5.1.3. Hasil Analisis Data
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi acne berdasarkan faktor-faktor risiko di 3 SMA Kecamatan Medan Baru
No. Variabel
Acne Tidak acne
PR p-value
IK 95 n
n Min
Maks 1
Jenis kelamin •
Laki-laki 35
81,4 8
18,6 0,42
0,069 0,16
1,08 •
Perempuan 37
64,9 20 35,1
2 Riwayat keluarga
• ya
52 83,9 10
16,1 4,68
0,001 1,85
11,85 •
tidak 20
52,6 18 47,4
3 Makanan coklat
• sering :
≥3xminggu 22
68,8 10 31,3
0,79 0,620
0,31 1,99
• Tidak sering:
3xminggu 50
73,5 18 26,5
4 Status perokok pasif
• ada
55 76,4 17
23,6 2,09
0,117 0,82
5,32 •
tidak ada 17
60,7 11 39,3
5 Kuantitas tidur
• Cukup :
≥ 8 jam sehari
48 71,6 19
28,4 1,05
0,909 0,42
2,68 •
Tidak cukup : 8 jam sehari
24 72,7
9 27,3
6 Frekuensi mencuci wajah
• tidak rutin
membersihkan wajah
7 63,6
4 36,4
- 0,289
- -
• 3 kali sehari
21 63,6 12
36,4 •
3 kali sehari 34
75,6 11 24,4
• 3 kali sehari
10 90,9
1 9,1
Keterangan : signifikan
Tabel 5.3 menunjukkan hasil analisis untuk melihat hubungan antara variabel demografis dengan kejadian acne saat ini. Untuk variabel jenis kelamin,
didapatkan p-value sebesar 0,069, yang memiliki makna bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian acne vulgaris pada remaja siswai
di tiga SMA Kecamatan Medan Baru. Untuk variabel riwayat keluarga yang mengalami acne persentasenya
adalah sebesar 83,9, sedangkan yang tidak mengalami acne sebesar 16,1. Pada responden yang tidak memiliki riwayat keluarga tetapi mengalami acne
persentasenya adalah sebesar 52,6, sedangkan yang tidak mengalami acne sebesar 47,4. Analisis Pearson Chi-Square memberikan p-value sebesar 0,001,
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki makna terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga khususnya orang tua dengan kejadian acne vulgaris pada remaja siswai di tiga
SMA Kecamatan Medan Baru. Untuk variabel kekerapan mengkonsumsi coklat dan mengalami acne
adalah sebesar 68,8, sedangkan yang tidak acne sebesar 31,3. Pada responden yang tidak sering mengkonsumsi coklat tetapi mengalami acne persentasenya
adalah sebesar 73,5, sedangkan yang tidak mengalami acne sebesar 26,5. Analisis Pearson Chi-Square memberikan p-value sebesar 0,620, yang memiliki
makna tidak terdapat hubungan antara kekerapan mengkonsumsi coklat dengan kejadian acne vulgaris pada siswai di tiga SMA Kecamatan Medan Baru.
Untuk variabel status perokok pasif yang mengalami acne persentasenya adalah sebesar 76,4, sedangkan yang tidak mengalami acne sebesar 23,6.
