Status Perokok Pasif Pembahasan

dan berubahnya retinoid signal pathways, yang akhirnya akan menyebabkan pembentukan dan eksaserbasi acne Cordain et al., 2002; Thiboutot dan Strauss, 2002 dalam Dougan dan Rafikhah, 2014.

5.2.4. Status Perokok Pasif

Pada hasil penelitian ini, tidak terbukti bahwa status perokok pasif mempengaruhi kejadian acne vulgaris p0,05. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara hubungan merokok dan kejadian acne vulgaris, bahkan ada penelitian yang menunjukkan adanya efek anti-inflamasi yang ditimbulkan akibat merokok dan tembakau menunjukkan efek protektif terhadap acne vulgaris S.Rombouts et al., dalam Mannocci et al., 2012. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagatin et al. 2014, dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian acne vulgaris p=0,198. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Ghodsi et al. 2009 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara merokok dan kejadian acne vulgaris pada laki-laki. Sedangkan, pada perempuan dijumpai hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian acne vulgaris p=0,008. Schaefer et al. 2001 dalam Ghodsi et al. 2009 mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kuantitas merokok yang dikonsumsi per hari dengan derajat beratnya acne yang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. 2012 tentang prevalensi acne vulgaris pada remaja dan dewasa Chinese, dikatakan bahwa pada remaja 25 tahun, prevalensi acne lebih tinggi pada perokok 40,6 dan bekas perokok 37,5 daripada yang bukan perokok 29,4; p=0,001. Walaupun studi tersebut didapatkan hasil yang signifikan, tetapi belum bisa dibuktikan secara pasti bahwa merokok mempengaruhi kejadian acne, karena beberapa orang memulai merokok setelah timbul acne, atau bahkan merokok sebagai konsekuensi akibat timbulnya acne yang berkaitan dengan rendahnya rasa percaya diri pada remaja Friedman, 1989 dalam Shen et al., 2012. Penelitian yang dilakukan Mannocci et al. 2012 yang melibatkan 293 responden tentang hubungan Universitas Sumatera Utara kebiasaan merokok dengan kejadian acne vulgaris menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kejadian acne vulgaris akibat merokok OR=7,26. Untuk penelitian yang dilakukan pada perokok pasif, terdapat kesulitan dalam mengukur kuantitas paparan secara akurat, terlebih jika dilakukan pada populasi subjek yang besar dan waktu penelitian yang lama Klaz et al., 2006. Walaupun hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perokok pasif dengan kejadian acne vulgaris, tetapi dari jumlah responden perokok pasif didapati persentase responden yang mengalami acne vulgaris 76,4 lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami acne vulgaris 23,6. Pada remaja laki-laki biasanya menghabiskan banyak waktu dalam sehari bersama teman-temannya, dimana kebanyakan dari mereka merupakan perokok aktif, sedangkan sisanya merupakan perokok pasif Ghodsi et al., 2009. Dalam hal ini, mungkin berlaku pendapat yang dikemukakan oleh Trisnawati et al. 2013, bahwa perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif.

5.2.5. Kuantitas Tidur