Pada kulit terdapat gen yang yang mengatur propiomelanocortin, CRH, dan corticotropin-releasing hormone receptor CRHR Slominski et al., 1995,
dalam Bhambri et al, 2009. Kelenjar sebaceous mempunyai peranan penting dalam innate immune system, memproduksi berbagai peptida antimikrobial,
neuropeptida, dan lipid antibakterial, misalnya sapienic acid C.Zouboulis et al., 2002 dalam Bhambri et al., 2009. Kelenjar sebaceous berfungsi sebagai organ
endokrin yang independen yang dipengaruhi oleh corticotropin-releasing hormone CRH C.Zouboulis et al., 2004 dalam Williams et al., 2011. CRH
dilaporkan menyebabkan lipogenesis dan meningkatkan ekspresi mRNA dari ∆5-
3- β-hydroxysteroid dehidrogenases, enzim yang mengkonversi
dehydroepiandrosterone menjadi testosteron di sebocytes manusia Zouboulis et al., 2002.
Gambar 2.1. The steroidogenic pathway Ewadh et al., 2011
2.4.2. Keratinisasi Abnormal dari Epitel Folikular
Hiperkeratinisasi di folikular infundibulum dan duktus sebaceous menghasilkan microcomedone. Pada mikroskop elektron, pola hiperkeratinisasi
menunjukkan retensi hiperkeratosis dengan peningkatan jumlah dan ukuran granul keratohyalin serta akumulasi droplet lipid dan pelipatan dari sel epitel yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan efek dari penekanan D.Knutson., 1974 dalam Kurokawa, I. et al., 2009.
IL- 1α diketahui menginduksi hiperkeratinisasi pada infundibulum
folikular secara in vivo dan in vivo Guy et al., 1996.Keratinisasi infundibulum yang abnormal dikaitkan dengan kelainan pada difernsiasi terminal dari
keratinosit infundibulum yang berhubungan dengan ekspresi filaggrin filament aggregating protein L.Kurokawa et al., 1988 dalam Kurokawa, I. et al., 2009.
Pada keratinosit terdapat hiperkeratinisasi dan hiperproliferasi, dengan ekspresi marker hiperproliferasi keratin K 6 dan K16 Hughes et al., 1996. Il-
1α mengaktivasi keratinosit basal melalui produksi secara autokrin termasuk ekspresi
K16 di sel suprabasal pada keadaan aktif Freedberg et al., 2001. Penumpukan keratin dalam folikel dapat disebabkan oleh bertambahnya
produksi korneosit pada duktus pilosebacea, pelepasan korneosit yang tidak sempurna, ataupun kombinasi dari keduanya. Meningkatnya sebum pada
penderita acne dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi asam linoleat setempat pada epitel folikel, yang selanjutnya akan mengakibatkan hiperkeratosis
folikuler serta menurunnya fungsi barrier dari epitel. Pada komedo juga dijumpai penurunan sterol bebas, dimana terjadi ketidakseimbangan antara kolesterol bebas
dengan kolesterol sulfat, yang mengakibatkan bertambahnya adhesi korneosit pada infundibulum serta terjadi retensi keratin akibat hiperkeratosis folikular
Harahap, 1998.
2.4.3. Proliferasi dan Kolonisasi Bakteri Propionibacterium acnes di Dalam Folikel
Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis acne, yaitu Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale
Malassezia furfur. Tampaknya, ketiga mikroorganisme ini bukan penyebab utama terjadinya acne, melainkan proses awal penumpukan sebum dan oksidasi
squalene yang dapat menyebabkan kolonisasi P.acnes akibat penurunan kadar oksigen di dalam folikel Harahap, 1998. Kelenjar sebaceous memproduksi
sebum dan ini akan meningkatkan tingkat regenerasi serta tingkat kematian sel
Universitas Sumatera Utara
kulit. Peningkatan jumlah sel kulit yang mati akan terdeposit di dalam folikel rambut. Kulit juga memproduksi minyak lebih banyak sehingga akan semakin
memperparah proses deposit. Lingkungan tersebut akan mendukung bakteri untuk menetap Ewadh et al., 2011.
P. acnes menginduksi ekspresi peptida antimikrobial dan cytokineschemokines proinflamasi dari berbagai tipe sel Kurokawa et al., 2009.
P. acnes strain tertentu dapat menyebabkan infeksi oportunistik yang dapat memperberat lesi acne. Kelompok filogenetik P. acnes tidak hanya mensekret
protein, tetapi juga dapat menginduksi berbagai respon imun di keratinocyte dan sebocyte Mcdowell et al, 2005. Total aktivitas antimikrobial di unit
pilosebaceous dikarenakan beberapa peptida antimikrobial dan juga lipid antibakterial. Berbagai peptida antimikrobial diekspresikan oleh kulit individu
yang sehat tanpa ada terlihat tanda-tanda inflamasi Schroder et al, 2006. P. acnes menghasilkan lipase yang akan menyebabkan produksi asam
lemak bebas. P.acnes juga mengeluarkan faktor kemotaktik dan meningkatkan cytokine proinflamasi TNF-
α, IL-1β, dan IL-8 dari sel mononuklear dan keratinocyte. P. acnes juga menginduksi aktivasi Toll-like receptors-2 dan -4 di
keratinocyte Isard et al., 2011. Bakteri ini memodulasi proliferasi dan diferensiasi keratinocyte melalui induksi ekspresi filaggrin dan integrin Jarrousse
et al., 2007. IGF-1 dan IGF-1R telah diketahui merupakan target P.acnes yang
berperan dalam pembentukan lesi acne. IGF-1IGF-1R pathway mempunyai peran utama dalam comedogenesis dan diaktivasi dengan dua mekanisme. Pertama, diet
kaya glukosa akan meningkatkan IGF-1 dan serum insulin. Kedua, P.acnes dapat mengaktivasi sistem IGF-1IGF1R keratinocyte. Hal tersebut menunjukkan
bahwa P. acnes berperan tidak hanya pada tahap inflamasi tetapi juga pada tahap retensi Isard et al., 2011.
2.4.4. Proses Inflamasi dan Perubahan Adaptasi Respon Imun