Tabel 2.1. Diagnosis banding acne vulgaris K.Wolff et al., 2009 dalam Titus et al., 2012
Diagnosis Perbedaan Manifestasi Klinis atau Faktor Pembeda
Folikulitis bakterial Erupsi mendadak; menyebar jika digaruk atau bercukur;
distribusinya bervariasi Drug-induced acne
Pada penggunaan androgen, ACTH, bromida, kortikosteroid, kontrasepsi oral, iodida, isoniazid, litium,
fenitoin Dilantin
Hidradenitis suppurativa
Double comedo; muncul awalnya seperti painful boil; traktus sinus
Miliaria “Heat rash” sebagai respon terhadap adanya paparan
panas; papul, pustul, dan vesikel nonfolikular Dermatitis perioral
Papul dan pustul yang terbatas di daerah dagu dan lipatan nasolabial; clear zone disekitar vermilion border
Pseudofolliculitis barbae
Terjadi pada orang berambut keriting yang secara teratur memangkas rambutnya sangat pendek
Rosacea Eritema dan telangiektasis; tidak ada comedone
Seborrheic dermatitis
Sisik yang berminyak dan makula atau berwarna kuning kemerahan yang menyatu
2.7. Diagnosis Acne Vulgaris
Umumnya, keluhan penderita acne vulgaris adalah mengenai kosmetik, tetapi dapat pula penderita mengeluhkan sakit ataupun gatal. Pada pemeriksaan
kulit didapati erupsi kulit yang bersifat polimorfik, dapat berupa komedo tanda patognomonik acne vulgaris, papul, pustul, dan nodul. Salah satu dari tipe lesi
ini biasanya menonjol dan diagnosis ditegakkan berdasarkan lesi yang dominan berdasarkan klasifikasi yang dipakai Pindha, 2004.
Karena acne sering ditegakkan diagnosis secara klinis, umumnya tidak diperlukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan laboratorium. Tetapi, jika pasien
mengeluhkan tanda dan gejala yang dicurigai mengarah ke kelainan endokrin, misalnya infertilitas, PCOS, atau hirsutisme, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut misalnya, kadar testosteron, DHEA, LHFSH, 17- α-
progesteron, ACTH, danatau dexamethasone suppression. Indikasi lain yang membutuhkan pemeriksaan endokrin, misalnya alopesia, siklus menstruasi yang
abnormal, dan obesitas trunkus Nguyen, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Penatalaksanaan
Menurut Pindha 2004, tujuan yang paling utama dalam pengobatan acne vulgaris adalah mencegah trauma psikologis dan terjadinya jaringan parut.
Umunya, terdapat 4 prinsip utama dalam penatalaksanaan penderita acne, yaitu: 1.
Menurunkan aktivitas kelenjar sebacea 2.
Memperbaiki keratinisasi folikel 3.
Menurunkan jumlah bakteri yang berada didalam folikel terutama P. acnes sehingga mengurangi reaksi inflamasi yang yang salah satunya
ditimbulkan karena adanya produk inflamasi ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
4. Menghambat terjadinya inflamasi
Terapi utama untuk lesi comedonal dan inflamasi adalah menggunakan topikal retinoid dan benzoyl peroxide BPO. Retinoid menghambat pembentukan
microcomedone dan meregulasi keratinocyte folikular, serta mempunyai efek anti- inflamasi. Penggunaan topikal retinoid dapat menyebabkan iritasi, eritema,
deskuamasi, pruritus, dan rasa terbakar. BPO yang tersedia dalam bentuk cleanser, gel, ataupun facial wash mempengaruhi dismaturasi keratinocyte, P.
acnes, dan inflamasi serta mempunyai sifat antibakterial. Agen keratolitik, asam salisilat 2-3, sering digunakan bersama BPO. Antibiotik topikal, umumnya
clindamycin 1 atau sodium sulfacetamide juga mempengaruhi P. acnes dan inflamasi walaupun mekanismenya belum diketahui. Kombinasi BPO dengan
topikal retinoid merupakan cara yang terbaik dalam mengatasi resistensi P. acnes Arshdeep, 2013.
Antibiotik oral digunakan apabila terapi topikal tidak menunjukkan hasil atau tidak dapat ditoleransi. Antibiotik tetrasiklin merupakan kelas antibiotik oral
lini pertama, yang paling poten adalah minocycline. Beberapa antibiotik lain, misalnya
erythromycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, amoxicillin, dan azithromycin. Terdapat penurunan penggunaan erythromycin karena tingginya
resistensi bakteri Nguyen, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Komplikasi Acne Vulgaris