Merokok Faktor Risiko Acne Vulgaris

dewasa muda yang mengkonsumsi produk coklat rata-rata 28 lebih tinggi. Kadar tertinggi didapatkan pada pasien yang mengkonsumsi coklat susu rata-rata 48 lebih tinggi dibandingkan dengan susu murni, dan susu yang mengandung coklat hitam dibandingkan dengan coklat putih didapatkan 13 lebih tinggi. Hal tersebut mungkin terjadi karena coklat mengandung bahan-bahan yang secara biologis aktif, seperti kafein, teobromine, serotonin, phenylethylamine, trigliserida, dan cannabinoid-like fatty acids, yang meningkatkan sekresi dan resistensi perifer dari insulin. Terlebih lagi, coklat mengandung asam amino misalnya, arginine, leucine, dan phenylalanine yang mempunyai sifat insulinotropic ketika dimakan bersama karbohidrat. Asam amino lain, seperti valine, lysine, dan isoleucine juga terdapat pada makanan lain khususnya makanan yang kaya akan laktosa, juga mempunyai sifat tersebut Costa et al., 2010. Mengkonsumsi ikan dan makanan laut lainnya dapat menurunkan insiden acne karena makanan tersebut kaya akan asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 terbukti merupakan leukotriene B4-inhibitor, yang kemudian menurunkan produksi sebum dan memperbaiki konsisi inflamasi acne. Makanan tersebut juga kaya akan asam lemak polyunsaturated. Kedua asam lemak tersebut telah diketahui menurunkan kadar androgen Raza et al., 2012. Makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak juga mengkontribusi penurunan produksi sebum. Konsumsi makanan yang mengandung 30 serat per hari dilaporkan terjadi penurunan acne, dan hal ini mungkin terjadi karena rendahnya beban glikemik yang terkandung di dalamnya Raza et al., 2012.

2.3.5. Merokok

Sebocytes yang matang maupun yang belum berdiferensiasi mengkspresikan subunit AChR yang berbeda Kurzen et al., 2004. Hal tersebut mengimplikasikan diferensiasi sebocyte, produksi ataupun komposisi sebum dapat diubah secara endogen melalui ACh yang bekerja secara parakrin atau distimulasi secara eksogen oleh nikotin. Adanya AChR dan aktivitas nikotinik juga ditemukan pada hiperplasia infundibular epitelial dan sumbatan pada folikel. Hal Universitas Sumatera Utara tersebut menandakan peran penting dari sistem kolinergik pada acne vulgaris A.Hana et al., 2007 dalam Kurokawa et al., 2009. Nikotin dan komponen lain dari rokok dapat menginduksi perubahan mikrosirkulasi akibat terjadinya vasokonstriksi dan hipoksemia, serta adanya efek inhibisi kemotaksis neutrofil dan limfosit yang berperan penting dalam perubahan komposisi sebum Capitanio et al., 2009. Tetapi, merokok dapat meningkatkan stres oksidatif dan menurunkan kadar α-tocopherol dalam plasma Handelman et al., 1994. Stres oksidatif tersebut juga mengakibatkan rendahnya kadar α- tocopherol dalam sebum, yang berfungsi sebagai antioksidan utama di permukaan kulit Passi et al., 2002 . Penderita yang mengalami acne, memiliki peroksidasi lipid yang lebih tinggi Zouboulis et al., 2003. Diantara lipid yang telah mengalami proses peroksidasi, squalene merupakan lipid yang paling penting, karena mempunyai efek hiperproliferasi pada keratinocyte. Semakin rendahnya α- tocopherol, semakin meningkat squalene peroxide pada sebum perokok. Sehingga, merokok dapat mengakibatkan produksi reactive oxygen species ROS Capitanio et al., 2009. Beberapa peneliti menyatakan bahwa merokok mempunyai efek anti- inflamasi dalam patogenesis acne dan tembakau mempunyai peran protektif terhadap munculnya penyakit ini. Tetapi, pada penelitian lain mengatakan merokok meningkatkan risiko kejadian acne vulgaris Mannocci et al., 2012. Petrou 2009 dalam Mannocci 2010 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara durasi merokok dan dan derajat keparahan acne. Perbedaan perokok berat dan ringan dikaitkan dengan efek nikotin pada nicotinic cholinergic receptors. Pada dosis rendah, nikotin menstimulasi reseptor acethylcholine, sedangkan pada dosis tinggi nikotin memblok reseptor tersebut secara selektif. Nikotin meningkatkan adhesi, diferensiasi, dan apoptosis keratinocyte, serta menginhibisi migrasi keratinocyte. Nikotin juga mengubah respon imun melalui interaksi dengan sel T. Di sisi lain, nikotin memperparah keadaan inflamasi buccal, tetapi memperbaiki inflamasi di usus halus dan kolon Klaz et al., 2006. Universitas Sumatera Utara

2.3.6. Kebersihan Wajah