Kemudian dilanjutkan dengan ndungndungen berikut : Contoh :
Rirang-rirang gumpari Rirang
meruah-ruah Sirang gia kita pagi
Gelah sirang mejuah-juah Artinya
: Rirang rirang gumpari Rirang
tercabut-cabut Berpisah pun kita nanti
Berpisah dalam keadaan sehat-sehat Kalau ada pertemuan pasti ada perpisahan dan diharapkan perpisahan itu
jangan membawa penyakit, tetapi berpisah dalam keadaan sehat-sehat.
5.2.2 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma-Norma Sosial
Di dalam kehidupan masyarakat Karo, terdapat peraturan-peraturan hidup yang harus ditaati setiap anggota masyarakat. Peraturan atau adat istiadat tersebut
biasanya berguna untuk mengatur sistem hubungan kekeluargaan maupun kehidupan sesama. Wujud adat istiadat itu misalnya masalah tatakrama, sopan santun yang harus
dilaksanakan di dalam kehidupan bermasyarakat. Manifestasi adat istiadat tersebut terlihat pada penggunaan ndungndungen di
dalam masyarakat Karo. Ndungndungen tersbut umumnya mengandung nilai-nilai moral dan ajaran serta kesopanan yang diwujudkan melalui kata-kata dan bahasa
yang dipergunakan. Pada ndungndungen Karo dapatkita telusuri masalah yang paling menonjol berkaitan dengan penggunaan ndungndungen adalah masalah yang erat
kaitannya dengan tata krama dan kesopanan. Dari setiap tutur kata dan ujaran yang diucapkan jelas sekali menggambarkan bahwa etika dan tata krama merupakan salah
Rosita Ginting : Nilai Dan Fungsi Ndungndungen Karo, 2009
satu aspek yang paling urgen di dalam pergaulan masyarakatnya. Misalnya, sangat jarang mengatakan maksud yang sebenarnya, tapi menggunakan sampiran terlebih
dahulu sebagai pengantar baru mengutarakan isi yang merupakan maknamaksud sebenarnya.
Contoh 1 : Disuruh Dibata sikeleng-kelengen
Sisampat-sampaten asa kengasupen Mbue mekap tuhu siman bahanenta
Radu ras kerina kita ndahikenca Artinya:
Disuruh Tuhan saling mengasihi Tolong-menolong sesuai kesanggupan
Tentu banyak yang harus kita lakukan Sama-sama semua kita melakukannya
Ndungndungen ini mengandung nilai sosial hubungan manusia satu sama lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dimana satu sama lain harus saling memperhatikan
di samping itu ndungndungen ini juga mengandung nilai didaktis yang mana baris pertama menganjurkan bahwa manusia itu memang telah tercipta untuk hidup saling
tolong. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri artinya ketergantungan terhadap yang lain memang dengan sendirinya telah terjadi demikian.
Oleh karenanya, hidup berdampingan dan saling tolong serta berkasih-kasihan memang itulah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang demikian akan
menghasilkan kerukunan dan kedamaian. Contoh 2 :
Bas nampati teman la ngarapken balas Pusuh peratenta aruslah meciho
Tuhan ersimulih ibereNa lampas Sangapen kap mere asang kita ngalo
Rosita Ginting : Nilai Dan Fungsi Ndungndungen Karo, 2009
Artinya : Dalam menolong teman tidak mengaharapkan balas Hati kita haruslah bersih suci
Tuhan yang membalas diberinya cepat Lebih baik memberi daripada meminta
Ndungndungen ini mengandung nilai sosial yang mana baris pertama dan kedua memberikan arahan terhadap nilai didikan. Baris ketiga dan keempat
memberikan petunjuk dan hasil daripada didikan tersebut. Di dalam ndungndungen ini dikatakan bahwa apabila seseorang menolong teman tidak perlu mengharapkan
balasannya hanya dari Tuhan. Suatu didikan moral yang lebih menekankan kepada kepribadian seseorang, bagaimana menentukan sikap hidup yang baik, tidak hanya
memikirkan diri sendiri namun juga memikirkan orang lain. Didikan kepribadian ini memberikan didikan agar kehidupan seseorang lebih memperhatikan kehidupan di
sekitar lingkungannya sehingga hubungan sosial yang positif akan terjadi. Masih berkaitan dengan masalah kesopanan, melalui ndungndungen dapat
pula kita telusuri ada suatu kebiasaan yang harus dilakukan bila ingin menjalin persahabatan atau perkenalan dengan orang yang sama sekali belum dikenal.
Kebiasaan itu adalah ertutur berkenalan. Ertutur dalam adat Karo merupakan suatu upaya untuk menghindarkan terjadinya suatu pembicaraan yang tabu atau pantang.
Kerena mungkin saja orang yang kebetulan kita sapa merupakan si mehangke orang yang dilarang berbicara bagi kita. Oleh karena itu dengan melakukan ertutur,
tindakan maupun perkataan dapat diarahkan sesuai dengan hubungan kekerabatannya.
Rosita Ginting : Nilai Dan Fungsi Ndungndungen Karo, 2009
5.2.3 Fungsi sebagai Pengajaran Adat