menyangkut kehadiran anak luar kawin itu. Misalnya dalam bidang pewarisan : apakah anak tersebut akan mewaris harta peninggalan ibunya sebesar seperti anak sah
ataukah seperti anak luar kawin yang diakui. Hal demikian kiranya dapat dipecahkan dengan yurisprudensi. Sehubungan dengan adanya ketentuan Pasal 43 UUP 1974,
maka pengakuan hanyalah diperlukan dari sang ayah dan hal ini hanya dapat dilakukan dengan seizin ibunya, sepanjang ibunya masih hidup. Mengenai prosedur
pengakuan anak oleh ayahnya baik UUP 1974 maupun PP No.91975 diam, maka tiada jalan lain untuk melakukan pengakuan kecuali dengan peraturan yang telah ada
yaitu dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam B.W.
166
Maka dapat dikatakan secara langsung di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak mengenal adanya pengakuan anak di luar
kawin maupun lembaga pengakuan anak.
2. Pengertian Dan Pengakuan Anak Di Luar Perkawinan Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Istilah anak luar kawin Erkent Natuurlijke Kind dijumpai dalam K.U.H.
Perdata Bab XII Bagian Kedua.
167
166
Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang-undangan Perkawinan Di Indonesia, Surabaya : Airlangga University Press, 2002, hal. 107-108.
Pasal 42 sampai dengan Pasal 43 K.U.H. Perdata yang pokoknya menyatakan : “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam
atau sebagai akibat pernikahan yang sah. Anak yang dilahirkan di luar pernikahan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”. Di lihat
dari bunyi pasal tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa anak luar kawin
167
Ibid
Universitas Sumatera Utara
adalah anak yang dilahirkan di luar pernikahan dan hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya saja.
Secara prakteknya dalam hukum perdata pengertian anak luar kawin ada dua macam yaitu :
168
a. Apabila orang tua salah satu atau keduanya masih terikat dengan perkawinan
lain, kemudian mereka melakukan hubungan seksual dengan wanita atau pria lain yang mengakibatkan hamil dan melahirkan anak, maka anak tersebut
dinamakan anak zina, bukan anak luar kawin;
b. Apabila orang tua anak diluar kawin itu masih sama-sama bujang, mereka
mengadakan hubungan seksual dan hamil serta melahirkan anak, maka anak itu disebut anak diluar nikah. Beda keduanya adalah anak zina dapat diakui oleh
orang tua biologisnya, sedangkan anak di luar kawin dapat diakui oleh orang tua biologisnya apabila mereka menikah, dalam akta perkawinan dapat
dicantumkan pengakuan erkennen di pinggir akta perkawinan.
Penjelasan dan bunyi pasal yang memberi pengertian tentang anak sah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa anak luar kawin adalah anak yang lahir dari hasil
hubungan kelamin di luar nikah atau anak yang tidak dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah. Maka dapat dikatakan bahwa anak luar kawin
timbul antara lain disebabkan oleh :
169
a. Anak yang dilahirkan oleh seorang wanita tetapi wanita itu tidak mempunyai
ikatan perkawinan dengan pria yang menyetubuhinya dan tidak mempunyai ikatan perkawinan dengan pria atau wanita lain.
b. Anak yang dilahirkan dari seorang wanita, kelahiran tersebut diketahui dan
dikehendaki oleh salah satu atau ibu bapaknya, hanya saja salah satu atau kedua orangtuanya itu masih terikat dengan perkawinan lain.
c. Anak yang lahir dari seorang wanita dalam masa iddah perceraian tetapi anak
yang dilahirkan itu merupakan hasil hubungan dengan pria yang bukan suaminya ada kemungkinan anak luar kawin ini dapat diterima oleh keluarga
kedua belah pihak secara wajar jika wanita yang melahirkannya itu kawin dengan pria yang menyetubuhinya.
168
Abdul Manan, Op.Cit., hal. 81
169
D.Y.Witanto, Op. Cit, hal. 146-148
Universitas Sumatera Utara
d. Anak yang lahir dari seorang wanita yang ditinggal suami lebih dari 300 hari
anak tersebut tidak diketahui dan tidak diakui suaminya sebagai anak yang sah. e.
Anak yang lahir dari seorang wanita padahal agama yang mereka peluk menentukan lain, misalnya dalam agama Katolik tidak mengenal cerai hidup
tetapi dilakukan juga kemudian ia kawin lagi dan melahirkan anak. Anak tersebut dianggap anak luar kawin.
f. Anak yang lahir dari seorang wanita sedangkan pada mereka berlaku ketentuan
negara melarang mengadakan perkawinan, misalnya Warga Negara Indonesia WNI dengan Warga Negara Asing WNA tidak mendapat ijin dari kedutaan
besar untuk mengadakan perkawinan karena salah satu dari mereka telah mempunyai isteri tetapi mereka tetap campur dan melahirkan anak, anak ini
dinamakan juga anak luar kawin.
g. Anak yang dilahirkan oleh seorang wanita tetapi anak tersebut sama sekali tidak
mengetahui kedua orang tuanya. h.
Anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan di Kantor Catatan Sipil danatau Kantor Urusan Agama.
i. Anak yang lahir dari perkawinan secara adat tidak dilaksanakan menurut agama
dan kepercayaannya serta tidak terdaftar di Kantor Catatan Sipil dan Kantor Urusan Agama.
K.U.H.Perdata mengenal adanya pengakuan anak yang lahir di luar perkawinan tepatnya diatur dalam Buku I Bab XII Bagian Ketiga Pasal 280 – Pasal 289 bahwa
dengan pengakuan ibunya barulah tercipta hubungan-hubungan perdata antara ibu dan anak, karena dengan fakta kelahiran anak tersebut dengan sendirinya terciptalah
hubungan – hubungan hukum antara ibu dan anak. Ketentuan dalam B.W merupakan suatu konstruksi yuridis juridische constructie. Menurut Pasal 280 B.W yang boleh
diakui adalah anak-anak luar kawin, kecuali anak-anak hasil “overspel” atau hasil perbuatan sumbang Pasal 283 B.W. Dengan anak-anakluar kawin yang disebut pada
Pasal 280 B.W yang dimaksudkan hanyalah anak luar kawin dengan pengertian sempit. Di samping itu terhadap anak-anak sumbang hanya boleh di akui dalam akta
Universitas Sumatera Utara
perkawinan ayah ibunya bilamana perkawinannya itu mendapat dispensasi dari Menteri Kehakiman.
170
Undang-undang tidak mengadakan ketentuan, kapan seseorang anak luar kawin boleh di akui maka dapat dianggap bahwa anak itu dapat diakui sebagai anaknya
dalam usia berapapun, tanpa ada batasan. Berhubung dengan ketentuan Pasal 2 B.W “bahwa anak yang masih dalam kandungan seorang wanita dianggap sebagai telah
dilahirkan, bilamana kepentingan anaknya menuntutnya”. Maka dapat disimpulkan bahwa anak yang masih dalam kandungan pun dapat diakui pula. Juga pengakuan
terhadap seorang anak yang telah meninggal duniapun tidak dilarang undang-undang, maka dengan demikian harus dianggap dibolehkan. Pengakuan yang demikian tiada
tanpa kepentingan, bilamana anak yang telah meninggal dunia itu meninggalkan keturunan.
171
Pengakuan hanyalah diperlukan dari sang ayah dan hal ini dapat dilakukan dengan seizin ibunya, sepanjang ibunya masih hidup Pasal 284 ayat 1 dan 2 B.W
yang dapat dilakukan oleh Bapak danatau ibunya. Sehingga sejalan dengan itu maka lembaga pengakuan pun ada.
172
Akibat – akibat daripada pengakuan anak adalah :
173
a. Terhadap ayah yang mengakui.
170
R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralismen Perundang-undangan Perkawinan Di Indonesia, Surabaya : Airlangga University Press, 2002, hal 106-108
171
Ibid
172
Ibid.
173
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Dengan pengakuan ayah terhadap anak, terciptalah hubungan-hubungan perdata anak dan ayah yang mengakui itu Pasal 280 B.W. Akibat lebih lanjut dari
pengakuan sang ayah ialah bahwa anak alami tersebut berhak menggunakan nama keluarga sang ayah sebelumnya menggunakan nama keluarga sang ibu.
Dengan demikian anak tersebut berhak atas alimentasi dari ayahnya; b.
Terhadap sanak keluarga sang ayah. Umumnya dapatlah dianggap bahwa pengakuan itu hanya menciptakan
hubungan antara ayah dan anak, sedangkan hubungan anak tersebut dengan neneknya atau garis kesamping hampir-hampir tidak ada. Maka anak tersebut
pun tidak berhak memperoleh alimentasi dari neneknya, pun juga sebaliknya. Sebagai halangan perkawinan karena derajat kekeluargaan terlalu dekat maka
dalam hal ini anak luar kawin disamakan dengan anak sah. Maka dari itu dalam K.U.H.Perdata mengenal adanya pengakuan anak yang lahir di
luar perkawinan dan sejalan dengan itu lembaga pengakuan pun ada.
3. Pengertian Dan Pengakuan Anak Di Luar Perkawinan Menurut Hukum Islam Dan Kompilasi Hukum Islam