarbon aromatic dan aflatoksin B 1 disebut sebagai prokarsinogen . Beberapa senyawa dapat meningkatkan keampuhan karsinogen dan disebut kokarsinogen, bekerja dengan mengubah ambilan atau metabolisme karsinogen oleh sel. Contohnya alkohol pada karsinoma sel skuamosa SCC, pirogalol pada SCC akibat B[a]P , dan senyawa arsenit pada kanker akibat sinar ultraviolet Asikin, 2001. Faktor-faktor yang mempermudah karsinogenesis mempersingkat masa laten tumor dan disebut promoter . Struktur kimia promoter sangat bervariasi, seperti sakarin, fenobarbital, estrogen, prolaktin, dan ester forbol. Mekanisme promosi belum diketahui dengan jelas, berbagai promoter kelihatannya bekerja dengan merangsang proliferasi IBRAHIM IRSAN NASUTION : HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KARSINOMA NASOFARING, 2008. sel. Ester forbol diketahui mengakibatkan single-strand break pada DNA, disamping berikatan dengan reseptor membran, suatu protein kinase C, yang merupakan perantara dalam kegiatan PDGF platelet derived growth factor , mitogen yang disandi oleh proto-onkogen c-sis. Pengaktifan protein kinse tersebut mempengaruhi metabolosme fosfat, meningkatkan ion Ca ++ serta pH intraseluler, dan selanjutnya memicu proliferasi sel Asikin, 2001.

2.2.8 Hubungan merokok dengan karsinoma nasofaring a. Bahan karsinogen di dalam rokok