b. Suku Minangkabau hanya benar kalau yang meninggal si ibu, dalam hal yang
meninggal si ayah, maka yang mewaris adalah generasi muda keturunan wangsasanaknya perempuan kakak dan adiknya, bukan anak-anak keturunan
dia dan isterinya meskipun pemberian adat cq. Pewarisan si ayah kepada anak-anaknya tidak boleh dianggap sepi;
c. Lain halnya dengan di Lampung, karena yang mewarisi hanyalah anak tertua,
dengan kewajiban memperlakukan keluarga ayahnya sebagai keluarga sendiri.
Aturan-aturan hukum waris mengalami pengaruh :
237
a. Perubahanperkembangan sosial;
b. Karena makin eratnya ikatan keluarga, sejalan dengan melonggarnya ikatan
clan atau suku; c.
Auturan-aturan pewarisan dari stelsel-stelsel hukum asing yang karena hubungan tertentu dengan agama mendapat kewibawaan yang berasal dari
religi. Aturan-aturan itu misalnya oleh hakim-hakim agama diterapkan atas peristiwa-peristiwa konkrit, meskipun pengaruh itu dalam hukum waris lebih
kecil daripada hukum perkawinan.
B. Hak Dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Di Luar Perkawinan
1. Hak Dan Kewajiban Dalam Perundangan
Hak adalah suatu kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum. Hak adalah kewajiban bagi subjek hukum lain untuk mengakui kekuasaan itu.
Kekuasaan dapat diberikan kepada seseorang oleh hukum dan tak ada satu kekuasaanpun dengan sengaja dapat merugikan orang lain, karena hak itu harus
digunakan sesuai dengan tujuan hak itu. Pengertian hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan negara.
238
237
Ibid
Seseorang itu sejak dilahirkan maka ia menurut
238
Unicef Indonesia, Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Jakarta : Harapan Prima, 2003, hal.23
Universitas Sumatera Utara
hukum dianggap sebagai pendukung hak, dan hak itu timbul karena suatu hubungan hukum.
239
Khususnya hubungan hukum antara orang tua dengan anak terlihat secara jelas dalam “alimentatieplicht” yaitu suatu kewajiban orang tua terhadap anak untuk
memberikan penghidupannya sampai si anak memiliki kemampuan untuk mencari nafkah sendiri.
240
Hak asasi seorang anak yang lahir didalam perkawinan maupun anak yang lahir di luar perkawinan adalah sama karena mereka sama-sama memiliki hak asasi yang
diperoleh sejak mereka dilahirkan tanpa memandang anak tersebut lahir dalam perkawinan maupun diluar perkawinan yang sah menurut ketentuan undang-undang
yang berlaku. Anak tersebut dalam memenuhi hak-hak yang sepantasnya diperoleh tidaklah patut dibebankan dengan status yang melekat pada dirinya yang anak itupun
tidak mau dilahirkan diluar perkawinan, karena anak tersebut lahir suci tanpa harus menyandang dosa kedua orang tuanya.
241
Adapun hak-hak yang merupakan Hak Asasi Anak meliputi :
242
a. Hak untuk dapat hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi;
b. Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan;
c. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi sesuai dengan
tingkat kecerdasaan dan usianya, dalam bimbingan orang tua; d.
Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;
239
Arief Masdoeki dan M.H.Tirtaamidjaja, Asas dan Dasar Hukum Perdata, Jakarta : Djembatan, 1963, hal.14-15
240
Tan Kamello, Op.Cit., hal. 64
241
Arief Masdoeki, Op.Cit., hal. 17
242
Unicef Indonesia, Op.Cit., hal 23
Universitas Sumatera Utara
e. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh
kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan
kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial; g.
Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakatnya;
h. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang menyandang cacat dan
hak mendapatkan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan; i.
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan;
j. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak
yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;
k. Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat.
Kewajiban anak meliputi :
243
a. Menghormati orang tua, wali dan guru;
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman;
c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara;
d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya;
e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Secara normatif orang tua memiliki kewajiban hukum sebagai perwujudan tanggung jawab terhadap anaknya untuk membiayai kehidupan sandang, pangan, dan
pendidikan selama anak-anak tersebut masih belum dewasa. Kewajiban normatif tersebut bersifat hukum memaksa dwingendrecht artinya tidak boleh kewajiban
orang tua terhadap anaknya dilepas dengan membuat perjanjian untuk itu.
244
Perihal kedudukan anak serta hak dan kewajiban antara orang tua dan anak, diatur dalam bab IX dan X dari UUP 1974. Menurut K.U.H.Perdata tentang hak dan
243
Ibid
244
Tan Kamello, Op.Cit., hal 64
Universitas Sumatera Utara
kewajiban orang tua dan anak diatur dalam Bab XIV, berkaitan dengan hal itu jugadiatur dalam UUP 1974 antara lain dikatakan “Setiap anak dalam tingkat umur
berapapun wajib hormat dan segan terhadap bapak dan ibunya”. Bapak dan ibu wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka yang belum dewasa. Walaupun hak
untuk memangku kekuasaan orang tua atau hak untuk menjadi wali hilang, tidaklah mereka bebas dari kewajiban untuk memberi tunjangan yang seimbang dengan
penghasilan mereka untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anaknya.
