Kuantitas Tidur Frekuensi Mencuci Wajah

kebiasaan merokok dengan kejadian acne vulgaris menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kejadian acne vulgaris akibat merokok OR=7,26. Untuk penelitian yang dilakukan pada perokok pasif, terdapat kesulitan dalam mengukur kuantitas paparan secara akurat, terlebih jika dilakukan pada populasi subjek yang besar dan waktu penelitian yang lama Klaz et al., 2006. Walaupun hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perokok pasif dengan kejadian acne vulgaris, tetapi dari jumlah responden perokok pasif didapati persentase responden yang mengalami acne vulgaris 76,4 lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami acne vulgaris 23,6. Pada remaja laki-laki biasanya menghabiskan banyak waktu dalam sehari bersama teman-temannya, dimana kebanyakan dari mereka merupakan perokok aktif, sedangkan sisanya merupakan perokok pasif Ghodsi et al., 2009. Dalam hal ini, mungkin berlaku pendapat yang dikemukakan oleh Trisnawati et al. 2013, bahwa perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif.

5.2.5. Kuantitas Tidur

Pada hasil penelitian ini, tidak terbukti bahwa kuantitas tidur mempengaruhi kejadian acne vulgaris p0,05. Penelitian yang dilakukan Rizvi et al. 2010 yang dilakukan pada 226 mahasiswa kedokteran tahun kedua tentang stres sebelum ujian menyebutkan bahwa terdapat kebanyakan dari responden mengakui bahwa terjadi perubahan jumlah jam tidur yang akan memicu respon stres dan meningkatkan kadar kortisol, epinefrin, norepinefrin yang disebut sebagai stres hormon. Terlebih lagi, terdapat peningkatan jumlah pengkonsumsian minuman berenergi dan kafein misalnya dalam bentuk kopi dan teh yang akan lebih meningkatkan pengeluaran adenosin, adrenalin, kortisol, dan dopamin. Mereka berpikir bahwa peningkatan hormon tersebut akan memperbaiki mood dan kesiap-siagaan mereka. Tetapi, hal itu akan menyebabkan kelelahan, depresi, ketidakstabilan mood, penyakit jantung, diabetes, gangguan kulit, dan menurunkan respon imun. Peningkatan insiden kelainan kulit pada beberapa mahasiswa dapat dihubungkan dengan peningkatan kadar corticosteroids- Universitas Sumatera Utara glucocorticoids kelenjar adrenal, dan meningkatkan respon stres alami. Hal tersebut berperan dalam kerusakan fungsi barrier kulit, yang akan menurunkan pertumbuhan sel serta menghambat diferensiasi sel kulit. Koo dan Smith 1991 dalam Hanisah et al. 2009 juga mengatakan bahwa stres emosional dapat menyebabkan eksaserbasi acne. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Adégbidi et al. 2014, dikatakan bahwa stres juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan erupsi lesi acne sebesar 25,67. Stres dini dipostulatkan menyebabkan sensitisasi persisten dari HPA axis, yang akan menyebabkan peningkatan kerentanan seseorang terhadap stres dan dapat menyebabkan hiporesponsif dari HPA axis. Stres juga dikatakan menginduksi substansi neuroaktif pada epidermis yang akan menyebabkan proses inflamasi di kulit Huynh et al.,2013.

5.2.6. Frekuensi Mencuci Wajah

Pada hasil penelitian ini, tidak terbukti bahwa frekuensi mencuci wajah mempengaruhi kejadian acne vulgaris p0,05. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Kubaisy et al. 2013 pada 496 responden mahasiswa, dikatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi mencuci wajah per harinya dengan kejadian acne vulgaris dengan p0,025 untuk responden laki-laki dan p0,004 untuk responden perempuan. Responden yang mencuci wajah lebih dari 5 kali sehari menunjukkan prevalensi acne yang lebih rendah. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang sebelumnya mengatakan bahwa tingkat kebersihan wajah yang rendah tidak menyebabkan acne. Sebaliknya, pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa mandi 5 kali sehari berhubungan dengan kejadian acne vulgaris pada laki-laki p0,001, tetapi tidak pada perempuan p0,05 Al-Kubaisy et al., 2013. Padahal sebenarnya hanya diperlukan mencuci wajah secara rutin dua kali sehari menggunakan air dan sabun yang lembut agar mengurangi minyak yang berlebihan serta mengangkat kulit mati Tjekyan, 2009. Universitas Sumatera Utara Belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan bahwa acne vulgaris berkaitan dengan tingkat kebersihan kulit yang rendah ataupun frekuensi mencuci muka yang dapat mengurangi acne. Penderita acne sebaiknya mencuci wajah dengan air hangat dan sabun yang lembut dua kali sehari, dan jangan menggosok kulit karena akan menyebabkan ruptur dari folikel, yang selanjutnya menimbulkan lesi acne yang baru Kraft dan Freiman, 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor risiko yang mempengaruhi kejadian acne vulgaris pada siswai di 3 SMA Kecamatan Medan Baru tahun 2014 sebagai berikut : 1. Jumlah dan persentase responden yang mengalami acne vulgaris saat ini adalah 72 orang 72 2. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada responden berdasarkan riwayat keluarga yang pernah menderita acne vulgaris adalah 52 orang 83,9. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris berdasarkan tidak adanya riwayat keluarga jumlah dan persentasenya adalah 20 orang 52,6. 3. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki adalah berjumlah 35 orang 81,4, sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah berjumlah 37 orang 64,9. 4. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada responden berdasarkan makanan yang dikonsumsi coklat adalah 22 orang 68,8 menyatakan sering mengkonsumsi coklat. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris berdasarkan makanan yang dikonsumsi coklat adalah 50 orang 73,5 menyatakan tidak sering mengkonsumsi coklat. 5. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada responden berdasarkan status perokok pasif adalah 55 orang responden 76,4 merupakan perokok pasif. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris ada responden acne yang menyatakan tidak terpapar dengan asap rokok berjumlah 17 orang 60,7. 6. Distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada responden berdasarkan kuantitas tidur yang cukup adalah berjumlah 48 orang responden 71,6. Universitas Sumatera Utara