5.2.3 Fungsi sebagai Pengajaran Adat
Fugsi lain yang terkandung dalam ndungndungen Karo adalah sebagai alat pengajaran adat. Adat pada dasarnya merupakan hasil perumusan dan pemikiran
masyaakat yang tercipta akibat kebutuhan sosial manusia untuk mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya. Salah satu aspek yang mendasari tata kehidupan
masyarakat Karo adalah daliken sitelu. Daliken sitelu merupakan sistem kekerabatan atau kekeluargaan yang mendasari tata tingkah laku setiap individu masyarakatnya.
Segala permasalahan dan peraturan hidup baik yang menyangkut peristiwa kelahiran, perkawinan, kematian, bahkan sampai pada pergaulan sehari-hari bertolak dari unsur
peraturan daliken sitelu. Sehubungan dengan kenyataan itu, adat sering dimanifestasikan melalui apa-
apa yang dihasilkan atau diciptakan oleh masyarakat pendukungnya. Salah satunya dapat dilihat dari hasil sastra lisan ndungndungen. Berikut ini contoh ndungndungen
yang berisi tentang adat istiadat pada masyarakatnya. Contoh
: Adi lawes ku bulan julu
Singgah arah aji julu Adi ndahi kalimbubu
Ula lupa baba anak beru Artinya
: Kalau pergi ke Bulan Julu Singgah dulu Aji Julu
Jika mendatangi kalimbubu Jangan lupa bawa anak beru
Hukum adat pada masyarakat Karo, bila hendak mendatangi kalimbubu dengan maksud tertentu harus terlebih dahulu membawa anak beru sebagai perantara.
Kemudian, dalam hal bicara kepada pihak kalimbubu juga harus memakai anak beru
Rosita Ginting : Nilai Dan Fungsi Ndungndungen Karo, 2009
sebagai perantaranya juru bicara, tidak boleh langsung-langsung saja karena akan dianggap sebagai orang yang tidak beradat. Pada masyarakat Karo, terutama dalam
hubungan kekeluargaan, masalah adat harus tetap diperhatikan. Misalnya, menghindarkan terjadinya pandangan yang tidak baik dari pihak si mehangke
terhadap diri kalimbubu atau anak beru yang disebabkan karena tidak sengaja tersapa atau tertegur ataupun terlihat oleh si mehangke bahwa mereka sedang bicara.
Dalam kehidupan masyarakat Karo, yang termasuk si mehangke atau orang- orang yang tabu atau yang sangat disegani ini adalah turang saudara laki-laki si
gadis dan ayah si gadis. Selain itu dari pihak si pemuda, misalnya turangku suami dari saudara prempuan si pemuda, dan ibu serta paman si pemuda.
Kalimbubu merupakan salah satu unsur daliken sitelu yang harus di hormati kedudukannya di dalam kehidupan sehari-hari atau di masalah adat. Kalimbubu
adalah golongan pemberi dara atas dasar itu mereka selayaknya dihormati oleh seluruh anak berunya. Sehubungan dengan kedudukannya itu, rasa hormat anak beru
dapat diungkapkan dengan sebutan Dibata si idah Tuhan yang nampak. Pada masyarakat Karo, golongan anak beru golongan penerima dara
merupakan golongan pekerja yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pesta adat. Di samping itu anak beru lah menjadi tempat bermusyawarah atau tempat
bertanya kaum keluarga sebelum akhirnya bermusyawarah tersebut diajukan kepada pihak kalimbubu. Dalam hal ini senina saudara pun turut serta pula. Berkaitan
dengan dialog tersebut jelas dinyatakan bahwa anak beru merupakan golongan
Rosita Ginting : Nilai Dan Fungsi Ndungndungen Karo, 2009
pekerja adat yang akan diutus si pemuda untuk meminang si gadis ke rumah orang tuanya apabila mau menikah.
5.2.4 Fungsi Pengungkapan Emosional