245
Kewajiban tersebut tetap berlaku walaupun perkawinan antara kedua orang tua telah putus.
246
Kedua orang tua wajib untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka Pasal 45 UUP 1974 sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Hal mana juga
berarti walaupun anak sudah kawin jika kenyataannya belum dapat berdiri sendiri masih tetap merupakan kewajiban orang tua untuk memelihara anak isteri dan
cucunya. Berbeda dengan K.U.H.Perdata kewajiban itu bukan hanya sampai pada anak dewasa berumur 21 tahun tetapi sampai mereka mampu untuk berdiri sendiri
walaupun terjadi ikatan perkawinan orang tuanya putus.
247
Sebaliknya anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik. Kalau anak
tersebut telah dewasa, maka ia wajib memelihara orang tua dan keluarganya menurut kemampuannya Pasal 46 ayat 2 UUP Nomor 1 Tahun 1974.
248
245
Lihat Pasal 298 KUH.Pdt
246
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., hal. 142
247
Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hal. 141
248
Salim HS, Op.Cit, hal. 59-60
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya orang tua tidak boleh memindahtangankan harta kekayaan anak- anaknya yang belum dewasa kecuali dengan memperhatikan aturan-aturan yang
tercantum dalam Bab XV buku kesatu tentang memindahtangankan barang-barang kepunyaan anak yang belum dewasa.
249
Selaras dengan hak dan kewajiban orang tua yang tersebut dalam Pasal 48 UUP 1974 maka menurut Pasal 52 UUP 1974, wali
tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anak yang dibawah penguasaannya, kecuali apabila kepentingan anak itu
menghendakinya.
250
Selama perkawinan bapak dan ibu semua anak berada di bawah kekuasaan mereka sampai menjadi dewasa kecuali bapak dan ibu dibebaskan atau dipecat dari
kekuasaan orang tua.
251
Hal tersebut terdapat juga pada Pasal 52 UUP Nomor 1 Tahun 1974, wali dapat dicabut dari kekuasaannya dengan keputusan pengadilan, dalam hal
tersebut sesuai dengan Pasal 49 UUP 1974, yaitu :
252
a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anak yang dibawah
penguasaannya; b.
Ia berkelakuan buruk sekali. Hal kekuasaan seorang wali dicabut, oleh pengadilan ditunjuk orang lain sebagai
wali. Wali yang telah menyebarkan kerugian kepada harta benda anak yang dibawah kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan keputusan
249
Lihat Pasal 309 KUH.Pdt
250
C.S.T.Kansil,
Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : CV.Rajawali, 1986
hal. 130
251
Hilman Hadikusuma, Op.Cit. hal. 141 dan Lihat Pasal 299 KUH.Pdt
252
C.S.T.Kansil,Op.Cit. hal 130
Universitas Sumatera Utara
pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut.
253
Setiap anak wajib memberi nafkah kepada kedua orang tua dan para keluarga sedarahnya dalam garis ke atas, jika mereka dalam keadaan miskin.
254
Begitu pula halnya dengan menantu pria dan wanita wajib memberi nafkah kepada ibu bapak
mertuanya.
255
Anak –anak di luar perkawinan yang diakui menurut perundangan wajib memberi nafkah kepada orang tua mereka, dan kewajiban itu berlaku timbal
balik.
256
Perihal perwalian khusus untuk anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di
bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya.
257
Seorang wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua, sebelum ia
meninggal, dengan surat wasiat atau dengan lisan dihadapan 2 dua orang saksi. Wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah
dewasa, berpikiran sehat, adil jujur dan berkelakuan baik.
258
Umumnya anak-anak Indonesia sesungguhnya bukan saja wajib bertanggung jawab dan ikut bertanggung jawab terhadap orang tua, kakek dan nenek baik dari
pihak bapak maupun dari pihak ibu, dalam keadaan senang atau susah, diminta atau
253
Ibid dan Lihat Pasal 59 UUP 1974
254
Lihat Pasal 321 KUH.Pdt
255
Lihat Pasal 322 KUH.Pdt
256
Lihat Pasal 328 KUH.Pdt
257
Lihat Pasal 50 UUP 1974
258
C.S.T.Kansil ,Op.Cit. hal 130
Universitas Sumatera Utara
tidak diminta, mengurus dan membantu segala sesuatu yang diperlukannya sebagai orang yang sudah tua. Anak yang tahu pada tugas dan kewajibannya terhadap orang
tua adalah anak yang tahu adat.
2. Hak Dan Kewajiban Dalam Hukum Islam