Pada responden yang tidak menyandang status perokok pasif tetapi mengalami acne persentasenya adalah sebesar 60,7, sedangkan yang tidak mengalami acne
sebesar 39,3. Analisis Pearson Chi-Square memberikan p-value sebesar 0,117, yang memiliki makna tidak terdapat hubungan antara status perokok pasif dan
kejadian acne vulgaris pada siswai di tiga SMA Kecamatan Medan Baru. Untuk variabel kuantitas tidur yang cukup dan mengalami acne
persentasenya adalah sebesar 71,6, sedangkan yang tidak mengalami acne sebesar 28,4. Pada responden dengan kuantitas tidur yang tidak cukup dan
memiliki acne persentasenya adalah sebesar 72,7, sedangkan yang tidak memiliki acne sebesar 27,3. Analisis Pearson Chi-Square memberikan p-value
sebesar 0,909, yang memiliki makna tidak terdapat hubungan antara kuantitas tidur dengan kejadian acne vulgaris pada siswai di tiga SMA Kecamatan Medan
Baru. Untuk variabel kebiasaan mencuci wajah dan mengalami acne terbanyak
adalah pada responden dengan frekuensi mencuci wajah 3 kali sehari sebanyak 34 orang dengan persentase sebesar 75,6 dibandingkan dengan 38 responden
lainnya yang juga mengalami acne masing-masing pada frekuensi mencuci wajah dengan kategori yang berbeda, sedangkan responden yang tidak mengalami acne
dengan frekuensi mencuci wajah 3 kali sehari adalah sebesar 24,4. Sebaliknya,
Universitas Sumatera Utara
responden yang tidak mengalami acne terbanyak adalah pada responden dengan frekuensi mencuci wajah 2 kali sehari sebanyak 12 orang dengan persentase
sebesar 36,4 dibandingkan dengan 16 responden lainnya yang juga tidak mengalami acne masing-masing pada frekuensi mencuci wajah dengan kategori
yang berbeda , sedangkan yang mengalami acne dengan frekuensi mencuci wajah 2 kali sehari persentasenya adalah sebesar 63,6. Analisis Pearson Chi-Square
memberikan p-value sebesar 0,289, yang memiliki makna tidak ada hubungan antara frekuensi mencuci wajah dengan kejadian acne vulgaris pada remaja
siswai di tiga SMA Kecamatan Medan Baru. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada laki-laki adalah lebih kecil dari
perempuan PR=0,37; 95CI=0,13-1,05. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang mempunyai riwayat keluarga orang tua adalah lebih besar
daripada yang tidak mempunyai riwayat keluarga orang tua PR=4,98; 95CI=1,88-13,18. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada perokok pasif
adalah lebih besar dari responden yang bukan perokok pasif PR=2,52; 95CI=0,89-7,06.
Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang sering mengkonsumsi coklat adalah lebih kecil dari yang tidak sering mengkonsumsi
coklat PR=0,68; 95CI=0,23-2,01. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang kurang kuantitas tidur adalah lebih besar dari responden yang
kuantitas tidurnya cukup PR=1,02; 95CI=0,33-3,09. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang tidak rutin membersihkan wajah adalah
lebih besar dari responden yang mencuci wajah 3 kali sehari PR=1,49; 95CI=0,30-7,34. Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang
membersihkan wajah 3 kali sehari adalah lebih besar dari responden yang membersihkan wajah 3 kali sehari PR=3,14; 95CI=0,64-15,46.
Kemungkinan untuk terjadinya acne pada responden yang membersihkan wajah 3kali sehari adalah lebih besar dari responden yang membersihkan wajah 3 kali
sehari PR=7,65; 95CI=0,58-99,49. Variabel demografis dan klinis yang dimasukkan ke dalam analisis
multivariat adalah variabel jenis kelamin, riwayat acne pada keluarga, dan status
Universitas Sumatera Utara
perokok pasif karena mempunyai nilai p0,25 pada analisis bivariat Dahlan, 2009; 2012. Analisis multivariat yang dipilih adalah regresi logistik. Hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 5.4. Analisis Regresi Logistik Metode Backward
Variabel p-value
PR 95 C.I.for PR
Lower Upper
Jenis kelamin ,063
,376 ,134
1,055 Riwayat keluarga
,001 4,982
1,883 13,179
Status perokok pasif ,079
2,518 ,897
7,064 Constant
,931 1,050
Tabel 5.4., merupakan tabel hasil analisis regresi logistik. Variabel jenis kelamin dan status perokok pasif mempunyai nilai p0,05, dimana masing masing
mempunyai nilai 0,063 dan 0,079. Sehingga, variabel jenis kelamin dan status perokok pasif tersebut tidak bermakna dan dapat dieliminasi. Sedangkan variabel
riwayat keluarga, khususnya orang tua dikatakan bermakna p0,05. Dengan demikian, berdasarkan analisis multivariat pada data penelitian ini, hanya variabel
riwayat keluarga orang tua dapat dijadikan kriteria diagnosis acne vulgaris. Persamaan di bawah ini adalah persamaan regresi logistik yang dapat
dibuat berdasarkan persamaan yang telah diperoleh dari tabel 5.7.
5.2 Pembahasan