Pengertian Lembaga Catatan Sipil

keluarga kerabat dan bahkan masyarakat adat ikut berkepentingan dalam soal perkawinan itu.Bahkan dalam pandangan hukum adat perkawinan adalah perbuatan- perbuatan yang tidak hanya bersifat keduniaan, melainkan juga bersifat kebatinan atau keagamaan. 62 Perkawinan dalam arti “perikatan adat” ialah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. 63 Mengenai tujuan perkawinan menurut hukum adat pada umumnya adalah untuk mempertahankan dan meneruskan kelangsungan hidup dan kehidupan masyarakat adatnya. Namun karena sistem kekerabatan atau kekeluargaan masing-masing masyarakat berlainan, maka penekanan dari tujuan perkawinanpun disesuaikan dengan sistem kekeluargaannya. 64 Berarti bahwa suatu perkawinan yang dikehendaki perundangan nasional bukan saja merupakan “perikatan keperdataan” tetapi juga merupakan “perikatan keagamaan”, dan sekaligus menampung pula asas-asas perkawinan menurut hukum adat yang menghendaki bahwa perkawinan sebagai “perikatan kekeluargaan” dan “perikatan kekerabatan”. 65

2. Pengertian Lembaga Catatan Sipil

Lembaga pencatatan telah ada pada masa sebelum kemerdekaan sejak 1848 asas konkordansi, akan tetapi baru diundangkan pada tahun 1849. Lembaga ini 62 Hasim Purba, Op.Cit, hal.5 63 Hilman Hadikusuma, Op.Cit, hal 8-9 64 Taufiqurrohman Syahuri, Op.Cit, hal. 64 65 Ibid, hal 12 Universitas Sumatera Utara diperuntukkan pertama-tama bagi golongan Eropa di Indonesia, melalui Stb.1849 No.25. Bagi golongan Timur Asing Tionghoa diterbitkan Reglement Catatan Sipil yang dimuat dalam Stb.1917 No.130 jo.Stb.1919 No.81 tentang Peraturan Catatan Sipil untuk Golongan Tionghoa, yang berlaku di Jawa dan Madura serta beberapa daerah lain pada tanggal 1 Mei 1919. Sementara bagi golongan Bumi Putra diterbitkan Reglement yang dimuat dalam Stb.1920 No. 751 jo. Stb. 1927 No.564 yang mulai berlaku 1 Januari 1928. Sedangkan dengan Ordonantie 1923 No.75 jo.Stb. 1936 No.607, diberlakukan Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Bumi Putra Kristen di Jawa dan Madura, bekas residen Menado yang lebih dikenal dengan nama Minahasa serta di daerah-daerah Amboina, Saparua, dan Banda. 66 Lembaga catatan sipil tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mencatat selengkapnya dan sejelas-jelasnya sehingga memberikan kepastian yang sebenar-benarnya mengenai semua kejadian, antara lain : 67 a. Kelahiran; b. Pengakuan terhadap kelahiran; c. Perkawinan dan perceraian; d. Kematian; dan e. Izin kawin. Selanjutnya Catatan sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta pembukuan yang selengkap-lengkapnya dan sejelas- jelasnya serta memberi kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa 66 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, hal 63 67 Ibid, hal. 64 Universitas Sumatera Utara kelahiran, pengakuan, perkawinan, dan kematian. 68 Sedangkan dalam Art. 16 NBW Baru Negeri Belanda dan K.U.H.Perdata disebutkan bahwa catatan sipil merupakan institusi untuk meregistrasi kedudukan hukum mengenai pribadi seseorang terhadap kelahiran, perkawinan, perceraian, orang tua, dan kematian diri mereka. 69 Kemudian dari kedua defenisi tersebut terdapat 5 lima jenis registrasi catatan sipil, yaitu : 70 a. Kelahiran b. Perkawinan c. Perceraian d. Orang tua e. Kematian Berdasarkan Pasal 4 K.U.H.Perdata terdapat 6 enam jenis registrasi catatan sipil, yaitu : 71 a. Kelahiran b. Pemberitahuan kawin c. Izin kawin d. Perkawinan e. Perceraian f. Kematian. Pasal 2 ayat 2 UUP 1974 menyatakan bahwa “ 68 Lie Oen Hock dalam Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis BW, Jakarta : Sinar Grafika,Cet. I, 2001, hal. 42 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UUP 1974 dapat