hypothalamus-pituitary-adrenal HPA aksis adalah meningkatnya hormon cortisol di plasma darah, yang akan menimbulkan respon stres Reynolds et al,
2012. Derajat stres dihubungkan dengan pembentukan acne Al-Kubaisy et al, 2014.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kejadian acne vulgaris pada remaja siswai di 3 SMA Kecamatan Medan Baru, Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memerhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian acne vulgaris pada remaja siswai di 3 SMA Kecamatan Medan Baru, Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian acne vulgaris pada remaja siswai SMA Swasta Kemala
Bhayangkari 1, SMA Swasta Nurul Hasanah, dan SMA Swasta Terpadu Al- Bukhari Muslim di Kecamatan Medan Baru, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian acne vulgaris pada remaja siswai SMA
Swasta Kemala Bhayangkari 1, SMA Swasta Nurul Hasanah, dan SMA Swasta Terpadu Al-Bukhari Muslim di Kecamatan Medan Baru,
Medan 2.
Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja SMA berdasarkan riwayat keluarga yang pernah menderita acne
vulgaris
Universitas Sumatera Utara
3. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja
SMA berdasarkan jenis kelamin 4.
Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja SMA berdasarkan makanan yang dikonsumsi coklat
5. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja
SMA berdasarkan status perokok pasif 6.
Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja SMA berdasarkan kuantitas tidur
7. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian acne vulgaris pada remaja
SMA berdasarkan frekuensi mencuci wajah
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai : 1.
Menambah pengetahuan peneliti tentang proses melakukan penelitian 2.
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang dermatologi, terutama mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
acne vulgaris pada remaja 3.
Hasil penelitian menjadi informasi tambahan bagi petugas kesehatan, orang tua dan masyarakat, terutama para remaja tentang faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian acne vulgaris sehingga diharapkan membantu dalam menanggulangi kejadian acne vulgaris
4. Memberi data bagi peneliti lain di bidang dermatologi tentang faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian acne vulgaris pada remaja
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Acne Vulgaris
Menurut Harahap 1998, Acne vulgaris merupakan peradangan kronik folikel pilosebacea yang ditandai dengan adanya comedone, papula, pustula, dan
kista pada lokasi predileksinya, misalnya wajah, bahu, ekstremitas superior bagian atas, dada, dan punggung. Sekitar 85 remaja mengalami mengalami acne minor
atau suatu bentuk acne yang ringan; sisanya menderita acne major atau bentuk acne yang cukup hebat sehingga menyebabkan mereka berobat ke dokter.
Umumnya, penyakit ini dapat sembuh sendiri Wasitaatmadja, 2010 dan dapat menghilang sendiri pada usia sekitar 20-30 tahun Stawiski, 2003. Kendati
demikian, banyak pula orang setengah baya yang mengalami acne Stawiski, 2005. Biasanya, insidens pada wanita terjadi pada sekitar usia 14-17 tahun,
sedangkan pada pria sekitar usia 16-19 tahun Wasitaatmadja, 2010. Gambaran klinis acne vulgaris sering polimorfik, dimana dapat dapat
terjadi berbagai kelainan kulit seperti komedo, papul, pustul, nodus, serta jaringan parut yang terjadi karena kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang
hipertrofik maupun yang hipotrofik Wasitaatmadja, 2010. Acne dan bentuk acne yang lain acnelike atau acneiform terjadi pada usia
yang berbeda-beda, termasuk pada neonatus, bayi, anak-anak, dan dapat dikaitkan dengan diagnosis banding ataupun kelainan patologis sistemik lainnya diluar
kategori usia remaja Eichenfield et al., 2013.
2.2. Klasifikasi dan Grading Acne
Walaupun terdapat beberapa sistem untuk menilai tingkat keparahan acne, hingga saat ini belum ada standard yang dipakai secara universal. Terdapat
beberapa pengelompokkan jenis klasifikasi, yaitu berdasarkan tingkat keseluruhan overall grading, penghitungan lesi, dan fotografi Harahap, 1998.
Untuk tujuan klinis, lebih direkomendasikan menggunakan klasifikasi yang sederhana. Menurut S.Strauss 2007, American Academy of Dermatology
Universitas Sumatera Utara