dinding lateral terutama disekitar muara tuba eustakius, dinding posterior dan bagian nasofaring di palatum mole. Struktur limfoid ini merupakan lengkung bagian atas dari
cincin Waldeyer
Chew, 1997.
2.2 Karsinoma Nasofaring KNF 2.2.1 Karsinoma nasofaring
Karsinoma nasofaring KNF adalah karsinoma sel skuamosa yang terjadi pada lapisan epitel di nasofaring. Tumor ini menunjukkan derajat diferensiasi yang
bervariasi dan sering tampak pada pharyngeal recess
fossa Rosenmuller’s
Wei dan Sham, 2005. Karsinoma nasofaring termasuk karsinoma sel skuamosa kepala dan leher
yang unik. Insiden terjadinya secara geografis menunjukkan gambaran yang bervariasi. Walaupun KNF jarang terjadi di seluruh dunia, tumor ini merupakan salah satu tumor
ganas yang sering terjadi di negara-negara Asia Tenggara maupun di China, dimana insidennya dari 20 sampai 50 per 100.000 penduduk Krishna
et al , 2004.
2.2.2 Patologi Karsinoma Nasofaring a. Makroskopis
Secara makroskopis pertumbuhan karsinoma nasofaring dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu ulseratif, nodular, dan berbentuk eksofitik. Dari 211 kasus KNF, Choa
mendapatkan 59 124 berbentuk ulseratif, 25 55 nodular, dan 15 32 eksofitik. 1. Bentuk
ulseratif Bentuk ini paling sering dijumpai pada dinding posterior atau di daerah fosa
Rosenmuller. Kadang-kadang terdapat di dinding lateral di depan tuba eustakhius dan di atap nasofaring. Lesi ini biasanya kecil disertai jaringan nekrotik dan sangat
mudah mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitarnya. Tumor bentuk ini dapat berkembang dari dinding lateral atau atap nasofaring ke daerah petrosfenoid di basis
kranii melalui saluran yang dibentuk oleh faring. Penjalaran ke intrakranial sangat mudah terjadi melalui daerah lemah foramen laserum dan ovale. Penjalaran secara
petrosfenoid ini akan mengenai ganglion Gaseri dan sinus kavernosus beserta saraf-
IBRAHIM IRSAN NASUTION : HUBUNGAN MEROKOK DENGAN KARSINOMA NASOFARING, 2008.
saraf kranial di sekitarnya. Tumor cepat membesar, meluas dan merusak foramen- foramen di basis kranii dan masuk kedalam fosa kranii media.
2. Bentuk nodulerlobuler
Bentuk ini paling sering timbul di daerah tuba eustakhius, sehingga cepat menyebabkan sumbatan tuba. Tumor ini biasanya berbentuk seperti anggur atau
polipoid tanpa ada ulserasi kecil bila dibandingkan dengan besarnya tumor yang terlihat. Tumor ini mula-mula mengadakan infiltrasi di sekitar tuba eustachius dan
meluas masuk ke dalam ruang maksilofaring dan mengadakan kompresi cabang mandibular saraf trigeminus V2, tumor dapat menjalar ke bawah mendesak
palatum mole dan mudah menyebar ke daerah petrosfenoid di basis kranii. Walaupun saraf-saraf kranial berada di sekitar tumor dan pertumbuhan tumor sangat
cepat, tetapi kompresi saraf-saraf kranial baru timbul setelah terjadi erosi basis kranii dan masuk ke dalam fosa serebri media. Pada stadium lanjut tumor dapat
mengadakan invasi ke dalam rongga orbita melalui fisura orbita inferior dan melalui sinus etmoid masuk ke sinus maksila.
3. Bentuk eksofitik
Bentuk ini biasanya tumbuh pada satu sisi nasofaring, tidak terdapat ulserasi, kadang-kadang bertangkai dan permukaannya licin. Tumor ini tumbuh dari atap
dapat mengisi seluruh rongga nasofaring. Tumor dapat mendorong palatum mole ke bawah dan tumbuh ke arah koana dan masuk ke kavum nasi. Tumor bentuk ini
cepat mencapai sinus maksila dan rongga orbita sehingga menyebabkan eksoptalmus unilateral atau menonjol ke luar nares anterior. Pada daerah tuba
eustakhius, tumor bentuk ini lebih cenderung tumbuh secara submukosa ke arah basis kranii. Kompresi saraf kranial terjadi bila besarnya tumor cukup besar
Ackerman dan Del Regato, 1970, Armiyanto, 1993.
b. Mikroskopis histopatologi