dilihat bahwa setelah perkawinan dilangsungkan menurut agamanya 69 Ibid 70 Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Keluarga, Surabaya : Airlangga University Press. Cet.III, 2000, hal. 6 71 Ibid Universitas Sumatera Utara masing-masing tanpa melanggar hukum adat, perkawinan tersebut perlu dicatatkan pada pejabat perkawinan, yaitu: 72 a. b. Untuk orang Islam di Kantor Urusan Agama. Untuk orang-orang yang beragama selain Islam di Kantor Catatan Sipil. Hal tersebut lebih lanjut di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UUP 1974, di dalam Pasal 2 ayat 1 menyatakan: Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 Tentang Nikah, Talak dan Rujuk. Sementara itu dalam ayat 2 dari Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tersebut dinyatakan: 73 Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam, dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan. 72 Sudarsono, Op.Cit. hal. 1 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Pasal 1 angka 14 dikatakan bahwa “Pencatatan sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana”. Peristiwa penting belangrijke feit yang dimaksudkan dalam unsur pengertian tersebut adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, 73 Pasal 2 ayat 1 dan 2, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, PP No.9 Tahun 1975, LN No.12, TLN No. 3050. Universitas Sumatera Utara pengesahan anak,pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan. 74 Pencatatan sipil dilaksanakan oleh pejabat pencatatan sipil yaitu pejabat yang melakukan pencatatan peristiwa penting yang dialami seseorang pada instansi pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencatatan penduduk dan pencatatan sipil bertujuan untuk memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk, perlindungan status hak sipil penduduk, dan mendapatkan data yang mutakhir, benar dan lengkap. hukum perdata memberikan keharusan kepada setiap orang untuk mencatatkan secara yuridis momentum kelahirannya pada instansi dimana orang tersebut dilahirkan, begitu juga dengan setiap perkawinan yang dilakukan harus dicatatkan. 75 74 Ibid Permasalahan yang sering terjadi dewasa ini adalah banyaknya ikatan perkawinan antar pria dan wanita yang dilaksanakan cenderung cukup hanya memenuhi persyaratan hukum agama dan kepercayaan yang dianut oleh kedua belah pihak calon pasangan suami isteri dan mengabaikan kewajiban lain sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 2 UUP 1974. Walaupun dalam Undang-Undang Perkawinan tidak dinyatakan secara tegas perkawinan yang telah dilangsungkan wajib untuk dicatatkan, akan tetapi banyak masalah yang kemudian timbul dan berpangkal karena pasangan suami isteri tersebut lalai atau sengaja untuk tidak mencatatkan perkawinannya pada Kantor Urusan Agama atau Kantor Pencatatan Sipil lainnya. Padahal dipandang mempunyai arti yang sangat penting terhadap suatu peristiwa perkawinan seseorang yang dapat dijadikan bukti otentik, serta memberikan 75 Ibid Universitas Sumatera Utara kepastian hukum. Menurut catatan Departemen Agama Republik Indonesia, setidaknya ada 58 Lima puluh delapan persen pernikahan di Indonesia tidak dicatatkan. 76 Alat bukti yang otentik itu pada umumnya dituangkan dalam akta, yakni akta perkawinan. Berpangkal dari tidak dicatatkannya suatu peristiwa perkawinan, timbul permasalahan yang mengarah kepada kedudukan isteri di pihak yang lemah. 77 Apabila terjadi perceraian diantara pasangan suami isteri untuk menindaklanjuti perceraiannya pada sidang pengadilan diperlukan adanya Akta Nikah tanpa adanya Akta Nikah tersebut maka akan menyulitkan bagi pihak yang bersangkutan dalam proses perceraian. 78

3. Tujuan dan Fungsi Kantor Catatan Sipil