USG hepar, jika dicurigai metastase ke hati Her, 2001.
Positron Emission Tomography PET,
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya tumor residual atau rekuren pada nasofaring Wei dan
Sham, 2005.
c. Pemeriksaan patologi anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi yang dilakukan dapat berupa. 1. Sitologi
Sedian sitologi eksfoliatif dari nasofaring didapat dengan beberapa cara seperti : melalui kerokan
scraping , sikatan
brushing , usapan
swab atau
dengan menggunakan alat khusus yang dihubungkan dengan penghisap. Cara diagnosis ini sangat mudah, murah dan tak menimbulkan rasa sakit,
akan tetapi hasilnya sering meragukan walaupun diperiksa oleh seorang ahli sitologi yang berpengalaman, sehingga pemeriksaan sitologi eksfoliatif
belum dapat diterima sebagai alat diagnosis untuk karsinoma nasofaring. 2.
Biopsi aspirasi jarum halus Sebagian besar karsinoma nasofaring ditemukan dengan pembesaran
kelenjar getah bening di leher. Untuk membuktikan pembesaran kelenjar getah bening merupakan metastase karsinoma nasofaring dilakukan
pemeriksaan biopsi aspirasi. Dengan cara ini dapat diketahui massa mengandung sel tumor ganas atau tidak dan jenis sel. Pemeriksaan ini
sangat sederhana dikerjakan dan hanya memerlukan sedikit peralatan dan pengalaman Kurniawan, 1995.
Biopsi aspirasi jarum halus juga dapat dilakukan pada massa tumor di nasofaring. Teknik ini telah digunakan oleh Lubis dimana dia melaporkan
kegunaan teknik biopsi aspirasi jarum halus pada nasofaring Lubis, 1993; Mulyarjo, 2002.
d. Histopatologi Diagnosis pasti karsinoma nasofaring ditegakkan dari pemeriksaan
histopatologi atas sediaan biopsi nasofaring. Disamping itu pemeriksaan
IBRAHIM IRSAN NASUTION : HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KARSINOMA NASOFARING, 2008.
histopatologi dapat menentukan subtipe histopatologi Sudyartono dan Wiratno, 1996.
d. Pemeriksaan imunohistokimia
Merupakan teknik deteksi antigen dalam jaringan yang melibatkan deteksi substansi kimia spesifik dalam jaringan dengan menggunakan derivat antibodi
terhadap substans. Antibodi digunakan terhadap potongan jaringan dan dibiarkan berikatan dengan antigen yang sesuai. Sistem deteksi digunakan untuk identifikasi
lokasi antibodi menggunakan penanda molekuler yang dapat dilihat. Deteksi antibodi ini dihubungkan dengan molekul petanda seperti zat flouresens atau suatu
enzim yang mengkatalis reaksi lebih lanjut membentuk produk berwarna yang dapat dilihat Sudiana, 2005.
e. Pemeriksaan serologi